Mohon tunggu...
Yudhistira Mahasena
Yudhistira Mahasena Mohon Tunggu... Freelancer - Desainer Grafis

Ini akun kedua saya. Calon pegiat industri kreatif yang candu terhadap K-pop (kebanyakan girl group) dan Tekken.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kenali Jakartamu! Episode 8: Suku Betawi, The Pride and Glory of Jakarta

12 Juni 2024   17:56 Diperbarui: 12 Juni 2024   19:05 658
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suku Betawi adalah salah satu ikon Jakarta. (sumber: Setu Babakan)

Bismillahirrahmanirrahim.

Hari ini kita akan melanjutkan kembali serial Kenali Jakartamu untuk merayakan hari ulang tahun Kota Jakarta yang ke-497 tanggal 22 Juni nanti. Di enam episode sebelumnya kita sudah membahas tentang kelima kota administrasi yang membentuk Jakarta, plus satu-satunya kabupaten di DKI Jakarta yaitu Kepulauan Seribu. Serangkaian episode berikutnya akan membahas Jakarta dari sisi sosial-budaya.

Detailnya:
Episode 8: Suku Betawi (secara umum)
Episode 9: Makanan khas Jakarta
Episode 10: Kesenian khas Jakarta
Episode 11: Sejumlah tradisi Betawi (ketika hendak menikah, pindahan, khitanan, dll.)
Episode 12: Cerita rakyat Betawi
Episode 13: Tempat-tempat wisata di Jakarta
Episode 14: Rekomendasi musisi asal Jakarta
Episode 15: Tokoh-tokoh Betawi yang hebat

Hari ini kita akan membahas the pride and glory of Jakarta, yaitu suku Betawi. Walaupun saat ini Jakarta lebih banyak dihuni oleh suku Jawa dan beberapa suku lain, kehadiran suku Betawi masih kental di Jakarta.

Now if you were to tell me that Monas is the icon of Jakarta, saya tidak akan kaget. Monas, atau Monumen Nasional, dengan api kemerdekaannya yang menyala dengan terang di atas cakrawala Jakarta, sengaja dibangun untuk mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945. Tujuannya supaya inspirasi dan semangat patriotisme generasi bangsa Indonesia saat ini dan mendatang bangkit. Bagi orang yang pertama kali ke Jakarta pasti mencari Monas.

Akan tetapi, suku Betawi juga sudah menjadi ikon tersendiri bagi Kota Jakarta. Mereka memiliki kekerabatan etnis dengan suku Melayu, Sunda, dan Jawa. Kemunculan suku Betawi pertama kali terjadi pada abad ke-18 sebagai suatu komunitas dari beberapa etnis yang mendiami Batavia (Jakarta sekarang). Nama suku mereka diambil dari kata "Batavia" yang kemudian berubah menjadi Betawi untuk menyesuaikan dengan lidah masyarakat lokal.

Begini saja. Keluarga saya mayoritas orang Jawa. Most particularly, dari keluarga mama saya yang mendiami kota Jakarta. Kakak sepupu tertua saya dari keluarga mama, yang akrab saya sapa Mas Tangguh, menikah dengan seorang wanita Betawi yang saya sapa Teh Fida. Tidak aneh, kok, memanggil wanita Betawi dengan sebutan teteh, yang notabene sapaan untuk wanita Sunda yang lebih tua.

Ketika saya menghadiri pernikahan Mas Tangguh dan Teh Fida pada tahun 2017, itu adalah pertama kalinya saya melihat tradisi pernikahan adat Betawi, di mana ada berbalas pantun dan juga ada roti buaya. Namun kita akan menyimpan hal-hal tersebut untuk episode mendatang.

Akan tetapi, setelah melihat adu pantun tersebut, saya sadar, "Oh, ini toh yang namanya budaya Betawi." Dari situlah saya tertarik untuk mempelajari budaya Betawi.

Kebanyakan orang berasumsi bahwa jarang ada orang Betawi yang sukses, baik itu dari segi ekonomi, pendidikan, maupun teknologi. Padahal, tidak sedikit orang Betawi yang sukses. Sebut saja Muhammad Husni Thamrin (pahlawan nasional Indonesia), seniman Benyamin Sueb, dan Pak Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta masa bakti 2007-2012 yang akrab dikenal dengan julukan Foke. Siape bilang anak Betawi nggak berbudaye?

Banyak nilai positif yang patut diacungi jempol dari suku Betawi. Salah satunya, menjunjung tinggi nilai-nilai agama. Mayoritas suku Betawi beragama Islam, dan nilai-nilai agama yang mereka junjung tinggi tercermin dari ajaran orangtua mereka sejak dini. Mereka rajin salat dan mengaji serta bela diri. Masyarakat Betawi juga sangat menjunjung tinggi pluralisme atau paham atas keberagaman, sebagaimana tercermin dari hubungan baik antara orang Betawi dengan orang luar Jakarta.

Suku Betawi juga sangat menghormati budaya yang mereka warisi. Walaupun saat ini mereka agak terpinggirkan oleh modernisasi, masih banyak orang Betawi yang melestarikan budaya mereka, seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, berbalas pantun, dan berbagai macam tarian tradisional Betawi seperti ronggeng. Bahkan beberapa dari orangtua Betawi masih menamai anak-anak mereka dengan nama-nama Betawi, seperti Dul, Juki, Jiun, Jiung (bukan anggota P1Harmony), Bokir, dan Madun.

Berikut adalah sebuah video dari saluran YouTube resmi Kompas TV yang mengungkap tentang suku Betawi dan budaya mereka:


Sehari-hari, masyarakat Betawi berbicara seperti kita, bahasa Indonesia. Namun, bahasa Betawi masih mereka lestarikan di era modern. Bahasa ini merupakan bahasa Melayu Pasar yang bercampur dengan bahasa-bahasa seperti Belanda, Portugis, Arab, Persia, Hokkien, dan juga bahasa pribumi Indonesia seperti Sunda, Jawa, dan Bali. Bahasa Betawi umum terdengar di acara-acara lenong di televisi. Sastrawan Firman Muntaco merupakan salah satu pengguna bahasa Betawi di era kontemporer, dan beliau terkenal dengan cerpen-cerpen dan artikel-artikelnya yang dimuat di koran pada tahun 1960-an hingga 1980-an.

Berikut adalah video seorang anak kecil bernama Nizana Dewa Audra sedang memperkenalkan dirinya dalam bahasa Betawi, yang diunggah oleh saluran YouTube AudrakidsTV. Saat video ini diunggah, Dewa masih berusia 10 tahun dan masih duduk di bangku kelas 4 SD.


Dan begitulah pengetahuan umum mengenai suku Betawi.

Zaman boleh mengalami kemajuan, tetapi suku Betawi masih akan terus menjunjung nilai agama dan budaya yang telah mereka lestarikan selama berabad-abad.

Stay tuned! Episode depan akan membahas kuliner khas Jakarta.

Tabik,
Yudhistira Mahasena

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun