Mohon tunggu...
Yudananto Ramadan Saputro
Yudananto Ramadan Saputro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Jenderal Soedirman

A life-time learner.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Harum Aroma Bung Karno di Bulan Juni

30 Juni 2022   00:29 Diperbarui: 30 Juni 2022   01:03 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bung Karno dan F.D Roosevelt. Foto oleh KITLV.

Bung Karno juga membongkar bagaimana cara Belanda menyengsarakan masyarakat Indonesia melalui operasi kapitalisme pertanian yang mereka bangun. Bahkan lebih jauh lagi, pidato tersebut juga menyuratkan keyakinannya atas kemerdekaan bangsa. 

Pada esensi dari pidato Indonesia Menggugat-nya, Bung Karno meletakkan keyakinan bahwa kemerdekaan haruslah diakui sebagai hak segala bangsa, yang tidak satupun bangsa lain dapat merampas hak itu. 

Keyakinan atas kemerdekaan bangsa tersebut menjadi salah satu legacy yang selalu ditampilkan oleh Bung Karno melalui beragam karyanya. Melalui keyakinan tersebut pula, Bung Karno menunjukkan progresivitas atas pemikirannya pada masa itu. Politik anti-kolonialisme dan imperialisme yang dibalut melalui keyakinan atas hak kemerdekaan tiap bangsa memang menjadi salah satu basis utama dan ciri khas dari pemikiran Bung Karno. 

Pemikiran dan paradigma Bung Karno terbentuk atas persepsi dan tanggapannya terhadap situasi bangsa Indonesia kala itu yang diselimuti penjajahan oleh negara kolonialis dan imperialis. Maka dari itu, pemikirannya diorientasikan terhadap bagaimana Indonesia harus keluar dari jeratan penjajahan tersebut. 

Oleh karenanya, selain berdiri di atas politik anti-kolonialisme dan imperialisme, pemikiran dan tindakan Bung Karno juga didasari oleh politik sosialisme, suatu paham politik yang dapat didefinisikan sebagai bentuk perlawanan dari politik kolonialisme dan imperialisme. 

Implementasi pemikiran politik sosialisme Bung Karno salah satunya tercermin melalui keberadaan paham marhaenisme. Marhaenisme adalah suatu pemikiran politik otentik dari Bung Karno yang muncul pasca ia melakukan serangkaian kontemplasi di umur 20 tahun. 

Dalam merumuskan paham marhaenisme tersebut, Bung Karno merefleksikan antara nilai-nilai sosialisme dengan status quo bangsa Indonesia. Alhasil, marhaenisme kerap disebut sebagai "sosialisme ala Indonesia". 

Pada tataran substansial, marhaenisme juga disebut sebagai "bibit" atau "embrio" dari Pancasila. Pasalnya, apabila marhaenisme itu dibedah, maka kita akan menemukan poin-poin yang juga mendasari berdirinya Pancasila. 

Memang, salah satu yang menjadi kelebihan dari Bung Karno adalah kepiawaiannya dalam mengkonfigurasi dan merelevansikan antara satu pemikirannya dengan pemikirannya yang lain, antara satu zaman dengan zaman yang lain. 

Kepiawaian tersebut dapat kita lihat dari keterkaitan antara nilai-nilai pada Pancasila, Trisila, hingga Ekasila. Ketiganya merupakan perasan dari esensi pemikiran yang sama. Bahkan, esensi dari ketiganya juga masih relevan bagi kehidupan masyarakat Indonesia pada saat ini. Inilah yang saya maksud dengan progresivitas pemikiran Bung Karno. 

Saya percaya, semakin tinggi suatu pohon, maka akan semakin besar angin yang menimpanya. Besaran angin tersebut mampu menggoyahkan pohon itu, merontokkan ranting-rantingnya, bahkan hingga merobohkan dan mencabut inti akarnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun