Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Seni Artikel Utama

Nuraeni antara Penjara Kebon Waru dan Jatuh Cintanya Hendra Gunawan

4 Juli 2023   20:13 Diperbarui: 5 Juli 2023   01:04 1705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nuraeni HG di depan karya mendiang suaminya Maestro Seni Lukis Indonesia Hendra Gunawan. Foto Dokumentasi Zen-1 Gallery 

Malam kala itu sekan telah berubah menjadi penuh janji. Baik Nuraeni dan Hendra Gunawan mulai gelisah menanti pagi. Matahari pagi yang dulu tak begitu penting mereka nanti, kini telah menjadi penanda berbunga-bunganya hati.

Hendra Gunawan mulai menghafal suara langkah demi langkah kaki Nuraeni ketika menuju ruang melukisnya. Termasuk cara batuknya pun ia ingat dengan sangat baik. " Ah Nur telah tiba", kata Hendra Gunawan kenang Nuraeni.

Jalinan murid dan guru telah menjadi bagian penting bagaimana mereka berinteraksi. Hati Nuraeni mulai menangkap kebaikan Hendra Gunawan yang membuat getaran hatinya. Bagaimanapun Hendra Gunawan masih tetap ia anggap seperti orang tuanya. Hormat dan penuh kesopanan tetap ia pegang. Nuraeni memang priyayi Sunda, begitu pula Hendra Gunawan. Maka, tatakrama masih tetap saling mereka kedepankan.

Saat melukis bersama Hendra Gunawan, Nuraeni sudah mulai merasakan seakan dirinya telah berada di luar penjara. Dirinya juga berasa hidup bersama di alam lukisan yang mereka saling ciptakan. Tanpa disadari, figur-figur Nuraeni satu-persatu telah hadir dalam ruang-ruang hati dan kanvas Hendra Gunawan. Nuraenipun menyadari bahwa kehadiran itu semata-mata memang sebagai bentuk kedekatan dan perhatian Hendra Gunawan padanya.

Hendra Gunawan bersama putranya Dadang Hendra. Foto Dok. Nuraeni HG 
Hendra Gunawan bersama putranya Dadang Hendra. Foto Dok. Nuraeni HG 
"Saya sebenarnya tidak berani menyela untuk bertanya siapa sebenarnya sosok perempuan-perempuan dalam lukisan Pak Hendra. Tapi Bapak sering mengajak saya bercerita dari hati ke hati mengenai karyanya. Dan betapa saya terpukau oleh penjelasannya. Pak Hendra tidak hanya mengajari saya menguasai teknik melukis saja. Saat itu Pak Hendra juga telah berhasil menarik perasaan saya masuk ke dalam lukisannya. Saya mulai memahami bagaimana meletakkan jiwa dan nyawa di setiap karyanya", kata Nuraeni.

***

Sulit mengatakan, bagaimana kebersamaan antara Nuraeni dan Hendra Gunawan saling mewarnai di setiap kelahiran karyanya. Termasuk sesulit bagaimana keduanya sampai jatuh hati.

Nuraeni sedang tidak berada pada hatinya yang memberontak, ia lebih memperhatikan bagaimana menjaga nama besar dan diri Hendra Gunawan. Ia sering merenungkan siapa yang kelak menjaga karya-karya dan nama besarnya. Karena ia sangat paham bagaimana kondisi fisik dan usia Hendra Gunawan. 

 Baik Nuraeni dan Hendra Gunawan sepertinya tak ingin lagi hidup dalam kesendirian, mereka memang sedang seperti awan yang terbang saling berpasangan, dan manakala tiba waktunya mereka juga sama-sama menjatuhkan air mata hujan sebagai bentuk belas kasihan. Mereka terus terbang dalam keindahan.

Kelahiran karya-karya Hendra Gunawan selanjutnya adalah buah cinta besama Nuraeni, bahkan status tahanan politik tak mampu menguburkan mereka yang saling jatuh cinta. Penjara tak lagi menjadi gerah bila tiba di muara asmara, mereka merasakan hidupnya kini telah berubah, hanya berserah antara mencinta dan dicinta.

Cinta sepertinya telah menuntun Nuraeni yang kala itu berusia 21 tahun dan Hendra Gunawan 49 tahun, menemukan kalangan berupa padang dengan bulan terang. Pada tanggal 5 Mei 1968 merekapun menikah, dua orang dari pihak kepolisian militer (CPM) penuh haru menjadi saksi dari petualangan cinta mereka, akhirnya berlabuh juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun