“Ikut saya !”
“Dimas,”
Dimas tidak mendengar Pak Damar sedang memanggil namanya. Yang ada di otaknya adalah pertunjukan konser cacing-cacing yang ada di perutnya.
“Dimaas !“
Dimas terjekut dan permen karet yang dikunyahnya dari pagi tiba-tiba pecah dan menempel di wajahnya. Kemudian ia mengumpulkannya kembali, membentuk sebuah kepalan dan mengunyahnya kembali.(ueeeeeek)
“Eh Bapak udah datang ?”
Pak Kepala Sekolah hanya memandang Dimas dengan wajah yang jijik.
“Dimas, Bapak serius !”
“Saya juga serius, Pak”, sahutnya seperti orang kaget.
“Baru seminggu saya meninggalkan sekolah ini. Tapi sudah ada banyak tumpukan map yang ada di meja saya.”
“Wah, Bapak memang orang penting yah. Ada yang bisa saya bantu, Pak ?”