Berikut perbedaan antara pendekatan berbasis kekurangan dengan pendekatan berbasis aset.
Dalam mengembangkan dan memajukan suatu ekosistem pendidikan, sudah sepatutnya sekolah mengedepankan pemanfaatan dan pengelolaan asset/potensi/kekuatan yang dimiliki tidak lagi menyoroti dari sisi kekurangan atau masalah.
Dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya sebaiknya sekolah lebih menekankan pada pendekatan berbasis aset. Sekolah menjadi komunitas yang selalu memberdayakan asset untuk menyelesaikan tantangan yang mendera dan memaksimalkan potensi dan kekuatan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Selanjutnya pendekatan ini lebih dikenal dengan Pendekatan Komunitas Berbasis Aset (PKBA).Â
Menurut Green dan Haines (2002) ada 7 aset utama sebagai modal utama, yaitu: Modal Manusia, Modal Sosial, Modal Fisik, Modal Lingkungan/Alam, Modal Finansial, Modal Politik, serta Modal Agama dan Budaya.
Berdasarkan deskripsi di atas, dapat disimpulkan bahwa pemimpin dalam pengelolaan sumber daya adalah kompetensi yang dimiliki individu dalam mengidentifikasi, mengelola, dan memanfaatkan asset/ptensi/kekuatan yang ada di sekolah untuk mendorong tercapainya visi dan misi sekolah untuk menciptakan iklim belajar dan ekosistem pendidikan yang berpusat serta berpihak pada peserta didik.
Pemimpin harus mampu memaksimalkan, mengolah dan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki. Pemimpin harus mampu bergerak bersinergis dengan factor ekosistem yang ada di sekolah seperti pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Semua unsur bahu membahu menginvetarisir dan memetakan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kualitas pendidikan sekolah.
Pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar menjadi modal manusia yang jika mampu dimaksimalkan akan mendorong percepatan kualitas pendidikan.Â
Dari modal manusia muncul kreatifitas, pembelajaran yang menyenangkan, kondisi yang nyaman dan terciptanya pembelajaran yang menyelaraskan dengan kebutuhan peserta didik. Sehingga sekolah mampu mewujudkan pembelajaran yang mengembangkan karakter, potensi, kekuatan dan perbedaan peserta didik.
B. Kaitan Modul 3.2 dengan Materi pada Modul SebelumnyaÂ
- Kaitan dengan Modul Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara
Filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara yang menyatakan bahwa guru sebagai penuntun, yang menuntun laku hidup peserta didik untuk mencapai kebahagian dan keselamatan setinggi-tingginya baik sebagai manusia seutuhnya ataupun bagian masyarakat dan dapat hidup sesuai dengan kodratnya. Guru dan murid sebagai modal manusia harus dikelola, dimanfaatkan dan dimaksimal oleh pemimpin untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang dapat menumbuh-kembangkan bakat, potensi, minat, dan keunikkan peserta didik. Sehingga murid dapat berkembang sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya.
- Kaitan dengan Modul Nilai dan Peran Guru Penggerak