Film ini diserbu beberapa pengunjung, terutama bagi pencinta film horor, atau memang pernah menonton Film Panggonan Wingit sebelumnya yang diperankan oleh Luna Maya dan kini penasaran dengan yang kedua.Â
Film ini dibuat berdasar kisah nyata, yaitu keangkeran salah satu apartemen di Surabaya. Berawal dari kasus kematian salah satu penghuni di apartemen berinisial "S", yaitu dengan dimutilasi karena sebelumnya memasuki sebuah kamar 610 (kamar di lantai terlarang dan sudah ditutup, tetapi dilanggar).
Kematian itu terjadi bukan di apartemen, dan empat hari setelah Ia melihat dua sosok makhluk halus di kamar 610 yang berkata "patang dina, maghrib". Tepat, saat maghrib peritiwa naas itu terjadi. Wanita yang meninggal itu ingin mencari sumber dari kebocoran unitnya karena memang air berasal dari lantai enam, sedangkan pemilik apartemen tidak melakukan tindakan, padahal sudah ada komplain selama tiga kali.Â
Beberapa tahun sebelumnya juga terjadi, saat petugas kebersihan masuk kamar itu dan bertemu dua sosok makhluk halus itu lalu meninggal secara tragis bukan di apartemen.
Alma (Cinta Laura), seorang wanita yang habis kehilangan ibunya untuk selamanya dan tinggal di Jakarta bersama adiknya, Mia (Callista Arum), kini pindah ke Surabaya agar dekat dengan pria yang kini menjadi teman dekatnya, yaitu Rayyan (Arifin Putra). Â
Alma tak mungkin tinggal di Jakarta karena warung makan yang sepi. Maka Ia mencari pekerjaan dan diterima bekerja sebagai manajer di apartemen yang mempunyai panggonan wingit tersebut.
Rayyan, yang juga seorang polisi masih menyelidiki kasus kematian wanita yang dimutilasi dan dengan senang hati menemani Alma dalam tugasnya di apartemen tersebut. Terjadi lagi, salah satu penghuni unit mengeluh kebocoran di unitnya karena sumber dari lantai 6 lalu lapor ke Alma.Â
Alma mengajak Mia untuk cek di lantai 6 dan bertemu dengan dua sosok makhluk halus itu dan mengatakan hal sama, siapa yang masuk kamar itu akan mati di hari keempat, maghrib.
Alma lalu melapor ke pemilik apartemen, dan pemilik tersebut memang bercerita sejarah kamar 610, tetapi dengan cerita kematian palsu dan nama penghuni yang palsu. Ada apa? Lanjut baca sampai akhir ya!
Rayyan pun ingin memasuki kamar 610, tapi dilarang oleh Alma. Setelah Alma pergi untuk menjemput Mia, Rayyan meminta diantar ke lantai 6 dan sama, melihat dua sosok makhluk halus itu dengan berkata yang sama. Akhirnya Alma juga tahu jika Rayyan masuk kamar terlarang itu.
Mia, saat berlatih menari, diikuti oleh sosok makhluk di kamar 610 dengan menari juga. Hal itu diketahui oleh Bu Rini, sang pelatih tari yang punya kemampuan melihat dan komunikasi dengan makhluk gaib lalu memberitahu. Beliau memberitahu jika ada orang pintar bernama Mbak Sukmo yang bisa membantu mengusir sosok itu.
Lalu mereka diskusi agar bisa mengusir arwah tersebut, tapi sayang, orang pintar yang dulu pernah datang, telah meninggal dunia. Akhirnya Mbah Sukmo lah yang membantu, tapi dengan satu syarat, harus memakai benda yang dimiliki oleh sosok tersebut agar bisa melihat masa lalunya. Saat di kolam renang, Mia melihat Alma dirasuki sosok tersebut dengan memakai topeng.
Mia langsung mempunyai ide untuk ke Bu Rini, karena pernah melihat beberapa topeng Malangan di sanggar tari tempat Ia berlatih. Lalu Mia ke sanggar dan bertanya pada Bu Rini, tapi topeng itu tidak ditemukan. Bu Rini meminta Mia untuk bertanya pada sang pembuat topeng, siapa tahu pernah melihat topeng yang khas tersebut.
Benar, sang pembuat topeng ternyata membuat topeng khusus tersebut untuk Khanti, seorang penari yang cantik. Pembuat topeng mengantar Rayyan dan Alma ke rumah Ibu Kanthi, tapi Ibunya tak mau menemui mereka. Pembantu dari Ibu itu memberitahu barang milik Kanthi yang masih Beliau simpan, yang seharusnya dibuang.
Alma meminjam topeng yang persis seperti dilihat Mia lalu menuju ke apartemen lagi untuk meminta Mbah Sukmo melihat masa lalu sosok itu. Tapi naas, saat perjalanan ke Surabaya, ada sebuah truk yang mendorong mobil mereka hingga ke jurang, seperti disengaja, saat jalanan sepi dan melewati jalan berbahaya. Keselamatan masih berteman dengan mereka sampai ada yang membantu hingga Surabaya.
Mbah Sukmo melihat masa lalu sosok itu, tapi tidak bisa secara menyeluruh. Kedua sosok adalah Kanthi dan puterinya yang dibunuh lalu dimutilasi, lalu Kanthi memanggil "Mas" yang bisa diartikan dibunuh oleh suaminya. Maka mereka mencari siapa nama suaminya itu.
Rayyan meminta sesama polisi untuk bertanya nama suami Kanthi. Hal tak diduga terjadi, Aiman dan Wulan istrinya ingin membunuh Mbah Sukmo karena ingin membantu Alma. Lalu Alma disekap bersama Mia, Rayyan juga dipukul hingga pingsan.
Lalu menjelang ajal, Mbah Sukmo melihat masa lalu lagi. Ternyata, dulu suami Kanthi adalah Aiman, sang pemilik apartemen. Hubungan di luar nikah dengan Aiman, membuat Ibu Kanthi mengusir Kanthi karena takut Kanthi akan hidup miskin.
Awalnya memang mereka bertiga hidup miskin, tapi lama-kelamaan menjadi kaya, tapi tidak harmonis. Keributan kecil hingga perselingkuhan Aiman dengan Wulan diketahui Kanthi. Melihat Kanthi dipukul Aiman, sang anak memukul Aiman yang berbalas dipukul balik hingga tewas.
Lalu Kanthi juga dibunuh Aiman. Mayat mereka dimasukkan ke bath up lalu dimutilasi. Mayat itu dimasukkan karung lalu ditaruh di sebuah dinding yang disemen, lalu ditutup dengan lemari.
Setelah menceritakan masa lalu itu, Mbah Sukmo meninggal dunia. Mereka bertiga menuju dinding itu, berdasar gambar yang pernah diberikan Mbah Sukmo sebagai kunci di mana dinding berada. Hampir, hampir maghrib dan kedua sosok itu datang hendak memotong tubuh Mia saat Rayyan dan Alma mencari tulang dari sosok tersebut.
Berhasil, tulang itu ketemu dan sosok itu melepaskan Mia sambil berubah ke wujud semula sebelum meninggal. Aiman dan Wulan dibunuh oleh Kanthi dan puterinya, lalu Alma, Mia, Rayyan meninggalkan apartemen itu. Saat di makam untuk mengunjungi Mbah Sukmo, ada Bu Rini yang melihat arwah Mbah Sukmo serta Ayah dari Alma dan Mia.
Bu Rini cerita bahwa Mbah Sukmo sudah tenang dan Ayah mereka bahagia karena Alma percaya bahwa Ayahnya tidak selingkuh. Walau sudah usai, tapi arwah Kanthi dan puterinya tetap di apartemen karena belum mendapat maaf dari sang Ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H