Pak Tar meringis kesakitan, terlihat darah keluar dari sela-sela bibirnya, aduhai apa gerangan yang terjadi? Ia membuka mulutnya, dua gigi depan ternyata patah!
"Nggak apa-apa, dek. Tapi kaki kanan kok sakit, perih!", kata pak Tar. Aku tengok ke bawah, masyaallah, dari lutut hingga atas mata kaki kulitnya sobek, darah mulai menetes...!
"Masyaallah pak, tolong...!", teriak Budi kaget, kasihan atas kecelakaan ini. Cepat Budi papah tubuh orang tua gemuk ini, berat juga pikirnya.
Pak kyai ikut membantu, membawanya keluar masjid dan meminta Budi mengantar langsung ke klinik Bu Bidan Desa yang tak jauh dari lokasi. Jadilah mereka bonceng bertiga, diantar untuk mendapatkan pertolongan pertama.
Alhamdulillah, siang itu juga Bu Bidan telah pulang dari rapat, jadi di tempat lebih awal, takdir Allah! Luka di mulut cukup dibersihkan kumur air. Dan luka kakinya, harus dijahit agar lekas sembuh.
"Nak Budi, saya mewakili pak Tar mengucapkan terimakasih atas bantuannya, coba tidak ada nak Budi, jadi apa ini?", kata pak Sukri setelah pengobatan selesai. Budi tersenyum.
"Sama-sama pak kyai, semua telah ditetapkan Allah, qadarullah. Semoga pak Tar lekas sembuh ya, masjid siapa yang azan kalau bapak lama istirahat tidak ke masjid?", kata Budi.
"Ya, mudah-mudahan Allah menggerakkan hati pemuda di sini, masa kalah sama pak tua ini. Seharusnya masjid di pinggir jalan raya ramai dimakmurkan remaja masjid!", kata pak kyai lirih.
Pak kyai mengangguk-anggukkan kepala, entah apa yang ada dipikirannya. Semoga akan ada, muadzin-muadzin baru, pemuda yang cinta masjid. Pemuda yang dicintai surga!
(Selesai)
______________________________________