Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menuju Masyarakat Digital

26 November 2019   08:43 Diperbarui: 27 November 2019   11:02 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi berlebih-lebihan pada potensi perubahan teknologi, serta memposisikan manusia sebagai aktor yang tersisih dari dampak teknologi juga tidaklah tepat. Sebagaimana konsep Technomyopia, Roger Fidler dalam Mediamorfosis, 2003, tentang kondisi tersebut.

Shifting digital, menciptakan Technomyopia alias rabun jauh teknologi sebagai akibat dari harapan yang sangat tinggi pada konteks dampak jangka pendek, sehingga kurang melihat konsekuensi jangka panjang.

Apa implikasi jangka pendek? Terdapat kemudahan bagi aktivitas kehidupan manusia. Lantas apa pengaruhnya bagi jangka panjang? Perubahan budaya dan nilai-nilai sosial bersama.

Medan Baru Digital
Ruang digital mengubah landscape relasi manusia. Terdapat perubahan dari cara manusia mempergunakan teknologi yang kemudian pada akhirnya mempengaruhi sikap serta perilaku hingga budaya manusia itu sendiri.

Apa saja yang nampak? Crispin Thurlow et all, 2004, Computer Mediated Communication: Social Interaction and The Internet, mengungkapkan ada perubahan kebiasaan manusia pada hubungannya dengan internet.

Termasuk diantaranya, terkait identitas dimana ada pseudo identity dikarenakan ruang digital memungkinkan anonymous identity. Lalu penggunaan bahasa, ada ragam berbahasa digital -net speak atau dikenal juga net lingo.

Kejahatan digital -cybercrime, cyberbullying, bahkan cyberporn, juga merupakan dampak samping dari perubahan teknologi. Kerahasiaan data privat, mengalami ancaman.

Bahkan peluang demokrasi digital, sebagaimana identifikasi Jurgen Habermas tentang ruang publik -public sphere, yang kini merujuk ruang digital tidak sepenuhnya terjadi. Hoax dan hate speech seolah banjir dan bertebaran di dunia maya.

Hal ini sejalan dengan, James Curran et all, Misunderstanding the Internet, 2012, yang menyebutkan bahwa tidak ada ruang bebas nilai serta bebas kepentingan, termasuk jagat internet dan digital.

Kajian James Curran, menempatkan kerangka kuasa yang mendominasi dan tidak setara. Pelaku utamanya, tetap berpulang pada struktur kapitalisme sesuai kajian kritis. Negara menjadi proksi kepentingan ekonomi dari dunia kapitalis.

Lebih jauh lagi, internet menjadi media digital dalam perluasan pengaruh kapitalisme. Globalisasi adalah metode pengetuk batas wilayah, dalam kerangka perdagangan bebas menuju integrasi akumulasi kapital. Dengan begitu, internet adalah alat dan sarana penuh kepentingan kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun