"Ini tidak bisa kamu sembunyikan lagi, Arya," kata Dita, menatapnya dengan tatapan tajam. "Ini bukan hanya soal kamu atau saya. Ini soal kepercayaan rakyat terhadap sistem pemilu kita. Mereka tidak akan pernah mempercayai kita lagi jika kita diam."
Namun, hal tidak terduga kembali muncul saat Sari, yang sebelumnya mendukung Dita, berdiri. "Dita, kamu tidak mengerti. Semua yang kamu ungkapkan memang benar, tapi mengungkapkan semuanya sekarang akan menghancurkan lebih banyak orang. Kami sudah terjebak dalam permainan ini, dan jika kamu melanjutkan, semuanya akan runtuh. Kamu akan kehilangan lebih dari sekadar karir politikmu."
Dita terdiam. Sari mengatakan hal yang sama dengan apa yang ia dengar sebelumnya. Apakah benar jalan ini akan menghancurkan segalanya? Tetapi, di dalam hatinya, Dita tahu bahwa tidak ada pilihan lain.
"Apa yang kalian lakukan salah, Sri. Saya tidak akan berhenti. Ini tentang keadilan, tentang hak rakyat untuk memilih dengan bebas. Dan saya akan melawan meski saya harus berdiri seorang diri."
Dengan penuh keberanian, Dita melanjutkan untuk membeberkan semua bukti, mengungkapkan jaringan yang tersembunyi di balik pemilu yang telah dimanipulasi. Arya dan Sri mencoba untuk menghentikannya, tapi sudah terlambat. Keputusan telah diambil. Dita siap menghadapi konsekuensi, tahu bahwa perjuangannya baru saja dimulai.
Di luar ruangan, berita mulai tersebar. Dunia luar mulai mengetahui apa yang terjadi. Meskipun Dita tahu bahwa jalan depan penuh tantangan, ia merasa lega. Terkadang, untuk mencapai perubahan yang sesungguhnya, kita harus siap mengorbankan segalanya. Dan Dita sudah siap untuk perjuangan yang lebih besar---untuk demokrasi, untuk rakyat, dan untuk kebenaran.
BERSAMBUNG
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI