Mohon tunggu...
suryo hadi kusumo
suryo hadi kusumo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Buku "SEJARAH DUNIA LENGKAP : Dari Periode Klasik Sampai Periode Kontemporer" terbitan Anak Hebat Indonesia

saya hanyalah seorang pencinta seni dan pengkahayal, yang memiliki pikiran abstrak, serta mengabdikan diri kepada sebuah seni.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Misteri di Pertapaan Sadepok Gunung Wilis

6 Januari 2023   10:41 Diperbarui: 6 Januari 2023   10:45 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku sangat frustasi waktu itu, sehingga membutuhkan sedikit penyegaran untuk melemaskan ketegangan otakku ini. Singkatnya pada waktu itu aku mengunjungi kawanku. Kami berdua adalah teman akrab, atau bisa disebut juga dengan istilah "konco kentel" begitu kira-kira sebutan untuk kami. 

Setelah seminggu aku berada di rumah untuk mengurus penelitian lapanganku yang lumayan jlimet. Aku bersama kawanku memutuskan untuk mendaki sebuah bukit tepat di bawah gunung Wilis yang meliputi Kabupeten Nganjuk, Madiun, Kediri, Ponorogo, Tulunagung dan Trenggalek. Hal ini kami lakukan bersama dalam rangka refreshing. Sebagai orang Nganjuk yang berdomisili di Yogyakarta pastinya begitu penasaran dengan wisata diperbukitan tersebut yang katanya masih baru. Pastinya hawa sejuk dan pemandangam alam yang khas tersebut mampu mengurangi stress dalam pengerjaan skripsi pikirku.

Kami berangkat kesana kira-kira mulai pukul 09.00, perjalanan menuju kesana paling cepat membutuhkan waktu kurang lebih 40 menit. Di sepanjang perjalanan di Kecamatan Sawahan, tentunya kami disuguhi sebuah pemandangan yang indah dikiri dan kanan. Kecamatan Sawahan adalah salah satu kecamatan di Nganjuk yang berada tepat di bawah kaki gunung Wilis. Tempat yang akan kami tuju ialah berada di sekitar desa Ngliman dibawah kaki gunung wilis.

Sebelum memasuki daerah tersebut kami harus melewati jalan yang lumayan kurang diperhatikan perbaikannya. Dengan kecepatan 30 kmph motor yang kami naiki melaju diatas aspal yang setengah rusak tersebut. Sesampainya disana kami mengecek perlengkapan seperti air minum, tongkat kayu yang kami cari asal-asalan disana serta hp tidak ketinggalan. Setalah semua perlengkapan dirasa cukup kami mulai naik ketas.

Sebelum naik keatas kami melihat ada sebuah air terjun kecil yang tidak begitu dalam serta airnya sangat jernih. Kamipun tergiur untuk menyeburkan diri disana. Rupanya air terjun tersebut bernama singokromo. Air terjun tersebut berada dibawah perbukitan yang akan kami datangi tersebut. Dibawah matahari yang mulai memanas, kami begitu menikmati mandi disana berenang kesana kemari walau tidak dalam sekalipun. Kesegaran air tersebut menutupi hawa panas yang diakibatkan pancaran sinar matahari. Setelah 30 menit kami berenang, berendam dan mandi disana. Langsung kami lanjutkan perjalanan kami untuk menuju keatas bukit.

Selama perjalanan tersebut rupanya, kesegaran yang kami rasakan dibawah ketika mandi di air terjun singo kromo mulai menghilang. Rasa segar itu sedikit demi sedikit terkikis digantikan oleh lelah serta panas terik matahari. Ada sekitar 4 pos kami lewati disana. Dalam perjalanan kami juga berpapasan dengan orang-orang yang sudah dari sana terlebih dahulu. Sebelum memasuki sebuah gapura, dibawahnya ada tertulis huruf jawa kuno atau yang biasa disebut hanacaraka. Pengetahuan kami akan huruf jawa kuno masih kurang memumpuni, sehingga kami mengabaikannya. Setelah melewati gapura ada sebuah anak tangga yang terbuat dari batu. Anak tangga tersebut menuju kearah tempat yang akan kami tuju. Rasa penasaran semakin bertambah ditiap tahapan kami menaiki anak tangga tersebut.

Sesampainya disana kami langsung masuk di area tersebut. Rupanya disana ada sebuah keluarga kecil yang terdiri dari tiga anak kecil, kakek, nenek serta seorang pria paruh baya yang berumur sekitar 45 tahun. Tepat sebelum kami ingin memasuki area tersbut. Ada seorang nenek yang mendatangi kami sambil bertanya seperti ini,

"Loh nak dari kota ya?apa mau ingin berdoa disni?

Karena tidak ingin membuang-buanh waktu untuk obrolan ini, aku langsung jawab dengan bahasa jawa halus,

"Iya kami dari daerah kota,Maaf sebelumnya nek, kami disini cuma berencana iseng jalan-jalan saja.

Setalah obrolan singkat itu aku bertanya dimana terdapat wc, nenek itu segera menunjukkan tempatnya.

Setelah obrolan kecil tadi aku bisa melihat raut wajah seperti kurang menyenangkan dari nenek tersebut. Sebelum ke wc kami duduk-duduk santai terlebih dahulu di sebuah lincak disekitar sana yang terbuat dari bambu. Setelah beberapa menit duduk sambil mengobrol ringan. Ada dua orang yang baru saja datang dari bawah seperti kami. Ia segera masuk mendatangi kami.

"Masnya mau doa juga disini? ,tanya orang yang berperawakan agak gemuk tersebut.

"Tidak mas, kami cuma iseng naik kesini saja, jawabku

"Owh gitu ya, dia seraya meneruskan jalan dengan kawannya keatas menuju tempat yang kulihat dari bawah banyak ilalangnya.

Namun sebelum ketempat tersebut kedua orang itu masuk wc, serta keluar dengan sarungnya. Rupanya ia mengganti celannya disana dengan sarung.

Aku dan kawanku segera masuk ke wc karena akan berencana akan segera turun sebelum sore.Sebelum turun kami penasaran dengan kumpulan rumput ilalang tersebut. Maka kami mendatangi tempat tersebut. Ketika aku amati betul-betul, disana terdapat satu petilasan yang dikelilingi oleh batu serta rumput ilalang yang tidak begitu tinggi. Apabila diamati dari bawah petilasan tidak terlihat. Disana kedua orang yang kami ajak obrol tersebut terlihat berdoa dengan khusuknya. Kami berdua sempat bergerutu sedikit.

"Ahh ini gak bener, kata kawanku pelan.

Aku menjawab, "tidak apa bro, asal untuk sekedar kirim doa saja.

"sudah tidak usah kita hiraukan, ayao segera pulang, kataku kepada kawaku.

Aku memandangi sekali lagi tempat tersebut bersama kawanku serta menghayati hawa sejuk yang sejak tadi menyelimuti kami. Setelah percakapan kecil tersebut aku segera mengajak temanku untuk turun kebawah. Sebelum turun kami berdua sempat kaget dengan sosok pria paruh baya yang berumur sekitar 45 tahun tersebut memeloti kami. Perawakannya seperti halnya orang Indonesia pada umumnya. Namun wajahnya terlihat cerah walau ia berkulit sawo matang. Dikepalanya ia kenakan blangkon, serta terlihat rambutnya sangat gondrong. Wajahnya memancarkan kengerian, seperti sosok pendekar jawa masa lalu yang memiliki ilmu yang tinggi.

Sebelum turun aku menyapa nenek tersebut selayaknya penghormatan bagi yang muda menghormati kepada yang lebih tua. Setelah itu kami segera turun kebawah, karena takutnya nanti kesorean. Beberapa saat ketika  melewati gapura yang ahak jauh dari tempat tersebut kami bertemu sebuah sosok yang tidak kami sangka sebelumnya di siang bolong. Sosok tersebut yaitu kedua mas-mas yang berdoa diatas tadi. Sontak aku kaget setengah mati pikirku di dalam hati.

Anehnya lagi ketika kami berpapasan dengan mereka, bibirku tertutup rapat tak bisa mengeluarkan sepatah katapun. Sepersekian detik yang singkat itu, mulutku tertutup rapat, serta mata kami saling memandang sesaat satu sama lain. Niat hati ingin menyapa mereka, namun bibirku tak mampu bergerak sedikitpun. Aku bisa melihat mereka memelototiku sesaat. Setelah berpapasan dengan mereka, entah mengapa kami berdua diam selama beberapa meint. Padahal ada yang ingin sekali kami obrolkan waktu itu. Tentunya tentang hal aneh yang baru kami rasakan tadi.

Setelah agak jauh kami berdua berhenti serta terengah-engah, sambil merasa seperti sangat kelelahan kami memandangi belakang kami. Tak kami temukan mereka yang berpapasan dengan kami. Pada saat itu aku bertanya tentang apa yang sedang terjadi tadi. Kami saling bercerita satu sama lainnya, sampai aku paham hal itupun terjadi pada temanku. Kami memang berpapasan dengan mereka waktu itu, tetapi aku tidak terlalu menghiruakan temanku. Karena muncul rasa syok pada diriku. Aku tidak habis pikir dengan semua hal yang baru saja terjadi kepadaku. Mengapa orang yang masih menyibukan diri di petilasan tadi bisa berpapasan dengan kami digapura yang tidak terlalu jauh dari petilasan. Padahal hanya ada satu jalan, karena dikiri dan kanan yang ada hanya jurang yang sangat dalam. Aku juga penasaran mengapa kemunculan mereka berdua tidak kami sadari?mereka datang tanpa suara. Seharusnya aku bisa melihat mereka dari atas datang kerarah kami, karena kami berdua saat itu fokus turun kebawah.

Kami berdua duduk selama 10 menit, demi menghilangkan rasa syok kami. Kejadian yang kualami tadi juga dialami temanku. Kami memiliki pengalaman yang mirip. Berpapasan dengan mereka dengan pandangan mereka yang menakutkan, serta mulut kami terdiam tanpa mengeluarkan satu patahpun. Jantung kami berdua berdegub kencang serasa, usai berlari jauh. Setelah itu kami segera turun kebawah tanpa hambatan suatu apapun. Sampai akhirnya kami tiba diparkiran serta menaiki motor setlah membayar parkir untuk segera pulang. Dalam perjalanan kami memperbincangkan hal tersebut.

Kami berudua sesungguhnya tidak terlalu paham dengan apa yang kami rasakan barusan. Rasa tidak percaya serta penasaran kami sangat besar. Hingga akhirnya kami sampai di rumah masing-masing. Aku mencari info tentang tempat tersebut  di web, bahwasnya tempat yang kami kunjungi tersebut ialah sebuah tempat untuk bertapa orang-orang yang ingin mendapatkan sebuah pengalaman atau ilmu kesaktian. Sebagai orang awam aku masih belum terlalu paham akan hal itu.

 Selama bertahun-tahun sampai tahun 2022, apabila aku kebetulan sedang ngobrol dengan kawan atau orang-orang tua selalu aku ceritakan tentang pengalamanku tersebut. Hal ini kulakukan karena setiap kali aku mendapatkan informasi baru, rasa penasaranku kian tinggi. Setelah lama aku melewati semua itu disuatu waktu ketika tempat kerjaku libur, aku pulang ke kampung halamanku di Nganjuk.

Kami berencana minum kopi di warung seperti biasanya. Ketika pembahasan kami mulai dari jodoh, karier serta masa depan terhenti, aku memulai pembahasan tentang kejadian aneh di sebuah tempat di bawah gunung Wilis tersebut. Kami begitu serius serta serunya membahas hak tersebut sampai akhirnya, kopi yang kami beli habis tinggal ampasnya. Setelah obrolan panjang serta dengan seluruh tukar pikiran dan pengalaman yang kami dapatkan ditahun-tahun sebelumnya melalui bertanya pada teman, saudara dan keluarga. Kami sepakat bahwasanya gunung adalah kawasan kramat, maka dari itu kita sebagai pendatang harus selalu menjaga tingkah laku dan tutur kata kita ditempat tersebut. Gunung wilis terkenal dengan tempat untuk mencari kesaktiannya diseluruh Jawa Timur, khususnya di daerah Kabupaten Nganjuk. Tempat yang kami datangi tersebut ialah tempat bertapa para orang-orang yang akan mencari kesaktian, hal ini telah menjadi salah satu tradisi yang sudah terjadi jauh sebelum zaman penjajahan.

Pada saat itu kami dengan sembrononya mengatakan bahwa hanya berniat jalan-jalan disana. Maka dari itu ketika kami saat turun kebawah, mendapatkan kejadian aneh. Pasalnya juga yang datang ke tempat itu bukan memiliki tujuan rekreasi, tetapi murni untuk kirim doa serta mencari ilmu kesaktian. Pantangan-pantangan sebagai seorang pengunjung banyak kami langgar disana, apalagi pakaian yang kami kenakan sangat kurang sopan. Kami berdua mengenalan kaos serta celana tiga perempat disana. Menurut penuturan orang kawanku yang memiliki usia lebih tua dari ku di Yogyakarta menjawab, bahwasanya hal kejadian aneh yang kurasakan itu memiliki dua pendapat. Pendapat yang pertama yaitu, mereka menjajal ilmu, pendapat yang kedua yaitu jin yang menyamar menjadi manusia. Tentunya kita sebagai manusia tidak hanya di daerah pegunungan ataupun hutan, namun dimanapun kita berada harus menjunjung tinggi budaya serta menjaga tutur dan kata dalam setiap tindakan. Karena semua perbuatan akan kembali kepada kita dalam jangka waktu yang tidak bisa kita sangka-sangka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun