Suatu pagi, saat mengajar di kelas, Bu Yuni mendapat telepon dari seorang kolega lama di lembaga negara. Mereka berbicara cukup lama, membahas perkembangan lembaga itu dan bagaimana semangat integritas yang ia tanam masih hidup di hati beberapa staf.
Setelah menutup telepon, Bu Yuni menatap jendela ruang kelas. Ia tidak merasa dendam atau menyesal. Sebaliknya, ia merasa lega karena apa yang telah ia mulai di lembaga itu masih diteruskan oleh orang-orang yang ia percayai.
"Bu, kenapa Ibu tidak kembali ke lembaga itu?" tanya salah satu mahasiswanya.
Bu Yuni tersenyum. "Karena saya percaya, Tuhan sudah menyiapkan jalan yang lebih baik untuk saya. Setiap tempat adalah lahan pengabdian, dan di sini, saya bisa mengabdi dengan cara lain."
Ia menutup kelas hari itu dengan pesan yang sama seperti yang ia sampaikan kepada stafnya dulu:
"Bukan di mana kita berada yang menentukan siapa kita, tetapi apa yang kita lakukan di mana pun kita berada."
Dan, seperti biasa, Bu Yuni melangkah maju dengan kepala tegak, meninggalkan jejak kebaikan di mana pun ia pergi.
Noted: Kisah hanya fiktif tidak ada di dunia nyata.Â
Gegerkalong, 23 Januari 2025.Â
Untuk kalian yang selalu di hati. Teruslah melangkah dengan penuh semangat dan sepenuh hati untuk mengabdi niatkan ibadah karena Iahi. Tunaikan kewajiban melebihi semestinya. Jangan ambil hak di luar semestinya. Trimakasih atas persahabatan dan persaudaraan yang telah terjalin. Semoga silaturahim terus terjaga sampai kapan pun jua,Amiin
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H