Mohon tunggu...
Yudhistira Widad Mahasena
Yudhistira Widad Mahasena Mohon Tunggu... Desainer - Designer, future filmmaker, K-poper, Eurofan.
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

He/him FDKV Widyatama '18

Selanjutnya

Tutup

Music

Makna di Balik Lagu "Love Love Peace Peace", Cara Memenangkan Eurovision Song Contest

11 November 2021   11:53 Diperbarui: 11 November 2021   13:05 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musik. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Bismillahirrahmanirrahim.

Eurovision Song Contest sudah diadakan sejak 1956. Setiap tahun, ada saja genre musik yang mereka suguhkan, mulai dari pop, rock, hingga sesuatu yang lebih etnis namun kontemporer.

Tetapi, ada sebuah lagu yang membuat saya semakin ter-Eurovision-Eurovision. Lagu ini dinyanyikan oleh duo MC Eurovision Song Contest 2016, Mns Zelmerlw dan Petra Mede, sebagai interval act di final. Judulnya adalah "Love Love Peace Peace" - cinta, cinta, damai, damai. Liriknya akan saya tulis di bawah, dan kemudian akan saya jabarkan maknanya secara detail.

Step 1: Get everyone's attention.
A powerful, majestic start.
Maybe a battle horn of some kind.

Step 2: Drums. There has to be drums.
It doesn't hurt if the drums are played by gorgeous, topless men.
It's proven efficient throughout the years.
But, please feel free to try other alternatives.
It's proven very helpful to go the exact opposite way - use a grandmother.

Step 3: Show the viewers your country's ethnic background by using an old traditional folklore instrument that no one's heard before.
.
.
.
No, no. In this case, it's proven much more efficient to not use the male models.
Go for an old man - a beard helps.
This instrument is called the Swedish "kvinnabske" - a small roundish piece from the horn family, inherited from the Vikings.
Just make something up - no one will know.

Step 4: In Eurovision, nothing says winner like a violin.
Trust us - bring a violin.

Step 5: The violin, the drums, and the kvinnabske might make it all feel a little bit old-fashioned.
This can easily be fixed by adding a DJ who pretends to scratch.
In real life, of course, this is 30 years old.
But in Eurovision, it will give your number a contemporary feel.

Step 6: Costumes.
You need to look memorable.
Something that the viewers will notice.
.
.
.
Perfect.

Step 7: The song.
Everything else might be important, but the song is essential.
Let it be about something everyone can connect to.
Love works. Peace is also a popular way to go.
Yes, peace is good.
ABBA actually won the competition with a song about war, with "Waterloo", but this is not something you'd recommend.

When you have everything you need and the pieces are gathered, go for it. And don't look back.

Let the song begin with passion
Let the wind begin the blow
You can break the rules of fashion
And your chance to win shall grow

Look into the TV camera
So the audience can see
That you're lovable, not desperate
Smile and they will vote for me

Fill the stage with light
As dancers will join us
The expectations grow
It's time for the chorus

Love, love, peace, peace
Old women baking bread
Peace, peace, love, love
And a man in a hamster wheel

Love, peace, peace, love
Make it unforgettable
And you will be the best
And win the Eurovision Song Contest

Now we'll go down a notch, our hands will touch
Pretending we're in love
It's you and me and when we change the key
We'll give the world a show
It begins to snow

Love, love, peace, peace
And a burning fake piano
Peace, peace, love, love
And a Russian man on skates

Love, peace, peace, love
It'll be incredible
And you will be the best

Love, love, peace, peace
Party for everybody
Peace, peace, love, love
More tricks in the hamster wheel

Love, peace, peace, love
And we can guarantee
That you will be the best
And win the Eurovision Song Contest
And win the Eurovision Song Contest

Penjabaran makna lagu:

"Get everyone's attention. A powerful, majestic start. Maybe a battle horn of some kind."

Untuk menarik perhatian pemirsa Eurovision Song Contest, lagu Anda harus memiliki intro yang terkesan kuat dan megah, seperti bunyi terompet di lagu "Wild dances" milik Ruslana, yang mengantarkannya menjadi juara Eurovision Song Contest 2004 di Istanbul, Turki sebagai perwakilan dari Ukraina.

Contoh lain adalah Loreen - "Euphoria" (Swedia 2012). Dari intronya kita tahu, lagu bergenre EDM ini menjanjikan gelar juara Eurovision Song Contest 2012 di Baku, Azerbaijan. Dan Loreen berhasil menepati janjinya pada tanggal 26 Mei 2012, ketika dia menyabet piala.

Intro lagu Eurovision Song Contest tidak selalu terkesan powerful and majestic. Beberapa lagu memilih untuk memakai intro yang lebih kalem dan easy-listening. Contohnya "Lane moje" (Serbia dan Montenegro 2004), lagu yang meraih gelar juara kedua di Istanbul.

"Drums. There has to be drums. It doesn't hurt if the drums are played by gorgeous, topless men."

Petra Mede tidak salah. Sudah tidak terhitung berapa kali drum digunakan di Eurovision Song Contest dan dimainkan oleh pria-pria tampan yang bertelanjang dada. Tepatnya di lagu "Only love survives" (Irlandia 2013), lagu yang dinyanyikan Ryan Dolan di Eurovision Song Contest 2013 di Malm, Swedia. Sayangnya, Dolan berakhir di peringkat akhir (ke-26) di final.

"It's proven very helpful to go the exact opposite way - use a grandmother."

Ini mengacu pada entri Moldova di tahun 2005, "Boonika bate doba", yang dinyanyikan oleh band Zdob i Zdub sebagai entri pertama negara tersebut di Eurovision Song Contest. Di penampilan mereka, ada seorang nenek tua yang memainkan drum.

"Show the viewers your country's ethnic background by using an old traditional folklore instrument that no one's heard before."

Eurovision adalah tentang merayakan keberagaman, seperti slogan kontes tahun 2017, "Celebrate Diversity". Sudah tidak terhitung lagi berapa entri yang memasukkan unsur budaya negara tersebut. Beberapa negara yang konsisten memasukkan unsur etnis dalam lagu-lagu mereka di Eurovision Song Contest antara lain Yunani, Turki, Armenia, dan negara-negara bekas Yugoslavia.

"In this case, it's proven much more efficient to not use the male models.
Go for an old man - a beard helps."

Ada banyak lagu Eurovision yang melibatkan pemusik berusia tua atau paruh baya di atas panggung. Sebut saja Djivan Gasparyan, pemain duduk (seruling khas Armenia) yang menemani Eva Rivas saat dia menyanyikan "Apricot stone" di Eurovision Song Contest 2010 di Oslo, Norwegia. Ada juga Bora Dugi, yang memainkan seruling dan mengiringi Jelena Tomaevi menyanyikan "Oro" di Eurovision Song Contest 2008 di Beograd, Serbia. Eurovision tidak membutuhkan orang muda untuk memainkan alat musik tradisional di atas panggung, menemani para kontestan.

"In Eurovision, nothing says winner like a violin."

Biola! Alat musik gesek ini terbukti mengantarkan dua musisi asal Norwegia menuju gelar juara Eurovision Song Contest: Secret Garden di tahun 1995 dan Alexander Rybak di tahun 2009. Mungkin biola masih akan mengantarkan negara paling utara di kawasan Skandinavia ini menjadi juara Eurovision Song Contest di masa yang akan datang.

"The violin, the drums, and the kvinnabske might make it all feel a little bit old-fashioned.
This can easily be fixed by adding a DJ who pretends to scratch.
In real life, of course, this is 30 years old.
But in Eurovision, it will give your number a contemporary feel."

Baru-baru ini, Eurovision Song Contest sedang gencar-gencarnya mengirimkan DJ untuk tampil di kontes. Sebut saja DJ Balthazar (Bulgaria 2008), JOWST (Norwegia 2017), Gromee (Polandia 2018), dan Darude (Finlandia 2019). Mungkin ada yang penikmat musik EDM? Merekalah nama yang tepat untuk Anda yang juga suka Eurovision Song Contest.

"Costumes.
You need to look memorable.
Something that the viewers will notice."

Untuk memenangkan Eurovision Song Contest, Anda harus tampil menarik. Sebuah penampilan yang gampang diingat. Mungkin di tahun-tahun awal Eurovision Song Contest, para kontestan tampil sederhana, hanya mengenakan gaun dan tuxedo selayaknya acara formal. Tetapi, sejak tahun 1966, pilihan kostum yang dikenakan para kontestan semakin beragam. Perwakilan Inggris saat itu, Kenneth McKellar, penyanyi tenor asal Skotlandia, memakai kilt (rok pendek khas Skotlandia)!

Ketika kita memasuki era warna (sejak Eurovision Song Contest 1968 di London, Inggris), pilihan warna kostum semakin beragam. Dan keanekaragaman corak dan warna kostum itu makin menonjol hingga saat ini.

"Everything else might be important, but the song is essential.
Let it be about something everyone can connect to.
Love works. Peace is also a popular way to go."

Zaman sekarang, lagu-lagu yang kita dengar hampir selalu mengangkat tema cinta, tetapi banyak juga lagu di Eurovision Song Contest yang mengangkat tema perdamaian. Kedua tema ini adalah tema yang berhubungan dengan semua orang. Perdamaian adalah salah satu alasan mengapa Eurovision Song Contest digagas. Tentunya Anda ingat di postingan saya tentang "Mengapa Saya Ingin Astro dan April Mewakili Islandia dan Moldova di Eurovision Song Contest 2022", ketika saya menceritakan di awalan postingan bahwa Eurovision Song Contest digagas sebagai cara negara-negara di Eropa berhubungan baik pasca-Perang Dunia II.

Lagu bertema cinta tidak melulu tentang perasaan suka, jatuh cinta, dan patah hati. Cinta adalah bahasa universal. Ini terbukti di lagu "Love unlimited", perwakilan Bulgaria di Eurovision Song Contest 2012, yang dinyanyikan oleh Sofi Marinova. Di lagu tersebut, kata "I love you" diucapkan dalam berbagai bahasa: Turki, Yunani, Spanyol, Serbia-Kroasia, Perancis, Bulgaria, Romani, Italia, Azerbaijan, dan Arab.

"ABBA actually won the competition with a song about war, with "Waterloo", but this is not something you'd recommend."

ABBA memenangkan Eurovision Song Contest 1974 di Brighton, Inggris, dengan lagu bertema perang berjudul "Waterloo", yang menceritakan tentang bagaimana Napoleon Bonaparte menyerah di peristiwa Pertempuran Waterloo, tetapi ini bukan hal yang Anda normalnya rekomendasikan di kontes. Ironisnya, di Eurovision Song Contest 2016, Jamala dari Ukraina memenangkan kontes dengan lagu bertema perang - "1944". Kemenangannya sangat kontroversial - beberapa orang setuju, beberapa orang tidak. Tetapi, setelah kemenangan Jamala, yang berketurunan Tatar Krimea, European Broadcasting Union menegaskan bahwa "Ukraine was, is, and will always be the winner of the Eurovision Song Contest 2016." Ukraina memang layak memenangkan Eurovision Song Contest 2016.

"Look into the TV camera
So the audience can see
That you're lovable, not desperate
Smile and they will vote for me"

Semacam ending fairy lah ya... tetapi, ini Eurovision Song Contest, jadi para kontestan biasanya meneriakkan "Thank you, Europe!" alih-alih hanya diam menatap kamera. Ini untuk menarik perhatian pemirsa yang akan nge-vote untuk negara tersebut.

"Old women baking bread"

Buranovskiye Babushki - "Party for everybody" (Rusia 2012)
Nenek-nenek memanggang roti di atas panggung. Mereka meraih posisi runner-up di Baku, Azerbaijan.

"A man in a hamster wheel"

Mariya Yaremchuk - "Tick-tock" (Ukraina 2014)
Sangat memorable dengan roda hamster yang super besar di Kopenhagen, Denmark.

"It's you and me and when we change the key
We'll give the world a show"

Tidak terhitung lagi berapa lagu di Eurovision Song Contest yang melibatkan perubahan kunci nada. Biasanya perubahan kunci nada ini menjadi kunci sukses beberapa lagu di Eurovision.

"A burning fake piano"

Rumania 2010 dan Austria 2015. Cukup jelas.

"A Russian man on skates"

Seorang atlet ice skating yang menemani Dima Bilan di penampilannya yang mengantarkannya jadi juara Eurovision Song Contest 2008 di Beograd, Serbia, sebagai perwakilan Rusia.

Eurovision Song Contest 2022 di Turin, Italia, sudah di depan mata, dan mungkin semua lagu di kontes akan menggunakan formula "Love Love Peace Peace" ini sebagai kunci sukses memenangkan kontes. Negara mana yang akan jadi jagoan Anda di tanggal 10, 12, dan 14 Mei 2022 nanti?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun