Tidak jauh dari tempat saya duduk, saya menemukan penjual ketupat sayur. Aroma khas santan dan bumbu rempah yang menggoda langsung membuat saya ingin segera memesan. Saya memilih tempat duduk di bawah pohon rindang sambil menunggu pesanan datang. Saat menunggu, saya membuka gadget dari tas selempang kecil yang saya bawa. Seperti kebiasaan saya, saya mulai scroll berita terbaru untuk mengisi waktu.
Di tengah-tengah membaca berita, perhatian saya tertuju pada sebuah judul yang mencuri perhatian: "Program Makan Bergizi Gratis (MBG) Siap Dimulai di 190 Titik yang Tersebar di 26 Provinsi."
Berita itu menjelaskan tentang program prioritas pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Program ini bertujuan menyediakan makanan bergizi secara gratis kepada kelompok masyarakat tertentu, termasuk balita, anak-anak sekolah, santri, ibu hamil, dan ibu menyusui.
Dimulai di 190 Titik di 26 Provinsi
Program MBG secara resmi dimulai di 190 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang tersebar di 26 provinsi di seluruh Indonesia. Daerah-daerah ini mencakup hampir seluruh penjuru nusantara, mulai dari Aceh hingga Papua Selatan. Setiap dapur dilengkapi dengan tim profesional, termasuk ahli gizi, untuk memastikan makanan yang disajikan memenuhi standar kualitas gizi. Selain itu, program ini melibatkan UMKM dan koperasi lokal dalam rantai pasoknya, menciptakan dampak positif bagi perekonomian daerah.
Struktur dan Pengelolaan SPPG
Setiap Dapur MBG dikelola dengan standar tinggi oleh seorang kepala SPPG yang ditunjuk langsung oleh Badan Gizi Nasional (BGN). Kepala SPPG bekerja sama dengan ahli gizi dan akuntan untuk memastikan pengawasan kualitas gizi, kebersihan, dan kelancaran distribusi makanan.
Komitmen terhadap keberlanjutan juga menjadi perhatian utama. Yang mana dijelaskan bahwa program ini dirancang untuk meminimalkan limbah. Misalnya, nampan penyajian makanan menggunakan bahan stainless steel yang higienis dan dapat digunakan ulang. Ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak hanya fokus pada pemenuhan gizi, tetapi juga peduli terhadap kelestarian lingkungan.
Mendorong Ekonomi Lokal melalui Kolaborasi Multisektor
Selain memberikan manfaat langsung kepada penerima program, MBG juga dirancang untuk menggerakkan ekonomi lokal. Hingga sampai saat ini, sebanyak 140 usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) telah terlibat dalam rantai pasok program ini. Ribuan UMKM, koperasi, dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) lainnya juga sedang melalui proses evaluasi untuk bergabung dalam program ini.
Melalui kolaborasi ini, program MBG membuka peluang besar bagi petani, peternak, dan pelaku usaha lokal untuk menjadi mitra dalam memasok bahan makanan. Penulis dapat melihat bahwa  "Geliat perekonomian lokal bergerak secara signifikan ke arah yang lebih baik,".