Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Artikel Utama

Tradisi Baik dalam Transportasi Publik Ibu Kota

29 April 2019   07:10 Diperbarui: 29 April 2019   08:57 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah penumpang kereta listrik (KRL) Jabodetabek menunggu di garis batas antrean berwarna hijau di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, Rabu (9/8/2017). | Sumber: KOMPAS.com/Garry Andrew Lotulung

Wajah KRL Jabodetabek sendiri mulai berubah seiring terbentuknya PT Commuter Jabodetabek (KCJ) pada 19 Mei 2009. Sesuai namanya, PT KAI memang mengkhususkan anak perusahaan ini untuk mengelola KRL yang terbentang hingga Tangerang, Bogor, dan Bekasi. Perlahan tapi pasti, keberadaan PT KCJ mulai menuai hasil yang signifikan bagi kualitas layanan KRL di Jabodetabek.

Pada 2011, PT KCJ menerapkan pola single operation dan loop line operation. Pola single operation sendiri membuat seluruh jenis layanan KRL menjadi hanya satu layanan berjuluk KRL Commuter Line yang berhenti di setiap stasiun. Adapun pola loop-line operation menyederhanakan rute KRL sekaligus menerapkan sistem transit.

Selain membenahi operasi kereta api, PT KCJ juga mulai menertibkan pedagang liar dan kios-kios di area stasiun pada akhir 2012 hingga pertengahan 2013. Penertiban sendiri diselenggarakan secara bertahap di seluruh stasiun di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi.

PT KCJ juga berusaha untuk menertibkan para penumpang yang "hobi" bertengger di atap kereta. Caranya pun bermacam-macam: mulai dari menuangkan oli di atap kereta, memasang kawat berduri di atas peron, menyemprotkan cat berwarna, memasang bola besi penghalang, hingga memanggil pemuka agama dan memutar rekaman dakwah. Semuanya mereka lakukan untuk membersihkan atap kereta dari penumpang.

Langkah yang paling efektif, pengelola setiap stasiun menahan setiap kereta rel listrik yang masih terdapat penumpang di atap gerbongnya. Sontak, ancaman ini membuat para penumpang lainnya memaksa para penghuni atap gerbong kereta untuk turun. Hasilnya, seluruh penumpang mulai tertib berada di dalam gerbong, hingga hari ini.

Terobosan lainnya, PT KCJ mulai menerapkan sistem tiket elektronik pada pertengahan 2013 dengan menggantikan tiket kertas menjadi kartu elektronik. Pada pertengahan 2015, sistem ini mulai berkembang dengan menawarkan tiket dalam bentuk lain selain kartu, seperti: gelang, stiker, dan gantungan kunci.

Guna menekan angka antrean di loket, PT KCJ juga menyediakan vending machine di setiap stasiun. Mesin ini berfungsi untuk melayani pembelian tiket kereta rel listrik secara mandiri dan otomatis. Menariknya, mesin ini mampu bertransaksi tunai dengan menggunakan uang kertas. Hal ini semakin mempermudah penumpang yang tidak memiliki kartu AMT atau kartu kredit untuk bertransaksi membeli tiket elektronik kereta api rel listrik.

Setelah 8 tahun berdiri, PT KCJ kembali bertransformasi diri. Kali ini, mereka mengganti namanya menjadi PT KAI Commuter Indonesia, yang disingkat PT KCI. Tampaknya, penggantian nama ini seiring dengan harapan perusahaan untuk mengembangkan layanannya hingga ke wilayah Indonesia lainnya.

Lingkaran Kebaikan Transportasi Publik
Bagi saya pribadi, rasanya kita perlu berterima kasih kepada TransJakarta dan KAI Commuter Indonesia (KCI) atas wajah manusiawi transportasi publik di Jakarta. Dalam kurun waktu satu dasawarsa terakhir ini, mereka sudah berusaha untuk membangun dan mempertahankan tradisi baik dan positif masyarakat ibu kota, minimal di dalam bus TransJakarta dan kereta rel listrik.

Dalam kacamata saya, tanggung jawab mereka bukan hanya sekedar mengantarkan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya. Lebih dari itu, mereka juga turut mengemban amanah untuk membangun peradaban masyarakat Jakarta. 

Dari sudut pandang ini, baik TransJakarta maupun PT KCI tengah melakukan strategi kebudayaan guna membangun kebiasaan positif publik ibu kota: tertib, teratur, dan menghargai manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun