Masalah kembali muncul ketika Bama kembali masuk sekolah. Kendati nilai matematika dan pelajaran lainnya terus meningkat, Bama yang awalnya taat agama, nilainya semakin hari semakin anjlok di pelajaran agama dan tahfizul Quran. Dan sejak kenal K-pop, dia menjadi pemberontak dan sering mabuk-mabuk (minum Fruit Tea dan Teh Botol). Wali kelas Bama memanggil Ayah Ari saat pengambilan rapor UTS terkait perubahan nilai pelajaran agamanya. Akibatnya, Ayah Ari tak hanya memarahi Bama tetapi juga Jaki dan Konah. Beliau memarahi Jaki karena memberi perubahan sikap pada Bama sejak menjadi K-popers, dan Konah karena berpacaran dengan Bama. Pacaran memang dilarang dalam Islam.
Ruby juga menghadapi masalah serupa. Tahun ini Ruby akan masuk SMP. Padahal untuk masuk SMP biayanya mahal, sedangkan uangnya hendak dia pakai untuk masuk sekolah vokal. Ruby ingin menjadi penyanyi terkenal, namun lagi-lagi, ditentang oleh Bunda Aga.
Karena capek Ayah Ari terus-terusan bersikap keras padanya, Bama marah dan bertengkar dengan Ayah Ari. Pertengkaran berkepanjangan. Tanpa ada penengah. Hubungan kekeluargaan Arinaga Family merenggang. Ayah Ari dan Bunda Aga juga marah-marah terus. Mereka tidak saling bicara. Sering Bunda Aga sarapan di ruang tamu.
Lain halnya dengan keluarga Pak Atep. Angga sering tidak tahan menghadapi Endah, pacarnya yang posesif dan minta diantarkan ke mana saja. Sejak pacaran dengan Endah, Angga sering pulang malam dan lalai mengerjakan tugas kuliah.
Belum lagi Bunda Aga sering menegur Bu Eneng dan Anggis untuk segera berhijab karena menutup aurat wajib hukumnya dalam Islam. Sekolah Bama memang memungkinkan kebebasan beragama, jadi siswi tidak diwajibkan berhijab. Karena Anggis tidak berhijab, rambut panjangnya bebas tergerai, lebat, alami, dan bercahaya, menarik perhatian cowok-cowok. Bunda Aga takut Anggis jadi korban fitnah, kejahatan, dan pelecehan seksual di sekolah. Namun, Bama tidak keberatan Anggis tidak berhijab karena sekolah mereka memang sebebas itu dalam etika berpakaian. Yang penting, seragam mereka rapi dan tetap dimasukkan ke dalam celana atau rok serta memakai sepatu hitam.
Tetapi yang jadi masalah utama adalah, walaupun keluarga Pak Atep juga Islam seperti Arinaga Family, mereka tidak setaat Arinaga Family. Salat berjamaah jarang mereka lakukan, bahkan tadarus pun hampir tidak pernah.
Keesokan harinya, sebelum pulang sekolah, sekolah Bama mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan pentas kreasi siswa. Bama dipilih sebagai perwakilan kelas X IPS 1, kelasnya, untuk tampil menyanyi. Dia akan tampil bersama Anggis, yang duduk di kelas X IPA 3. Kemudian Bama dan Anggis pergi nongkrong di Dramaga untuk mendiskusikan penampilan mereka.
Sementara itu, Ayah Ari dan rekan-rekan se-band-nya kembali bertemu. Mereka ternyata juga akan reuni di pentas kreasi siswa sekolah Bama. Mendengar kabar tersebut, Bama merasa malu dan tidak mau berbicara dengan Ayah Ari. Dalam saat sulit itu Bama kembali mencari tahu soal keberadaan Beryl. Tentunya ditemani Anggis.
Tiba-tiba mereka melihat kerumunan mulai bubar. Sayup-sayup Bama dan Anggis mendengar bahwa ada anak kecil yang telah dianggap meninggal dalam penculikan. Anak itu adalah Beryl. Yang membuat Bama marah, ternyata keluarga Pak Atep, termasuk Anggis, dicurigai sebagai pembunuh Beryl. Bama merasa dikhianati oleh sepupunya sendiri.
Mendengar berita tersebut, sepulang sekolah Bama mendorong Anggis di depan kelasnya. Bama malu karena dikhianati keluarga Pak Atep. Dia juga memukul jatuh Angga yang baru datang menjemput Anggis. Bama dan Angga pun berkelahi hebat. Pun halnya dengan Ayah Ari dan Pak Atep. Hanya Bunda Aga dan Bu Eneng serta Ruby dan Anggis yang normal-normal saja hubungannya.
Keesokan harinya, Bama, Jaki, dan Konah mengunjungi makam yang diasumsikan sebagai makam Beryl. Bama kembali meledak dan kali ini menyalahkan Jaki atas kematian Beryl. Bama memutus persahabatannya dengan Jaki. Dia juga putus dengan Konah.