Sudah jadi rahasia umum kalau banyak pembalap Motogp yang pindah ke kelas Superbike (WSBK) dan langsung bisa berprestasi.
Nama-nama seperti Max Biaggi, Carlos Checa, Iker Lecuona, Marco Melandri , Nicky Hayden dan Alvaro Bautista bisa langsung naik podium di tahun pertama mereka.
Bahkan sebagian nama-nama diatas bisa langsung memenangkan balapan di tahun pertama mereka membalap di WSBK.
Dari segi gelar, Max Biaggi memenangkan dua gelar pada tahun 2010 dan 2012, Carlos Checa memenangkan gelar pada tahun 2011 dan Marco Melandri konsisten membalap di empat besar.
Terbaru, Alvaro Bautista berhasil menyabet gelar juara dunia musim 2022 ini bersama dengan Ducati.
Hal ini berbanding terbalik dengan pembalap-pembalap yang pindah dari WSBK ke Motogp. Sebut saja Noriyuki Haga, Ben Spies, James Toseland, Troy Bayliss, Colin Edwards dan Gareth Gerloff sulit berprestasi di Motogp.
Troy Bayliss juara dunia tiga kali WSBK hanya pernah menang sekali, Ben Spies juara dunia WSBK 2009 hanya bisa menang sekali, Colin Edwards juara dunia WSBK dua kali hanya konsisten di papan tengah dan sesekali podium.
Kenapa hal ini bisa terjadi?
Limit Motor yang BerbedaÂ
Ben Spies, juara dunia WSBK tahun 2009 yang pernah membalap di kelas Motogp mengungkapkan bahwa perbedaan motor menjadi penyebab utama sulitnya beradaptasi.
Spies berpendapat bahwa limit motor Motogp lebih sulit untuk dicapai, berbeda dengan motor WSBK yang lebih mudah untuk diketahui limitnya dan dibawa dengan maksimal.
"Di Motogp, limit motor sangat tinggi. Anda harus bekerja untuk menemukan limit itu." Kata Spies (Dikutip dari Worldsbk.com).
Spies kemudian mencontohkan hal ini dengan perbedaan performa Alvaro Bautista dengan jagoan Ducati WSBK sebelumnya, Chaz Davies.
"Di WSBK, dibandingkan motor lainnya, Panigale V4R adalah motor di WSBK dengan karakteristik yang paling mirip dengan motor-motor Motogp. Itu kenapa Chaz Davies kesulitan, power dan chasisnya sangat mirip dengan Motogp." Kata Spies (Dikutip dari Worldsbk.com).
Menurut Spies bahkan pembalap dari Moto2 atau Moto3 akan lebih mudah beradaptasi di kelas Motogp, karena memiliki motor dengan karakteristik yang mirip walau punya kapasitas mesin dan tenaga yang lebih kecil.
Sensitivitas Motor yang Berbeda
Â
Sering para pembalap Motogp mengeluhkan tentang trek yang kurang sempurna, mau itu bergelombang atau punya aspal yang tidak rata.
Gareth Gerloff yang punya kesempatan untuk membalap di GP Assen 2021 awalnya tidak mengerti kenapa para pembalap Motogp begitu manja dengan kondisi trek sampai dia sendiri mencoba Yamaha M1.
"Sewaktu saya membalap di Assen dengan Yamaha M1, saya merasa treknya sangat bergelombang. Saya merasa aneh karena sebelumnya saya membalap di sana dan treknya tidak terasa begitu bergelombang. Beberapa bulan kemudian saya datang lagi ke Assen, kali ini bersama tim WSBK saya dan benar saya tidak merasakan gelombang yang parah dengan R1 saya." Kata Gerloff (Di kutip dari Worldsbk.com).
Gerloff kemudian menyimpulkan kalau motor Motogp sangat sensitive dengan permukaan aspal. Sehingga kecacatan lintasan sekecil apapun akan berdampak pada performa motor.
"Kemarin mereka juga mengeluh saat membalap di Texas (sirkuit COTA Amerika Serikat). Mereka bilang aspalnya sangat bergelombang, ya saya cuma bisa bilang kalau aspal COTA adalah aspal terbaik di Amerika Serikat, hahaha." Tambah Gerloff (Dikutip dari Worldsbk.com).
Iker Lecuona yang pindah dari Motogp ke WSBK juga punya pendapat yang senada dengan Gerloff.
"Di WSBK saya bisa memperbaiki kesalahan menikung saya dengan gaya balap saya karena motornya lebih banyak bergerak daripada Motogp. Di Motogp motornya begitu presisi dan harus dibawa sempurna saat menikung, salah sedikit anda langsung jatuh." Kata Lecuona (Dari Worldsbk.com).
Part-part Eksotik Motogp tidak ada di WSBKÂ
Kemudian dari sisi teknis, Motor WSBK sangat dibatasi daripada Motogp. Di Motogp karena menggunakan motor prototipe, pabrikan bisa bebas merubah dan mengoptimalkan performa motor, sementara di WSBK motor sebisa mungkin masih mirip dengan versi yang dijual.
Sebut saja rem karbon, aero fairing, body carbon fiber, ban dan elektronik sebagai benchmark.
Di WSBK, rem yang digunakan adalah rem baja yang mana jenis rem ini performanya akan menurun jika suhu pada rem terlalu panas.
Di Motogp, rem yang digunakan adalah rem carbon yang mana jenis rem ini performanya akan bertambah jika makin panas. Rem baja hanya digunakan saat keadaan hujan di Motogp.
Perbedaan performa rem ini menjadikan pembalap Motogp dapat lebih dekat mengerem saat masuk ke tikungan daripada pembalap WSBK.
Kebiasaan rem ini akhirnya mempermudah pembalap-pembalap Motogp yang pindah ke WSBK daripada sebaliknya karena pembalap Motogp lebih terbiasa dengan rem yang lebih kompleks, parts-parts lain juga begitu.
Lebih mudah pindah dari parts yang rumit ke parts yang sederhana daripada sebaliknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H