Bismillahirrahmanirrahim.
Hari ini kita akan melanjutkan kembali serial Kenali Jakartamu untuk merayakan hari ulang tahun Kota Jakarta yang ke-497 tanggal 22 Juni nanti. Di enam episode sebelumnya kita sudah membahas tentang kelima kota administrasi yang membentuk Jakarta, plus satu-satunya kabupaten di DKI Jakarta yaitu Kepulauan Seribu. Serangkaian episode berikutnya akan membahas Jakarta dari sisi sosial-budaya.
Detailnya:
Episode 8: Suku Betawi (secara umum)
Episode 9: Makanan khas Jakarta
Episode 10: Kesenian khas Jakarta
Episode 11: Sejumlah tradisi Betawi (ketika hendak menikah, pindahan, khitanan, dll.)
Episode 12: Cerita rakyat Betawi
Episode 13: Tempat-tempat wisata di Jakarta
Episode 14: Rekomendasi musisi asal Jakarta
Episode 15: Tokoh-tokoh Betawi yang hebat
Hari ini kita akan membahas the pride and glory of Jakarta, yaitu suku Betawi. Walaupun saat ini Jakarta lebih banyak dihuni oleh suku Jawa dan beberapa suku lain, kehadiran suku Betawi masih kental di Jakarta.
Now if you were to tell me that Monas is the icon of Jakarta, saya tidak akan kaget. Monas, atau Monumen Nasional, dengan api kemerdekaannya yang menyala dengan terang di atas cakrawala Jakarta, sengaja dibangun untuk mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi kemerdekaan 1945. Tujuannya supaya inspirasi dan semangat patriotisme generasi bangsa Indonesia saat ini dan mendatang bangkit. Bagi orang yang pertama kali ke Jakarta pasti mencari Monas.
Akan tetapi, suku Betawi juga sudah menjadi ikon tersendiri bagi Kota Jakarta. Mereka memiliki kekerabatan etnis dengan suku Melayu, Sunda, dan Jawa. Kemunculan suku Betawi pertama kali terjadi pada abad ke-18 sebagai suatu komunitas dari beberapa etnis yang mendiami Batavia (Jakarta sekarang). Nama suku mereka diambil dari kata "Batavia" yang kemudian berubah menjadi Betawi untuk menyesuaikan dengan lidah masyarakat lokal.
Begini saja. Keluarga saya mayoritas orang Jawa. Most particularly, dari keluarga mama saya yang mendiami kota Jakarta. Kakak sepupu tertua saya dari keluarga mama, yang akrab saya sapa Mas Tangguh, menikah dengan seorang wanita Betawi yang saya sapa Teh Fida. Tidak aneh, kok, memanggil wanita Betawi dengan sebutan teteh, yang notabene sapaan untuk wanita Sunda yang lebih tua.
Ketika saya menghadiri pernikahan Mas Tangguh dan Teh Fida pada tahun 2017, itu adalah pertama kalinya saya melihat tradisi pernikahan adat Betawi, di mana ada berbalas pantun dan juga ada roti buaya. Namun kita akan menyimpan hal-hal tersebut untuk episode mendatang.
Akan tetapi, setelah melihat adu pantun tersebut, saya sadar, "Oh, ini toh yang namanya budaya Betawi." Dari situlah saya tertarik untuk mempelajari budaya Betawi.
Kebanyakan orang berasumsi bahwa jarang ada orang Betawi yang sukses, baik itu dari segi ekonomi, pendidikan, maupun teknologi. Padahal, tidak sedikit orang Betawi yang sukses. Sebut saja Muhammad Husni Thamrin (pahlawan nasional Indonesia), seniman Benyamin Sueb, dan Pak Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta masa bakti 2007-2012 yang akrab dikenal dengan julukan Foke. Siape bilang anak Betawi nggak berbudaye?