Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Saat Politik Mencari Panggung

25 Agustus 2018   06:27 Diperbarui: 26 Agustus 2018   08:11 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seolah tiada henti, setelah polemik penetapan pasangan capres-cawapres, kini soal penentuan tim pemenangan, termasuk pengajuan nama ketua dan struktur pun menjadi pembahasan yang hangat.

Maklum saja, periode tahun politik memang menjadi magnet berdaya tarik tinggi. Para elit berusaha memanfaatkan momentum tersebut, untuk mencari panggung, bahkan lebih dari itu bisa saling berebut panggung.

Menjadi menarik melihat pergulatan disekitar hal tersebut, karena sejumlah nama disebut menjadi pelengkap strategis dalam kedudukan sebagai ketua tim pemenangan bagi kedua kubu.

Setidaknya beberapa kriteria dijadikan sebagai dasar dalam pencarian sosok ketua tim kampanye pemenangan, diantaranya:

Pertama, sosok yang identifikasinya harus dapat membentu memperkuat amplifikasi pesan atas karakter yang dibangun oleh pasangan calon, memiliki kesamaan citra. Kedua, figur terpilih menjadi bagian pelengkap dari kombinasi kandidat yang diusung, mempertegas keragaman dari pesona kontestan.

Ketiga, kehadiran tokoh tersebut nantinya memberi daya dukung kerja yang maksimal dalam pengorganisiran pemenangan. Termasuk mampu memberi dampak bagi kontribusi elektabilitas pasangan calon.

Cukupkah demikian? Tentu saja dalam kerangka pemikiran partai-partai peserta koalisi tidak akan terlalu sederhana seperti itu, ada beberapa faktor pertimbangan lain yang harus diukur, antara lain:

Pertama, menjadi representasi wajah partai, sehingga dapat mendorong popularitas ketokohan yang berkorelasi pada harapan dampak pertambahan perolehan suara partai. Kedua, memastikan figur yang terpilih sebagai ketua tim pemenangan baik melalui usulan partai ataupun tokoh independen tidak akan maju pada proses kontestasi selanjutnya.

Kombinasi diantara kepentingan koalisi dan tujuan internal masing-masing partai politik tidak mudah diformulasikan, kompromi mungkin menjadi jalan tengah.

Kini secara praktis belum ada tokoh yang dimunculkan, kubu petahana masih mengosongkan nama ketua tim pemenangan membuktikan proses tersebut berjalan alot, sementara itu pada kubu penanding meski nama ketua tim sukses sudah disebut tetapi masih membutuhkan kesepakatan bulat dari seluruh anggota koalisi.

Situasi ini adalah gambaran nyata kehidupan sosial politik kita hari-hari ini, apa maknanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun