Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tekstur Mantra Nusa Putu Bonuz Sudiana

8 Desember 2016   13:59 Diperbarui: 8 Desember 2016   14:51 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Putu Sudiana Bonuz (foto koleksi seniman)
Putu Sudiana Bonuz (foto koleksi seniman)
Simbolisme sebagai penguat elemen karya satu persatu mulai bicara, salah satunya adalah garis merah tegas. Bagi saya, itu tidak lain adalah kilatan petir. Dan ini sangat menarik seperti melihat cara kerja proses diatas proses. Bonuz sepertinya hendak mengajak publik untuk membayangkan dan mencoba memahami tentang hujan dalam filosofi symbol-simbol visual.

Ketika saya penasaran tentang dominasi warna hitam. Bonuz dengan jujur mengatakan tanpa warna hitam ia seperti kehilangan energi. Hitam baginya adalah karakter pulau cadas, tanah kelahirannya. Tanpa hitam sepertinya ia tidak bisa bergerak. Gambaran tanah Nusa menjadi pijakan energy dan melampaui kebebasan yang ia ciptakan. Hitam juga menjadi pemula, pengontrol, pengikat dan penyelesai.

Rasanya saya hampir tidak percaya tentang kehadiran hitam sebagai energi, seperti diam yang tidak bisa berjalan. Namun ketika muncul garis tajam dan tekstur yang terlihat kaku, baru kusadari ada benarnya hitam adalah energi yang menghidupkan bidang. Bonuz berhasil menempatkan sebuah kejernihan dari gagasan yang diterjemahkan dalam simbolisme alam. Semua telah dikondisikan, bagaimana proses laku hidup dan alam Nusa berperan menjadi kelana pengembaraan pikiran.

Berikutnya, Bonuz telah juga berhasil menerjemahkan yoni sebagai bumi tempat kandungan atau rahim untuk melahirkan. Sebagai tempat yang menampung air bertemu dengan lingga (angkasa) sampai terjadi senggama semesta. Saya melihat kejelasan lesung dan alu pun ia hadirkan, sebuah keyakinan cara ungkap tentang simbol senggama menjadi hal yang fundamental atas teori reproduksi siklus dari alam semesta. Bonuz dapat memahami organ ghaib alam yang menjadi bahan pijakan berkarya, sebuah kekuatan terpendam mana kala batin dan raga menyatu bagai energi kundalini.

Alam Nusa pada Bonuz adalah mantra untuk membaca semesta, dituangkan dalam karya rupa. Bagi saya ini adalah proses berkarya yang melibatkan spiritualitas melebihi hasrat mencari makna. Melalui karya Mantra Angin akhirnya saya memahami secara benar mengapa setiap bertemu ia selalu berbicara Nusa Penida. Sebuah proses perjalanan hidup yang ia jadikan pegangan dasar dari nilai-nilai kehidupan yang mendalam. Ini adalah spiritualitas yang ada hubungannya dalam totalitas berkarya. (Yudha Bantono, Bali, 8.12.2016)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun