Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Antara The Mystery Flying Triangle dan Golden Legacy Made Wianta

20 Juni 2023   16:00 Diperbarui: 20 Juni 2023   20:38 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

(Dok. Pribadi)
(Dok. Pribadi)

Secara spesifik, penggabungan The Mystery of Triangle dan Golden Legacy memang sepertinya ingin mengungkapkan adanya dialog antara unsur pembangun artistik sebagai capaian yang sempurna pada periode triangle. Bagi penikmat karya-karya Wianta saya kira belum banyak yang mafhum, bahwa Triangle adalah salah satu periodisasi Wianta yang sangat menarik bukan saja karena pencapaian teknik, tetapi unsur sosial sekaligus kultural sebagai latar belakang juga hadir.

 

Saya jadi teringat ketika sarapan pagi dengan Jean Couteau. Ia mengatakan sepanjang karirnya sebagai seniman, Wianta tidak ingin adanya unsur atau elemen tertentu yang dapat dianggap sebagai petanda bahwa kreativitasnya sudah sampai disitu saja. Kalaupun ada pengamat yang melakukan hal itu, itu berarti bahwa pengamat yang bersangkutan belum memahami kompleksitas dan belum melihat evolusi karya-karya sang seniman, yang senantiasa bongkar-membongkar unsur kreativitas lama (ikon-ikon garis liar, kombinasi titik-titik, permainan op art, bentuk geometris, bentuk informal, garis kaligrafis liar, warna bergradasi, warna liar dan lain-lain) untuk dikombinasi secara baru di dalam seri karya barunya. 

 

Jean Couteau yang telah mengikuti evolusi perkembangan periodisasi karya Wianta dan telah pula menerbitkan  buku "Wianta Art and Power", secara tegas memberi peringatan agar jangan terburu-buru menganalisa karya Made Wianta. Saya sepakat dengan Jean, bila masuk lebih dalam lagi, disamping perabaan unsur kreativitas dari Wianta harus dipahami pula adanya penghayatan yang mendalam kenapa unsur itu dihadirkan kembali atau dihilangkan sama sekali. Jelasnya Wianta memang sedang tidak membongkar pasang kreativitasnya di periode sebelumnya.

 

 Made Wianta saat melukis di studionya Denpasar Bali. (Dok. Wianta Foundation)
 Made Wianta saat melukis di studionya Denpasar Bali. (Dok. Wianta Foundation)

Ketika melibatkan pandangan unsur Bali ataupun Asia sebagai penghayatan spirit kultural misalnya, Wianta tidak ingin ditarik kesana. Saya menyadari sepenuhnya memang unsur konseptual adalah milik sang seniman, dan penikmat diberikan kebebasan menafsirkan.

Pengalaman saya ketika menafsirkan karya Wianta, memang tidak sedikit membawa saya pada diskusi menarik bersamanya. Saya paham hal itu karena saya sering melayani keperluannya, terutama pada wilayah penerjemahan konsep dan fikirannya pada seni instalasi, happening art maupun performing art, termasuk karya lukis yang melibatkan saya bagian dari risetnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun