Jadi, jika kita kembali ke kasus Domu, karena Domu bermarga Purba, sang tunangan, Neny, sangat mungkin diberi marga Purba juga lewat proses mangain boru. Mungkin ini tidak terlalu akurat, karena saya tidak terlalu mendalami adat Batak, maklumlah saya juga belajar seperti Anda.
Domu diperankan oleh komika Boris Bokir. Lahir di Bandung, Jawa Barat pada 25 Mei 1988, Boris yang bernama lahir Boris Thompson Manullang ini asli Batak. Cowok Gemini ini berhasil mencapai 5 besar di Stand Up Comedy Indonesia musim kedua pada tahun 2012 lalu. Terbiasa mendapat peran kocak, lewat perannya sebagai Domu, Boris mencoba peruntungannya dalam peran yang lebih serius di film "Ngeri-ngeri Sedap" ini; bukti bahwa komedian bisa menjadi pemeran utama dalam film.
Masih di sub-pembahasan mengenai Domu, sang tunangan, Neny, terlihat memanggil Pak Domu dengan sebutan amangboru. Mirip dengan panggilan pakde atau pak lek dalam bahasa Jawa. Nah, memanggil orang dalam suku Batak itu ada aturannya. Kita harus lihat dengan siapa kita berbicara. Never refer to all elders as tulang or namboru; half of everyone will get super mad at you.
Panggilan kepada orang Batak:
1. Namboru = sebutan untuk wanita yang lebih tua yang semarga dengan ayah
2. Amangboru = sebutan untuk suami dari namboru
3. Tulang = sebutan untuk pria yang lebih tua yang semarga dengan ibu
4. Nantulang = sebutan untuk istri dari tulang
5. Bapatua = sebutan untuk abang kepada ayah atau suami dari kakak perempuan ibu (nangtua)
6. Bapauda = sebutan untuk adik lelaki ayah atau suami dari adik perempuan ibu (nanguda)
7. Nangtua = sebutan untuk kakak perempuan ibu
8. Nanguda = sebutan untuk adik perempuan ibu
9. Lae = sebutan untuk sesama lelaki yang berbeda marga
10. Eda = sebutan untuk sesama perempuan yang berbeda marga
11. Ito = sebutan untuk orang yang berbeda jenis kelamin
12. Amang = sebutan untuk lelaki dewasa atau dari orangtua kepada anak lelaki
13. Inang = sebutan untuk perempuan dewasa atau dari orangtua kepada anak perempuan
Sebutan lae kerap disingkat menjadi le atau leh.
Kita juga akan membahas tegur sapa yang umum dalam bahasa Batak. Tegur sapa yang paling sering didengar dan diucapkan dalam masyarakat Batak adalah "horas". Horas dapat dipakai kapan saja, saat pagi, siang, sore, atau malam. Horas berarti "selamat". Kata ini juga bisa digunakan untuk mengungkapkan rasa gembira, syukur, dan harapan, oleh karena itu bisa digunakan kapan saja.
Untuk mengucapkan terima kasih dalam bahasa Batak, kita mengatakan "mauliate". Untuk mengucapkan terima kasih banyak, kita mengucapkan "mauliate godang". Mauliate is what hatur nuhun is to the Sundanese and matur nuwun is to the Javanese.
Untuk meminta maaf, ada tiga kata dalam bahasa Batak: santabi, marpanganju, dan marpamuati. Santabi digunakan sebelum melakukan kesalahan; marpanganju diucapkan oleh orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda; dan marpamuati diucapkan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua setelah melakukan kesalahan. Mirip dengan nuwun sewu dalam bahasa Jawa.
Salah satu cerminan budaya Batak yang menonjol di film "Ngeri-ngeri Sedap" adalah upacara sulang-sulang pahompu. Upacara ini adalah upacara adat pengukuhan pernikahan Batak Toba. Acara ini dilakukan untuk melunasi utang adat kepada hula-hula, yaitu keluarga pihak istri. Pada upacara ini, diadakan pesta besar-besaran dan makan-makan, diiringi musik tradisional Batak.
Kembali ke pembahasan mengenai anak-anak Pak Domu, kita menyelam lebih dalam mengenai mengapa orang Batak banyak yang menempuh karir di ranah hukum. Stereotipenya adalah orang Batak cenderung lebih tegas dan bersuara lantang, yang menjadi alasan mengapa kebanyakan hakim atau jaksa di Indonesia bersuku Batak. Sikap tegas dan suara lantang ini mereka manfaatkan dalam perdebatan hukum.
Di awal film, kita melihat teman Pak Domu, Edwin Samosir dari grup lawak Obama, yang memerankan tokoh yang juga bernama Edwin, mengatakan bahwa dia lama tidak kelihatan karena sedang mengurus sidang sengketa tanah di Medan. Untungnya, Edwin menyekolahkan putranya, Hotman, di jurusan hukum. Dia menjadi pengacara Edwin dalam sidang, dan mereka menang. Setelah berbincang, Tivi Tambunan menyalakan televisi, dan saat itu sedang ditayangkan acara lawak. Salah satu pengisi acaranya adalah Gabriel Ezekiel Purba alias Gabe, putra ketiga Pak Domu, yang bekerja sebagai pelawak di Jakarta, menghibur pemirsa televisi.