Anak itu buah cinta kita, bukan untuk disiksa. Jika anak berbuat salah, minimal tegur mereka. Orang tua marah pada anak karena sayang, makin marah makin sayang. Namun, bukan berarti kita dapat berbuat seenaknya dan melampiaskan amarah kita dengan memukul, menendang, atau bahkan menggigit jika mereka nakal atau malas belajar. Atau mengucapkan kata-kata kasar.
Inilah yang terjadi dengan hubungan persahabatan saya dengan Mr. G, sahabat saya di TK-SD-SMP. Selama 16 tahun bersahabat, kami tidak pernah bermusuhan atau bertengkar. Mr. G sudah seperti sosok paman bagi saya. Namun sejak akhir tahun lalu dia menghindar dan menyuruh saya untuk "leave him alone" karena dia sibuk kuliah.Â
Dan dia sampai kasar dan berhenti mengakui saya sebagai seorang sahabat baru-baru ini, dengan alasan yang konyol - karena saya menolak mendukung Rusia yang dia dukung.
Anak itu sahabat. Perbedaan teman dan sahabat adalah, teman hanya ada di saat bermain saja. Namun sahabat, selalu ada dalam keadaan apa pun, tebal-tipis, hitam-putih, senang-susah, dll.Â
Sahabat tidak mengenal pandangan politik atau ideologi. Jika anak kita sudah tumbuh dewasa dan bahkan berkeluarga, dan kita sudah tua dan keriput, mereka akan selalu ada di hati kita.
Sekian postingan panjang ini.
Saya membuat postingan spesial ini untuk merayakan Hari Anak Nasional. Semoga anak kita dapat menjadi teladan bagi kita semua...
Tabik,
Yudhistira Mahasena
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H