Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Sri Lanka dalam Krisis Terburuk, Presiden Didesak Mundur

15 April 2022   13:52 Diperbarui: 15 April 2022   13:54 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Apa yang kita lihat di Sri Langka saat ini adalah terjadinya krisis yang buruk. Ini  jauh lebih buruk ketika krisis di Indonesia tahun 1998 yang melengserkan Soeharto.

Di Sri Langka Jam Malam telah diberlakukan di Kolombo sejak tanggal 11 April 2022 lalu .

Di jalan jalan jalan, Plakat memprotes Presiden  Gotabaya Rajapaksa terjadi di seluruh tempat.

Menurut berita Reuters,
Warga Sri Lanka saat ini kesulitan menemukan bahan bakar, gas untuk memasak, makanan, dan obat-obatan.

Kekurangan bahan bakar menyebabkan pemadaman listrik yang berlangsung beberapa jam sehari.

Menteri Keuangan Ali Sabri mengatakan kepada Reuters bahwa Sri Lanka akan membutuhkan sekitar $3 miliar bantuan eksternal selama enam bulan ke depan untuk membantu memulihkan pasokan barang-barang penting, termasuk bahan bakar dan obat-obatan.


"Ini pekerjaan yang berat," kata Sabri dalam wawancara pertamanya sejak menjabat minggu ini, setelah beberapa menteri dan pejabat pemerintah mundur.

Pendanaan sebesar $3 miliar saat negara tersebut meminta kepada   Dana Moneter Internasional (IMF) bulan ini.


Negara ini akan merestrukturisasi obligasi negara internasional dan mencari moratorium pembayaran, dan yakin dapat bernegosiasi dengan pemegang obligasi senilai lebih dari $ 1 miliar, yang jatuh tempo pada bulan Juli.


Sementara itu, bank sentral Sri Lanka telah memutuskan untuk menaikkan suku bunga sebesar 700 basis poin untuk menjinakkan inflasi yang tinggi.

Protes meningkatkan tekanan pada
Presiden Gotabaya Rajapaksa untuk mengundurkan diri dari kursi.


Langkah itu dilakukan setelah partai oposisi utama Sri Lanka, SJB, mengumumkan bahwa mereka akan mengajukan mosi tidak percaya terhadap pemerintah.


Pemerintah telah mengadakan pembatasan pada beberapa platform media sosial, termasuk Facebook, Twitter, WhatsApp, Viber dan YouTube, di Sri Lanka yang dilanda krisis ekonomi.

Itu terjadi sejak  tanggal 3 April 2022.  Presiden Gotabaya Rajapaksa mengumumkan keadaan darurat publik.

 
Data jaringan dilaporkan ketidaktersediaan dengan penyedia jaringan seluler utama sejak tengah malam 3 April itu. 


 Sri Lanka memiliki sejarah pembatasan media sosial nasional. Sebelumnya, Netblocks melacak penurunan signifikan dalam tingkat konektivitas di Dialog, penyedia Internet terkemuka di negara itu.

Namun, platform media sosial dapat diakses secara tidak langsung melalui layanan VPN, yang dapat mengatasi pembatasan internet yang diberlakukan pemerintah.

Krisis ekonomi yang mendatangkan malapetaka di negara itu ditanggapi India dengan serius.

India sebelumnya  memberikan fasilitas pinjaman $ 500 juta ke Sri Lanka yang akan berakhir pada akhir April bulan ini.

Jika India tidak meningkatkannya, maka Sri Lanka mungkin menghadapi krisis bbm yang dalam.

Semua menteri pemerintah Sri Lanka harus mundur karena protes publik yang terang-terangan, dan banyak anggota parlemen juga telah meninggalkan  Presiden Gotabaya Rajapaksa.

Berita terakhir tanggal 14 April lalu,
India membuka bantuan tambahan $2 miliar untuk Sri Lanka dan   mendukung negara kepulauan itu dengan makanan dan bahan bakar.


 “Kami pasti ingin membantu mereka dan bersedia menawarkan lebih banyak jalur pertukaran dan pinjaman,” kata sumber India yang mengetahui dengan berbagai diskusi dengan Sri Lanka.

"kami masih dapat memberi mereka hingga $2 miliar dalam bentuk swap dan dukungan ," kata India.

Perdana Menteri Sri Lanka menawarkan pembicaraan pada hari Rabu dengan pengunjuk rasa yang menyerukan pemerintah untuk mundur.

Oposisi mengancam akan membawa mosi tidak percaya terhadap pemerintah di parlemen.
Para pemprotes Sri  di Kolombo pada hari Rabu menolak tawaran Perdana Menteri Mahinda untuk berbicara dan menuntut pengunduran diri Presiden Gotabaya Rajapaksa dan semua anggota keluarganya dari pemerintah.


Krisis di Sri Lanka kemungkinan akan terus berlanjut sampai beberapa waktu mendatang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun