Pola nasionalisme vaksin menjadi tidak relevan dalam upaya melawan pandemi, karena konsep dasarnya adalah wabah global. Dibutuhkan pemulihan dunia secara bersama -no one is safe until everyone is.
Kontribusi IlmuwanÂ
Kita berada dalam ambigu terbesar, dalam sebuah program kesehatan kolosal yakni vaksinasi massal dunia.Â
Disatu sisi kita berbicara tentang pentingnya kolaborasi antar negara, disisi lain kita berhadapan dengan pragmatisme posisi yang tidak seimbang antara negara produsen dan konsumen.Â
Konsep kemandirian sebagai bentuk ketahanan mencuat sekaligus menguat. Tercatat dalam tahun pandemi, inovasi lokal menjadi lebih produktif dibandingkan sebelumnya.Â
Berbagai inisiatif pusat pendidikan dan lembaga penelitian difokuskan pada kontribusinya menghadapi pandemi.
Alat kesehatan yang bertumpu pada mekanisme import, kini dihasilkan oleh karya anak bangsa, termasuk ventilator UI Covent-20 yang telah laik untuk naik ke level produksi mengisi ruang kosong pasokan dalam negeri, sebelumnya didominasi produk luar negeri.Â
Produk hasil kerja sama lintas fakultas di UI antara teknik dan kedokteran itu adalah terobosan baru yang bernas. Bahkan mungkin juga tidak terbayangkan sebelum pandemi.Â
Berbagai hasil penelitian seakan dipaksa oleh keadaan untuk menjadi lebih praktis dan konkret, dibandingkan menjadi sekadar sarana percobaan dan uji coba dalam skala laboratorium.Â
Di antara hasil produk tersebut, tercipta pula GeNose, sebuah hasil penelitian tim UGM yang dipergunakan untuk mendeteksi Covid-19 dengan hembusan napas serta menggunakan mekanisme kecerdasan buatan -artificial intelligence untuk menganalisis hasil sampling tersebut.Â
Setelah mendapatkan pengakuan dan izin edar, GeNose dipergunakan di berbagai pusat aktivitas publik, termasuk di titik stasiun kereta api. Kini GeNose ditetapkan sebagai syarat perjalanan dalam aturan rinci larangan mudik melalui SE No 12/ 2021.Â