Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kenali Indonesiamu! Episode 16: Selalu Ada Cerita Mengesankan tentang Jawa Timur

13 Oktober 2024   13:04 Diperbarui: 13 Oktober 2024   13:09 1271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Klenteng Sanggar Agung di Pantai Kenjeran, Surabaya. (sumber: Surabaya Roll Cake)
Klenteng Sanggar Agung di Pantai Kenjeran, Surabaya. (sumber: Surabaya Roll Cake)

Arsitektur Tionghoa dan Islam berpadu di Masjid Cheng Ho. Masjid ini menjadi bukti nyata akan akulturasi budaya yang kaya di Indonesia, khususnya di Surabaya. Masjid ini didirikan oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) sebagai bentuk penghormatan kepada Laksamana Cheng Ho, pelaut Muslim asal Cina yang pernah singgah di Nusantara. Selesai pembangunannya pada tahun 2002, ukuran bangunan utama masjid ini berjumlah 11 x 9 meter yang melambangkan 99 asmaul husna, yaitu nama-nama baik Allah SWT, dari Ar-Rahman hingga As-Sabur. Angka 11 melambangkan jumlah asmaul husna yang diawali huruf alif, sedangkan angka 9 melambangkan jumlah Wali Songo, yaitu sembilan tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa.

Interior Masjid Cheng Ho juga tak kalah menarik. Lantainya dilapisi karpet merah, sedangkan dindingnya dihiasi kaligrafi Arab dan Tionghoa. Mihrabnya juga memiliki desain yang unik, yang menggabungkan unsur Islam dan Tionghoa.

Masjid Cheng Ho adalah bukti nyata akulturasi budaya Islam dan Tionghoa di Surabaya. (sumber: Surabaya Roll Cake)
Masjid Cheng Ho adalah bukti nyata akulturasi budaya Islam dan Tionghoa di Surabaya. (sumber: Surabaya Roll Cake)
Kembali ke Kota Lama Surabaya, Zona Arab menawarkan nuansa Arab karena memang menjadi organisasi etnis Arab di Surabaya, termasuk makam Sunan Ampel. Beliau lahir di daerah Champa, yang sekarang dikenal sebagai Vietnam bagian selatan, pada tahun 1401, dan meninggal di Surabaya pada tahun 1481. Makamnya tidak pernah sepi peziarah.

Makam Sunan Ampel. (sumber: Amnesia.id)
Makam Sunan Ampel. (sumber: Amnesia.id)

Dan last but not least, ada Zona Melayu, kawasan yang memiliki bangunan-bangunan dengan gaya arsitektur khas ras Melayu, seperti rumah panggung yang berwarna-warni.

Semua ini merupakan bagian dari Kota Lama Surabaya yang baru saja diresmikan tahun ini.

Sebenarnya masih banyak lagi contoh arsitektur tradisional di Surabaya, namun Kota Pahlawan adalah tempat berbaurnya arsitektur tradisional dan modern. Mal paling tersohor di Surabaya adalah Tunjungan Plaza (TP), mal raksasa dengan banyak pilihan toko yang menjajakan berbagai macam merek, lokal maupun internasional. TP menjadi mal kebanggaan Surabaya, dan di sinilah orang-orang berada di Surabaya berbelanja hingga pingsan.

Tunjungan Plaza, mal kebanggaan Surabaya. (sumber: detik.com)
Tunjungan Plaza, mal kebanggaan Surabaya. (sumber: detik.com)

Dan setiap hari Minggu, warga Surabaya kerap berolahraga dan beraktivitas di Taman Bungkul, sebuah oase hijau di tengah hiruk-pikuk Kota Pahlawan.

Taman Bungkul, oase hijau di tengah hiruk-pikuk Surabaya. (sumber: Indonesia Kaya)
Taman Bungkul, oase hijau di tengah hiruk-pikuk Surabaya. (sumber: Indonesia Kaya)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun