Catatan Perjalanan Pulau Tidung
Tepat dipinggir pantai Pulau Tidung, saya dan keluarga bersama bersuka cita, karena momentum liburan berhasil mempersatukan seluruh anggota keluarga.
Maklum saja, sebagian anak kami, masih tercatat sebagai santri dengan sistem boarding school. Maka jadilah liburan adalah sarana melepas rindu bersama.
Kepulauan seribu memiliki berbagai gugusan pulau, salah satunya adalah Pulau Tidung yang kami kunjungi.
Pulau dengan luas hanya 109 Ha itu memang terbilang kecil, dihuni oleh penduduk asli yang hanya sekitar 5000 jiwa, dengan mata pencaharian sebagai nelayan.
Tentu bukan dalam rangka memburu bukti kejadian politik, yang terjadi di kepulauan seribu beberapa waktu terakhir yang memanaskan suasana Ibukota.
Berdasarkan penuturan pemandu kami, Pulau Tidung adalah pulau berpenghuni sejak jaman penjajahan Belanda dibumi Nusantara.
Suku asli yang pada permulaan menghuni pulau kecil ini adalah suku Tidung yang disinyalir datang dari pulau Kalimantan, sebagai bentuk pengasingan raja suku Tidung yang memberontak pada kekuasaan penjajah Belanda.
Menyusur keseluruhan pulau ini, cukup hanya dengam bersepeda atau menggunakan bentor modifikasi becak bermotor. Dari ujung ke ujung, hanya membutuhkan waktu keseluruhan sekitar 50 menit bergowes.
Wisata Bahari dan Peran Pemuda
Andalan utama Pulau Tidung tentu saja garis pantai yang landai dengan pasir yang lembut. Titik sentral wisata terletak dikedua ujung pulau, Jembatan Cinta dan Cemara Tidung yang dikelola oleh pihak swasta.