"Zei, kamu harus lebih percaya diri, ya. Jangan ragu menyuarakan ide-ide hebatmu. Kamu harus percaya bahwa setiap pekerjaan yang kita lakukan punya nilai besar jika dilakukan dengan sepenuh hati" Pesan Bu Yuni pada Zei.
Bu Yeni bukan sekedar atasan. Ia seperti sosok ibu kedua bagi Zei dan kawan-kawanya. Ramah, cerdas dan selalu siap mendengar. Saat Zei pertama kali bekerja di lembaga tersebut, ia sempat merasa minder. Tapi Bu Yuni, dengan sabar, membimbing dan mengajarinya.
"Setiap orang punya potensi, Zei. Yang penting, jangan takut untuk mencoba," kata Bu Yuni suatu waktu, saat Zei hampir menyerah pada sebuah proyek besar. Berkat dorongan tersebut, proyek tersebut sukses besar, dan Zei mulai percaya pada kemampuannya.
Malam setelah pengumuman, Bu Yuni duduk di rumahnya. Lampu meja kerjanya menyala redup, menerangi beberapa dokumen dan buku catatan yang telah ia persiapkan untuk seleksi.
"Apa aku kurang berusaha? Atau mungkin aku terlalu percaya diri?" pikirnya dalam diam.
Namun, pikiran itu segera ia tepis. Ia tahu, terus meratapi kegagalan hanya akan membuatnya terpuruk. Ia menutup buku catatannya dan berkata pada dirinya sendiri, "Ini bukan akhir. Ini adalah awal untuk sesuatu yang lebih baik."
Hari terakhir Bu Yuni di kantor itu menjadi momen yang penuh haru. Para staf berkumpul untuk mendengarkan kata-kata perpisahannya.
"Saya tahu, mungkin banyak dari kalian kecewa atas hasil seleksi ini. Jujur, saya juga sempat merasa demikian. Tapi, saya yakin, ini adalah skenario terbaik dari Tuhan," katanya dengan suara tegas namun lembut.
Ia melanjutkan, "Saya ingin kalian ingat satu hal: lembaga ini tidak bergantung pada satu orang saja. Kalian semua adalah bagian dari tim yang hebat. Tetaplah semangat, tetaplah kompak, dan jadilah pilar yang membuat lembaga ini lebih berwibawa dan berintegritas. Jadilah cahaya di tempatmu berada. Jangan ragu untuk terus belajar, melangkah dan berbagi"
"Terimaksih atas dukungannya selama ini. Saya akan kembali ke kampus setelah  tidak berkhidmat lagi di lembaga ini. Semoga kita semua terus melangkah maju. Sambutlah para komisoner yang baru, dukung mereka tuk sama-sama mengharumkan nama lembaga. Mereka terpilih karena mereka punya kompetensi yang mumpuni juga atas kehendak Ilahi," tegas Bu Yuni mengakhiri perpisahan.
Suasana ruangan menjadi hening. Beberapa staf menundukkan kepala, mencoba menahan air mata. Bu Yuni akan selalu terpatri meski fisiknya kini jauh. Dirinya telah meninggalkan jejak yang kuat bahwa kerja keras, kemandirian dan kepedulian adalah kunci untuk terus maju. Bu Yuni telah menanamkan sesuatu yang tidak akan pernah hilang: Inspirasi untuk terus melangkah, apapun yang terjadi. Menginspirasi mereka untuk bekerja sepenuh hati, menghargai satu sama lain, dan terus update diri dan upgrade diri."