“Ya, silakan saja duduk di sini. Pakai kursinya. Nanti kalau adek mau pulang. Kursinya simpan saja diatas meja. Ditelungkupkan saja, ya!
“Oh, gitu? Gak apa-apa nih, Bu?”
“Ya, gak apa-apa. Kalau mau minum ambil yang diteko saja, ya. Nih, Ibu siapkan gelasnya. Soalnya minuman di dalam kotak ini mau Ibu ikat. Ini warung sebelah juga masih buka, dek.”
“Emang Ibu mau kemana? Kok sore-sore udah mau tutup aja?
“Ibu mau sembahyang sore. Warung Ibu biasanya tutup sebelum jam empat sore.”
Ternyata Ibu menutup warungnya karena beliau mau sembahyang sore. Saya jadi malu. Tertegun lihat Ibu warung yang sedang membereskan dagangannya. Mengikat dan menutup etalase dan kotak minumnya dengan terpal biru.
“Wah, Ibu rajin.”
Ibu itu hanya tersenyum.
“Ini warugnnya cuma ditiggalin begini aja, Bu? Gak apa-apa?”
“Ya, gak apa-apa. Di sini aman. Kan di depan juga ada penjaga. Lagian warung Ibu gak ada apa-apanya, dek.”
Tiba-tiba, seorang (mungkin) penjaga datang dan memberikan uang kepada Ibu warung.