Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan dan Politik

Pemerhati bidang sosial budaya, pendidikan dan politik mengantarkan dirinya menjadi kolumnis media lokal dan nasional. Pernah mengenyam pendidikan di MTs-MA YTI Sukamerang Cibatu Garut, S1 PBA Tarbiyah IAIN SGD Bandung dan S2 Ikom Unpad. Mediator bersertifikat dari PMI MM UGM, Arbitrase Kanaka Yogyakarta juga legal drafting dari Jimly School of Law and Government Jakarta. Istri dari F.Saad dan Ibu 3 anak ini pernah mengemban amanat sebagai Dosen di beberapa PTS atl: STIKOM Bdg, Institut Manajemen Telkom, APIKES Bdg, STABA (Sekolah Tinggi Analis Bhakti Asih Bandung), Fikom Universitas Sangga Buana dan Telkom University. Pernah aktif di beberapa lembaga negara atl: 2010-2012 Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) Kec Cimenyan Kab Bdg; 2013-2018 Komisioner KPU Kab Bdg; 2019-2024 Komisioner Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat. Ketua Persma Suaka IAIN SGD Bandung juga Presidium Forum Pers Mahasiswa (FPMB) Bandung 1997/1998 ini aktif juga di Dewan Pakar ICMI Orwil Jabar dan ICMI Kota Bandung, Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Jabar juga Majlis Pembinaan Kader Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Provinsi Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Konspirasi Di Balik Kotak Suara KPU (Bagian 9 dan Bagian 10)

3 Februari 2025   17:15 Diperbarui: 3 Februari 2025   16:59 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ini tidak bisa kamu sembunyikan lagi, Arya," kata Dita, menatapnya dengan tatapan tajam. "Ini bukan hanya soal kamu atau saya. Ini soal kepercayaan rakyat terhadap sistem pemilu kita. Mereka tidak akan pernah mempercayai kita lagi jika kita diam."

Namun, hal tidak terduga kembali muncul saat Sari, yang sebelumnya mendukung Dita, berdiri. "Dita, kamu tidak mengerti. Semua yang kamu ungkapkan memang benar, tapi mengungkapkan semuanya sekarang akan menghancurkan lebih banyak orang. Kami sudah terjebak dalam permainan ini, dan jika kamu melanjutkan, semuanya akan runtuh. Kamu akan kehilangan lebih dari sekadar karir politikmu."

Dita terdiam. Sari mengatakan hal yang sama dengan apa yang ia dengar sebelumnya. Apakah benar jalan ini akan menghancurkan segalanya? Tetapi, di dalam hatinya, Dita tahu bahwa tidak ada pilihan lain.

"Apa yang kalian lakukan salah, Sri. Saya tidak akan berhenti. Ini tentang keadilan, tentang hak rakyat untuk memilih dengan bebas. Dan saya akan melawan meski saya harus berdiri seorang diri."

Dengan penuh keberanian, Dita melanjutkan untuk membeberkan semua bukti, mengungkapkan jaringan yang tersembunyi di balik pemilu yang telah dimanipulasi. Arya dan Sri mencoba untuk menghentikannya, tapi sudah terlambat. Keputusan telah diambil. Dita siap menghadapi konsekuensi, tahu bahwa perjuangannya baru saja dimulai.

Di luar ruangan, berita mulai tersebar. Dunia luar mulai mengetahui apa yang terjadi. Meskipun Dita tahu bahwa jalan depan penuh tantangan, ia merasa lega. Terkadang, untuk mencapai perubahan yang sesungguhnya, kita harus siap mengorbankan segalanya. Dan Dita sudah siap untuk perjuangan yang lebih besar---untuk demokrasi, untuk rakyat, dan untuk kebenaran.

BERSAMBUNG

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun