Mohon tunggu...
Yoyo Setiawan
Yoyo Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Melengkapi hidup dengan membaca dan menulis; membaca untuk menghayati betapa ruginya hidup tanpa ilmu, menulis untuk meninggalkan jejak bahwa kehidupan ini begitu berwarna.

Tenaga pendidik dunia difabel yang sunyi di pedalaman kabupaten Malang. Tempat bersahaja masih di tengah kemewahan wilayah lain. Tengok penulis kala sibuk dengan anak istimewa, selanjutnya kamu bisa menikmati pantai Ngliyep nan memesona! Temani penulis di IG: @yoyo_setiawan_79

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Jam Dinding Masjid, Mati"

20 November 2021   17:00 Diperbarui: 20 November 2021   17:01 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Budi cepat mengambil telepon genggamnya dari kantong baju, diaktifkan, terlihat jam digital menunjukkan pukul 11:35. Berarti waktu salat Duhur sudah masuk 5 menit yang lalu.

"Ini pak, di jam saya sekarang pukul 11:35 berarti sudah masuk waktu Duhur 5 menit yang lalu, pak!" jawab Budi.

"Oh, sudah masuk waktu Duhur ya? Aku mau azan takut belum masuk waktu, bingung dek. Lihat jam dinding di atas tempat imam!", pak tua menunjuk jam yang dimaksud dengan telunjuk tangan kanan.

Tapi Budi justru tertarik dengan jam tangan yang melingkar di lengan kirinya. Ia tersenyum, ini orang bingung apa linglung?

"Maaf, pak. Boleh berkenalan, bapak namanya siapa?", Budi menyalami dia sembari meminta berkenalan. Yang diajak bersalaman meraih tangan Budi erat, hangat, tersenyum.

"Aku, Tar, lengkapnya Tarmuji", jawabnya ramah. Kembali setelah momen berkenalan, pak Tarmuji tampak bingung.

"Lah, pak Tarmuji itu pakai jam tangan? Apa juga beda jamnya?", tanyaku menggoda. Orangnya hanya tertawa kecil dan tersenyum dengan gigi hitamnya.

"Ehm, takut salah kalau hanya lihat jam tangan. Ini waktunya sekarang jam 11:45!", jawab pak Tar ragu.

"Jadi, patokannya jam dinding di depan itu, pak?", selidikku. Ia mengangguk, tapi dari air mukanya terlihat seperti orang bingung!

Tiba-tiba ada seseorang yang masuk ke masjid, berbaju Koko putih, bersorban, tangan kanan menenteng untaian biji tasbih. Sepertinya ia imam masjid, pikirku.

"Assalamu'alaikum pak Tar. Ini masjid belum azan pak?", tanya beliau sambil menyodorkan tangan kanan mengajak bersalaman ke pak Tar dan Budi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun