Mohon tunggu...
Yudaningsih
Yudaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati Bidang Sosial Budaya, Pendidikan dan Politik

Pemerhati bidang sosial budaya, pendidikan dan politik mengantarkan dirinya menjadi kolumnis media lokal dan nasional. Pernah mengenyam pendidikan di MTs-MA YTI Sukamerang Cibatu Garut, S1 PBA Tarbiyah IAIN SGD Bandung dan S2 Ikom Unpad. Mediator bersertifikat dari PMI MM UGM, Arbitrase Kanaka Yogyakarta juga legal drafting dari Jimly School of Law and Government Jakarta. Istri dari F.Saad dan Ibu 3 anak ini pernah mengemban amanat sebagai Dosen di beberapa PTS atl: STIKOM Bdg, Institut Manajemen Telkom, APIKES Bdg, STABA (Sekolah Tinggi Analis Bhakti Asih Bandung), Fikom Universitas Sangga Buana dan Telkom University. Pernah aktif di beberapa lembaga negara atl: 2010-2012 Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) Kec Cimenyan Kab Bdg; 2013-2018 Komisioner KPU Kab Bdg; 2019-2024 Komisioner Komisi Informasi Provinsi Jawa Barat. Ketua Persma Suaka IAIN SGD Bandung juga Presidium Forum Pers Mahasiswa (FPMB) Bandung 1997/1998 ini aktif juga di Dewan Pakar ICMI Orwil Jabar dan ICMI Kota Bandung, Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Wilayah Muhamadiyah Jabar juga Majlis Pembinaan Kader Pimpinan Wilayah 'Aisyiyah Provinsi Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Konspirasi Di Balik Kotak Suara KPU (Bagian 9 dan Bagian 10)

3 Februari 2025   17:15 Diperbarui: 3 Februari 2025   16:59 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelumnya Bagian 1 s/d 8. Lanjut Bagian 9 dan Bagian 10

  • Bagian 9

Hari-hari berikutnya di KPU Provinsi terasa semakin tegang. Setiap keputusan yang diambil, setiap langkah yang dilakukan, seakan diawasi oleh mata-mata tak terlihat. Arya, yang sebelumnya ia anggap sekadar kolega, kini tampak semakin sering menghubunginya, baik secara langsung maupun melalui perantara. Beberapa kali, Dita merasa terjebak dalam pertemuan-pertemuan yang tampaknya biasa saja, tetapi sesungguhnya ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya.

Suatu pagi, saat Dita sedang duduk di mejanya dengan segelas kopi, sebuah surat tiba tanpa pemberitahuan. Tak ada nama pengirimnya, hanya segel yang aneh. Dita membuka surat itu dengan hati-hati, dan matanya melebar saat membaca isinya:

"Dita, kamu sudah terlalu jauh. Kami tahu kamu berpikir bisa menggagalkan kami. Tapi, tidak ada yang bisa melawan kami. Saatnya untuk memilih: bekerjasama atau hancurkan semuanya."

Dita meletakkan surat itu dengan gemetar, meskipun ia berusaha tetap tenang. Siapa yang menulis surat ini? Siapa yang sebenarnya mengancamnya? Dalam sekejap, gambaran Arya dan wajah politisi besar yang pernah mendekatinya kembali terbayang di benaknya. Mereka pasti tahu ia mulai mendekati kebenaran.

Namun, Dita tahu, jika ia terjebak dalam ketakutan, maka ia akan kalah. Ia memutuskan untuk bertindak dengan lebih hati-hati. Ia mulai mengumpulkan bukti-bukti yang menunjukkan adanya manipulasi dalam pemilu yang baru saja berlangsung. Menggali informasi yang tersembunyi, menghubungi kontak-kontak yang dapat dipercaya, dan menganalisis data yang tampaknya tidak sesuai dengan narasi resmi. Perlahan, ia mulai menyusun gambaran besar.

Di sisi lain, Arya mulai semakin intens menekan Dita. "Dita, kamu tahu betul bahwa kekuatan kita sangat besar. Jangan sia-siakan kesempatanmu. Kamu punya masa depan yang cerah di dunia politik ini jika kamu ikut bersama kami," katanya suatu hari di ruangannya, menawarkan sebuah tawaran yang tampaknya sulit ditolak.

Namun, Dita menatapnya dengan tatapan yang penuh arti. "Aku tidak akan menerima tawaranmu, Arya. Ini bukan tentang masa depan politik. Ini tentang masa depan negara ini, dan aku tidak akan jadi bagian dari konspirasi yang menghancurkan kepercayaan rakyat."

Arya terlihat terkejut, namun ada sesuatu yang berubah di wajahnya. Ada senyuman kecil yang terlukis di sudut bibirnya. "Kamu memang keras kepala, Dita. Tapi ingatlah, keputusanmu tidak akan pernah murni. Pihak-pihak besar ini sudah mengatur segala sesuatunya. Tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk menghentikannya."

Dita tidak membalas, hanya menatap keluar jendela dengan pandangan kosong. Namun, di dalam hatinya, ia merasa ada sebuah rencana yang sudah mulai terbentuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun