Budi cepat mengambil telepon genggamnya dari kantong baju, diaktifkan, terlihat jam digital menunjukkan pukul 11:35. Berarti waktu salat Duhur sudah masuk 5 menit yang lalu.
"Ini pak, di jam saya sekarang pukul 11:35 berarti sudah masuk waktu Duhur 5 menit yang lalu, pak!" jawab Budi.
"Oh, sudah masuk waktu Duhur ya? Aku mau azan takut belum masuk waktu, bingung dek. Lihat jam dinding di atas tempat imam!", pak tua menunjuk jam yang dimaksud dengan telunjuk tangan kanan.
Tapi Budi justru tertarik dengan jam tangan yang melingkar di lengan kirinya. Ia tersenyum, ini orang bingung apa linglung?
"Maaf, pak. Boleh berkenalan, bapak namanya siapa?", Budi menyalami dia sembari meminta berkenalan. Yang diajak bersalaman meraih tangan Budi erat, hangat, tersenyum.
"Aku, Tar, lengkapnya Tarmuji", jawabnya ramah. Kembali setelah momen berkenalan, pak Tarmuji tampak bingung.
"Lah, pak Tarmuji itu pakai jam tangan? Apa juga beda jamnya?", tanyaku menggoda. Orangnya hanya tertawa kecil dan tersenyum dengan gigi hitamnya.
"Ehm, takut salah kalau hanya lihat jam tangan. Ini waktunya sekarang jam 11:45!", jawab pak Tar ragu.
"Jadi, patokannya jam dinding di depan itu, pak?", selidikku. Ia mengangguk, tapi dari air mukanya terlihat seperti orang bingung!
Tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke masjid, berbaju Koko putih, bersorban, tangan kanan menenteng untaian biji tasbih. Sepertinya ia imam masjid, pikirku.
"Assalamu'alaikum pak Tar. Ini masjid belum azan pak?", tanya beliau sambil menyodorkan tangan kanan mengajak bersalaman ke pak Tar dan Budi.