Aku sangat frustasi waktu itu, sehingga membutuhkan sedikit penyegaran untuk melemaskan ketegangan otakku ini. Singkatnya pada waktu itu aku mengunjungi kawanku. Kami berdua adalah teman akrab, atau bisa disebut juga dengan istilah "konco kentel" begitu kira-kira sebutan untuk kami.Â
Setelah seminggu aku berada di rumah untuk mengurus penelitian lapanganku yang lumayan jlimet. Aku bersama kawanku memutuskan untuk mendaki sebuah bukit tepat di bawah gunung Wilis yang meliputi Kabupeten Nganjuk, Madiun, Kediri, Ponorogo, Tulunagung dan Trenggalek. Hal ini kami lakukan bersama dalam rangka refreshing. Sebagai orang Nganjuk yang berdomisili di Yogyakarta pastinya begitu penasaran dengan wisata diperbukitan tersebut yang katanya masih baru. Pastinya hawa sejuk dan pemandangam alam yang khas tersebut mampu mengurangi stress dalam pengerjaan skripsi pikirku.
Kami berangkat kesana kira-kira mulai pukul 09.00, perjalanan menuju kesana paling cepat membutuhkan waktu kurang lebih 40 menit. Di sepanjang perjalanan di Kecamatan Sawahan, tentunya kami disuguhi sebuah pemandangan yang indah dikiri dan kanan. Kecamatan Sawahan adalah salah satu kecamatan di Nganjuk yang berada tepat di bawah kaki gunung Wilis. Tempat yang akan kami tuju ialah berada di sekitar desa Ngliman dibawah kaki gunung wilis.
Sebelum memasuki daerah tersebut kami harus melewati jalan yang lumayan kurang diperhatikan perbaikannya. Dengan kecepatan 30 kmph motor yang kami naiki melaju diatas aspal yang setengah rusak tersebut. Sesampainya disana kami mengecek perlengkapan seperti air minum, tongkat kayu yang kami cari asal-asalan disana serta hp tidak ketinggalan. Setalah semua perlengkapan dirasa cukup kami mulai naik ketas.
Sebelum naik keatas kami melihat ada sebuah air terjun kecil yang tidak begitu dalam serta airnya sangat jernih. Kamipun tergiur untuk menyeburkan diri disana. Rupanya air terjun tersebut bernama singokromo. Air terjun tersebut berada dibawah perbukitan yang akan kami datangi tersebut. Dibawah matahari yang mulai memanas, kami begitu menikmati mandi disana berenang kesana kemari walau tidak dalam sekalipun. Kesegaran air tersebut menutupi hawa panas yang diakibatkan pancaran sinar matahari. Setelah 30 menit kami berenang, berendam dan mandi disana. Langsung kami lanjutkan perjalanan kami untuk menuju keatas bukit.
Selama perjalanan tersebut rupanya, kesegaran yang kami rasakan dibawah ketika mandi di air terjun singo kromo mulai menghilang. Rasa segar itu sedikit demi sedikit terkikis digantikan oleh lelah serta panas terik matahari. Ada sekitar 4 pos kami lewati disana. Dalam perjalanan kami juga berpapasan dengan orang-orang yang sudah dari sana terlebih dahulu. Sebelum memasuki sebuah gapura, dibawahnya ada tertulis huruf jawa kuno atau yang biasa disebut hanacaraka. Pengetahuan kami akan huruf jawa kuno masih kurang memumpuni, sehingga kami mengabaikannya. Setelah melewati gapura ada sebuah anak tangga yang terbuat dari batu. Anak tangga tersebut menuju kearah tempat yang akan kami tuju. Rasa penasaran semakin bertambah ditiap tahapan kami menaiki anak tangga tersebut.
Sesampainya disana kami langsung masuk di area tersebut. Rupanya disana ada sebuah keluarga kecil yang terdiri dari tiga anak kecil, kakek, nenek serta seorang pria paruh baya yang berumur sekitar 45 tahun. Tepat sebelum kami ingin memasuki area tersbut. Ada seorang nenek yang mendatangi kami sambil bertanya seperti ini,
"Loh nak dari kota ya?apa mau ingin berdoa disni?
Karena tidak ingin membuang-buanh waktu untuk obrolan ini, aku langsung jawab dengan bahasa jawa halus,
"Iya kami dari daerah kota,Maaf sebelumnya nek, kami disini cuma berencana iseng jalan-jalan saja.