Mohon tunggu...
Yudi Hamdan Dardiri
Yudi Hamdan Dardiri Mohon Tunggu... Guru - Matematika

SMPN 2 Talaga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 3.2. Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

28 September 2021   22:43 Diperbarui: 28 September 2021   22:53 5574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hal ini sejalan dengan tujuan Program Guru Penggerak ini yaitu sebagai upaya mempersiapakan pemimpin-pemimpin ekosistem pendidikan Indonesia masa depan, mengarahkan  dan menuntun peserta didik untuk tumbuh dan berkembang secara holistic, pemimpin yang tidak hanya aktif akan tetapi proaktif untuk menggerakkan guru lain untuk bergerak bersinergis menciptakan pembelajaran yang berpusat dan berpihak pada peserta didik dengan memberikan teladan, motivasi dan pendorong kepada peserta didik untuk memiliki ruh Profil pelajar Pancasila.

Di pundak pendidik terdapat amanah besar untuk mewujudkan Visi dan misi sekolah yang berpihak pada peserta didik. Visi dan misi sekolah dapat tercapai jika pendidik mampu memaksimalkan segala kekuatan, asset dan potensi yang ada di sekolah. Kekuatan yang dimiliki sekolah akan menjadi kekhasan dan pembeda dari sekolah lain.

Sebagai seorang pemimpin baik di kelas maupun di sekolah, kita harus mampu mengidentifikasi dan mengelola segala sumber daya (aset) yang dimiliki oleh sekolah untuk dapat dijadikan sebagai keunggulan sekolah dalam rangka mendukung perwujudan visi dan misi sekolah.

Sekolah dapat dikatakan sebagai suatu ekosistem karena di sanalah terjadi suatu interaksi dan timbal balik positif antara unsur hidup atau factor biotik dengan unsur tak hidup atau abiotic. Interaksi yang menciptakan keselarasan seluruh elemen yang terdapat di lingkungan ekosistem atau sekolah. interaksi yang saling membutuhkan dan keterikatan satu sama lainnya, serta saling mempengaruhi. 

Ada unsur peserta didik, kepala sekolah, pendidik, tenaga kependidikan, pengawas/komite sekolah, orang tua, masyarakat lingkungan sekolah sebagai factor biotik dan unsur finansial, sarana prasarana sebagai factor abiotic.

Selama ini kekurangan dan masalah selalu dijadikan sorotan dan cara memandang. 

Dengan merubah cara pandang yaitu menilik dari sisi kekuatan/asset/potensi sebagai sumber daya yang terdapat di lingkungan sekitar akan menciptakan pembelajaran berpihak pada peserta didik. Asset yang ada dijadikan sebagai kekuatan bagaimana asset tersebut dimanfaatkan dan dikelola secara maksimal tidak dijadikan sebagai kekurangan dan kelemahan. Ada 2 pendekatan yang dapat digunakan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki yaitu:

1. Deficit-Based Thinking atau Pendekatan berbasis kekurangan/masalah

Gangguan, kekurangan dan yang tidak berfungsi menjadi perhatian dalam pendekatan ini. Segala seuatu dilihat sisi negative. Usaha yang kita lakukan hanya untuk mengatasi Gangguan, kekurangan dan hal-hal yang tidak berfungsi. Ketika kita selalu melihat dari sisi gangguan dan kekurangan maka akan terbentuk pemikiran yang menjadikan kita tak dapat melihat potensi yang miliki selalu melihat dari sisi negatifnya saja.

2. Asset-Based Thinking (Pendekatan berbasis aset)

Berbeda dengan Deficit-Based Thinking, Asset-Based Thinking merupakan pendekatan yang mengedepankan  kekuatan positif thinking dalam mengembangkan diri. Pendekatkan ini dikemukakan oleh psikolog Dr. Kathryn Cramer. Pendekatan untuk menemukenali hal positif dalam hidup, kekuatan dijadikan pijakan dalam pemikiran, dan meninjau hal-hal yang sudah berfungsi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun