Jihan syok.
"Tapi kita masih pacaran, kan?" kata Jihan. "Apa kata ayah aku soal ini?"
"Gue bilang gini karena gue cinta sama lo," kata Jungwon. "Sekarang jangan ganggu gue dulu!"
Bus berlalu ke Roma. Tiba-tiba, Sumin dkk. menoleh ke arah Jihan dengan penuh amarah dan dendam.
(musik: Vladana - "Breathe")
"Lo keterlaluan, Ji. Sejak pacaran sama Jungwon, lo jadi ngekhianatin kita terus," kata Sumin.
"Nggak ada yang ngelarang lo untuk pacaran, kok. Tapi, jangan bumbuin persahabatan kita dengan pengkhianatan," kata Yoon.
Jihan bertambah syok dan panik. Tiba-tiba napasnya sesak, dan bendungan air matanya jebol. Dia berlari kembali ke Turin dengan rasa bersalah.
"WOI! LO MAU KE MANA?! JANGAN LARI! KITA BELOM SELESAI BICARA, JI! BALIK SINI, SEJUTA TOPAN BADAI! BABON BULUKAN!" bentak Seeun ketika Jihan sudah benar-benar menghilang dari pandangan Sumin dkk.
"Sabar, Se. Nggak usah ngamuk," kata J.
"Ternyata dia biang kerok di balik kematian bokap gue," kata Seeun.
Sumin, Yoon, dan J tidak percaya apa yang dikatakan Seeun. Padahal, ayahnya meninggal dalam kecelakaan tunggal dan bukan pihak keluarga Jihan yang mengambil nyawa beliau. Paman dan kakeknya juga meninggal karena lain alasan. Namun, Seeun ogah membicarakan tentang hal ini selama ini. Dia akan membicarakan yang sebenarnya di bagian terakhir yang akan keluar bulan Mei nanti.
Di tengah pelariannya, Jihan semakin sesak napas. Dia akhirnya jatuh tersungkur ke tanah dan pingsan karena penyakit jantungnya kambuh lagi. Saat itu ibunya menemukannya sudah lemas tidak berdaya di tanah. Beliau membawa Jihan ke rumah sakit di Turin, dengan diantar mobil sewaan.
Sementara itu, di Roma.
(musik: Jeremie Makiese - "Miss you")