Prinsip itu bukan hanya diucapkan, tapi juga di lakukan.
Ibu memang pembelajar sejati yang cerdas dan ulet. Ibu menjawab tantangan hidup dengan berani mencoba hal atau ketrampilan baru dan mengasahnya dengan rajin.
Ibu bisa menjahit dan membuat baju sendiri, pandai memasak sampai punya usaha kuliner, bisa berdagang, pandai berhitung, Â memiliki ingatan yang tajam, bisa bertukang, bisa membaca notasi musik dan bahkan bisa mencari notasi lagu tanpa bantuan alat musik apapun.
Padahal ibu bahkan tidak tamat smp. Bukan karena tidak pandai, tapi karena agresi militer Belanda ke 2 membuat ibu yang waktu itu masih kecil harus kehilangan ayahnya dan rumahnya. Menempuh perjalan berat melintasi hutan untuk mengungsi.
Golden way itulah yang juga menjadi bekal saya saat merantau. Ketika rasanya hampir menyerah dan mengasihani diri, saya ingat prinsip ibu. Yang kasat mata pasti bisa dipelajari. Yang tidak kasat mata bagaimana? Itu sepenuhnya urusan Tuhan.
5. Bejana yang retak
Ada cerita tentang bejana atau ember yang retak yang dipakai seseorang untuk mengambil air. Â Karena retak, air yang dibawa pun bocor menetes keluar. Setelah beberapa lama, disepanjang jalan yang dilintasi untuk mengambil air, tumbuh subur bunga-bunga liar yang cantik.
Ibu seperti bejana yang retak itu. Meski dalam kekurangan tak pernah berhenti memberi.
Saya ingat waktu kecil dulu sering dongkol karena ibu memberikan sebagian baju saya ke anak lain. Padahal baju itu masih  muat dan lagi baju saya juga tidak banyak. Tapi ibu menjawab santai, kamu khan masih punya baju yang lain, anak itu tidak punya baju.
Bukan hanya saya, saudara-saudara bahkan keponakan saya juga mengalami hal serupa.
Seringkali uang belanja pun di berikan, kalau ada teman atau kenalan yang membutuhkan. Meskipun itu satu-satunya yang tersisa, besok tidak tahu lagi bagaimana. Tapi ibu selalu percaya, Tuhan pasti memelihara.