“Wah, untung saya cepet-cepet ke sini. Belum ditutup. Gak enak kalau dibesokkan lagi. Nih bu uang kemarin.”
Saya melihat si Bapak memberikan uang seratus ribu kepada si Ibu.
“Ya, gak apa-apa. Sudah ada uangnya?”
“Udah ada, bu.”
Ibu warung lalu memberikan kembalian. Baru beberapa langkah si Bapak berjalan, ia kembali lagi:
“Lho, bu. Kok kembalian-nya banyak? Utang saya kemarin (segini), kan?
“Oh, ya gatu saya. Lupa. Kamu memang beli apa saja? (dalam bahasa daerah, saya tebak kalimatnya seperti itu)
“Lha, ko malah Ibu yang lupa. Biasanya yang berhutang malah yang lupa."
Mereka berdua tertawa. Bapak itu kemudian menyebutkan barang-barang yang dibelinya kemarin.
Tidak lama, anak laki-laki Ibu warung menjemput menggunakan motor. Seperti yang sudah biasa menjemput, beberapa barang yang ada di depan warung langsung ia naikkan ke atas motor.
Waduh saya merasa beruntung sudah kenal sama Ibu warung ini. Ternyata, banyak pelajaran yang saya dapatkan ketika datang ke Pantai Pandawa ini. Bukan hanya menikmati keindahan pantainya dan diingatkan kembali tentang cerita Mahabharata, tapi juga mendapat pelajaran dari sosok seorang ibu warung yang baik dan rajin ibadah juga.