Pura Mangkunegaran merupakan cagar budaya lainnya yang ada di Solo. Ini adalah istana resmi Kadipaten Mangkunegaran dan tempat kediaman para adipati Mangkunegaran. Letaknya di Jalan Ronggowarsito, Keprabon, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta.
Seperti yang dijelaskan, budaya Jawa masih lestari di Solo selama berabad-abad. Salah satu tradisi Jawa yang menyatu dengan ajaran agama Islam adalah tradisi Sekaten dan Grebeg Maulud yang dilakukan untuk memperingati hari lahir sang junjungan tinggi umat Islam, sebaik-baiknya idola bagi umat Islam, yaitu Nabi Muhammad SAW. Acara Sekaten berkaitan erat dengan sejarah penyebaran agama Islam di Pulau Jawa, dan juga dirayakan di Jogja.
Masyarakat Solo masih melestarikan upacara daur hidup masyarakat Jawa, yaitu upacara Supitan dan Tetesan. Kedua upacara ini adalah upacara khitanan, yang merupakan penanda bahwa seorang sudah akil balig atau cukup umur. Normalnya sunat hanya untuk anak lelaki, dan wajib hukumnya untuk orang Islam, namun tradisi Supitan dan Tetesan di Solo menggabungkan tradisi Islam dan Jawa. Supitan untuk anak lelaki, sedangkan Tetesan untuk anak perempuan.
Tidak sah membicarakan Solo tanpa menyebutkan batiknya. Sebagaimana kita tahu, Solo dikenal dengan batiknya yang berkualitas tinggi dan bertaraf internasional. Di Museum Batik Danar Hadi, kita dapat belajar tentang industri batik yang mengubah Kota Solo untuk selamanya, mulai dari proses pembuatannya, berbagai macam coraknya, dan juga ada bengkel produksinya.
Namun, jika Anda ingin mengintip proses pembuatan batik yang lebih mendetail di Solo, Anda dapat berkunjung ke salah satu kampung batik yang ada di sini. Salah satunya adalah Kampung Batik Laweyan.
Setelah kita menikmati diri dalam sejarah batik Solo, kita dapat berbelanja batik dan barang lainnya di Pasar Klewer, yang terletak di Jalan Dr. Rajiman No. 50, Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. Pasar ini adalah pasar tekstil terbesar di Solo.