Sebagai catatan, pihak swasta ini dikelola oleh generasi muda Kepulauan Seribu. Sebelum dilirik sebagai destinasi wisata, Pulau Tidung mengandalkan pencaharian sebagai nelayan.
Para pemuda ini berperan mengagas pembetukan kawasan wisata, melakukan promosi digital, membangun kerjasama dengan berbagai pihak hingga mendorong terbentuknya infrastruktur wisata yang memadai.
Kini homestay dan wisma penginapan muncul bak cendawan, tentu mengantisipasi kebutuhan pengunjung. Lokasi yang tidak seberapa jauh dari Ibukota harusnya bisa menjadi pengalih tujuan wisata luar negeri penduduk Jakarta.
Cukup hanya dengan berlayar dengan speedboat selama 60 menit saja dari pantai Ancol. Sensasi bergoyang diantara bergulung ombak, membawa nuansa yang berbeda.
Kerangka Pembangunan Manusia
Sesungguhnya infrastruktur di Pulau Tidung mulai dsri keberadaan pusat kesehatan, pusat pemerintahan, hingga berbagai perangkat semisal dermaga, pasar dan balai rakyat tersedia. Tidak hanya itu, pusat pendidikan mulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat atas kejuruan juga telah berdiri dengan baik.
Salah satu yang perlu dipahami bahwa penguatan kapasitas daerah, hanya dapat diperoleh melalui pembentukan kompetensi sumberdaya manusianya.
Berkunjung ke pulau membawa kearifan baru khususnya bagi saya. Bila salah satu profesor yang berkonsentrasi dibidang perubahan, menyarankan membuka wawasan dengan melancong ke mancanegara untuk memecah rigiditas.
Tentu orientasi akan kearifan lokal perlu juga menjadi penyeimbang, dan hal tersebut dapat diperoleh dengan melakukan wisata domestik, selain menggalakkan program local buy locally.
Situasi ini, digunakan untuk memastikan agar mindsetdan kiblat pembangunan fisik tidak hanya menjadi barometer utama dalam memandang kemajuan peradaban.
Nah menyoal hal tersebut diatas, nampaknya relevan dan berkorelasi dengan proyeksi pembangunan Ibukota yang menempatkan giant sea wall sebagai rencana kerja bersama pihak swasta.