Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ketahanan dan Kemandirian Kesehatan

31 Maret 2021   14:52 Diperbarui: 1 April 2021   05:20 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal tersebut menjadi polemik baru, mengingat status GeNose berubah dari sebelumnya sebagai alat skrining, kini menjadi syarat bepergian (Kompas, 30/3). 

Perubahan model tersebut ditengarai pakar epidemiologi, berpotensi membuka peluang penularan wabah, karena alat deteksi bersifat eksperimental. 

Bagaimana kita bersikap atas polemik ini? (i) dalam pandemi yang terutama adalah mencegah perluasan paparan wabah, (ii) mendukung hasil produksi dalam negeri, dengan berbasis bukti dan ilmiah, serta (iii) memberikan ruang tumbuh bagi hasil penelitian domestik sebagai bentuk kemandirian lokal.

Bila begitu, bagaimana aspek turunan teknisnya? GeNose berbasis kecerdasan buatan, tentu akan menjadi semakin terlatih ketika berhadapan dengan berbagai kasus, karena itu sifatnya memang menjadi alat penapisan awal. 

Skemanya ditempatkan dalam dua kedudukan, (i) GeNose dipergunakan untuk menapis populasi dalam pembelian tiket, sementara itu (ii) standar rapid antigen dipakai sebagai syarat bagi penumpang untuk layak bepergian, dengan menggunakan kombinasi testing tersebut, keduanya menjadi terpakai dan melengkapi. 

Bukankah penambahan sarana tes menjadi beban bagi konsumen transportasi? 

Perlu dipahami pola lalu lintas manusia di masa pandemi berpotensi pada penularan, maka prinsip kehati-hatian menjadi hal utama sehingga mengesampingkan konsekuensi biaya, sebab mobilitas sudah semestinya dibatasi.

Vaksin Merah Putih dan Vaksin Nusantara

Kembali pada persoalan kemandirian di sektor kesehatan, dengan berkaca pada terhambatnya kiriman vaksin dari India, sesungguhnya para peneliti lokal sudah menghasilkan bibit vaksin merah putih sebagai hasil penelitian Lembaga Eijkman maupun dari Universitas Airlangga (Detik, 10/3). 

Pihak BPOM selaku regulator yang berwenang memberikan izin penggunaan menyampaikan bahwa keduanya akan memasuki berbagai tahap penelitian lanjutan, mulai titik awal uji praklinik.

Babak selanjutnya akan sangat terkait dengan keberhasilan calon vaksin melewati ujian-ujian tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun