Cerpen Yoyo Goyol (@yoyo_setiawan_79)
Jalanan yang terasa sangat panas di bulan Agustus. Ditambah kondisi jalan yang berlubang di sana-sini, membuat Budi cepat lelah menempuh perjalanan pulang dari tugas mengajar. Terlebih sayup terdengar azan Duhur dari sebuah masjid.
Berhenti dulu, mampir salat Duhur di masjid sini saja, pikirnya. Toh, sayang mengerjakan salat sendiri di rumah, mumpung masih baru azan, banyak waktu buat istirahat sebentar sebelum dimulai salat berjamaah.
Setelah melibas tikungan dengan lubang jalan yang menganga, Budi menyalakan lampu sign belok kiri, pelankan kendaraan dan berhenti di parkiran masjid.
Masih terlihat sepi, padahal masjid lain tadi sudah mengumandangkan azan. Apa di sini belum ada yang azan? Niat duduk sebentar buat istirahat diurungkan, tergerak hatinya untuk masuk, melihat ada tidaknya muadzin.
Bergegas Budi melepas helm, tas dari punggungnya, melepas jaket dan melepaskan sepatunya. Ia ganti sepatu dengan sandal bakiyak, sandal inventaris masjid.
Ia tersenyum, ada ide terlintas, Budi berkeinginan untuk membelikan sandal yang sama untuk masjid di perumahan tempat tinggalnya. Boleh jadi, angka kehilangan sandal di masjid turun!
Klutak...klutak...klutak, ada irama tersendiri dari benturan sandal yang terbuat dari kayu itu dengan lantai. Pasti awet sandal ini, kecuali ada yang mencuri.
Budi kaget melihat ada seorang tua keluar dari dalam masjid dengan tergopoh. Ia terlihat kebingungan.
"Dek, dek, maaf ini sudah jam berapa, jam di dalam mati!", kata pak Tua terburu-buru.
Aku kaget dan penasaran, ini orang bingung ya? Kok nanya jam berapa? Berarti belum azan masjid ini?