Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Candra Mahakasih

14 Desember 2024   12:25 Diperbarui: 14 Desember 2024   12:25 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku suka tentang cinta, mereka lebih suka tentang horor, seru katanya, padahal mereka sering menutup mata saat menonton, wah, nggak asyik, aneh, udah bayar kok malah merem?

Namaku Kasih, dan kedua temanku, Yana dan Sifa, akhiran nama mereka huruf a, sifat mereka sama. Makanya karena akhiran namaku beda, sifatku juga berbeda dengan mereka. Mereka masih terlihat seperti anak kecil, pengennya dimanja dan aku yang harus bertanggung jawab memanjakan mereka. 

Aku selalu mengajak dua temanku untuk konsultasi jika ada masalah dalam mengerjakan laporan, tapi mereka kadang enggan, karena aku bertanya pada Pak Candra. Lalu mereka tanya kepadaku setelah aku selesai konsultasi dengan Pak Candra, wah, dasar mereka, diajak nggak mau, giliran ada pertanyaan, tanya ke aku. Aku jadi kasihan dengan Pak Candra, kok mahasiswa kurang tertarik ya? Padahal Beliau mahakasih, seperti namaku, Kasih.

Karena penasaran, aku beranikan diri bertanya pada teman-temanku, "Teman, kenapa pada nggak suka sama cara ngajarnya Pak Candra? Ada apa? Apa yang salah? Kalian juga butuh, kok malah nggak mau konsultasi laporan, malah tanya ke aku?" 

Semua awalnya diam, aku memperhatikan mereka selama beberapa detik, lalu akhirnya salah satu dari mereka bicara,"Kasih, aku nggak suka karena orangnya, bukan cara ngajarnya, dan Sifa juga sama, nggak suka sama orangnya." Aku bertanya lagi, "Maksudnya?" Sifa mencoba membantu jawaban Yana. "Memang kamu nggak merasa Sih? Emang nggak merasa ada yang aneh dari Pak Candra?" 

Aku menggeleng. Entah kenapa mereka enggan menjawab, malah menghindar tanpa pamitan. Semenjak kejadian itu, hubungan kami semakin renggang, mereka berdua bersama dan aku sendiri. Kok seakan malah aku yang salah? Makanya mereka meninggalkanku, aku kan hanya tanya, karena aku tak tahu.

Pada suatu sore setelah mata kuliahku selesai, aku melihat Pak Candra menuju parkiran dosen, aku tak sengaja mengintipnya. Aku masih bertanya, apa sih yang aneh dari Beliau? Kok mereka tidak jujur dan malah meninggalkanku? 

Aku melihat dari balik pohon apa yang sebenarnya Pak Candra mau lakukan? Di saat aku mengamati Beliau, tiba-tiba seseorang menepuk bahuku, "Hayo, lagi ngapain? Ngawasin Pak Candra? Kulaporin Kau." Aku menjawab dengan sedikit gemetar, "Jangan Mas, saya hanya penasaran, sebenarnya apa yang dilakukan Beliau sehabis mengajar? 

Kok semua teman di kelas saya tidak suka dengan Beliau? Apa ada yang salah?" "Ehm, jadi Mbak belum tahu? Mbak anak baru?" tanya anak itu padaku. Aku mengangguk. Dia menarik tanganku dan mengajakku bertemu dengan Pak Candra.

"Lho, Kasih, Robi, ada apa ini?" tanya Pak Dosen. Aku tersipu malu, karena pasti Pak Candra akan menertawaiku, atau malah menghukumku atau mengurangi nilaiku. Ini gara-gara lelaki itu. 

"Ini Pa, gadis ini mengawasi Papa dari balik pohon di sana, gerak-geriknya mencurigakan, makanya aku bawa ke sini," katanya sambil menunjuk pohon tempatku bersembunyi. Pak Candra tersenyum dan aku masih bertanya siapa lelaki ini hingga ia memanggil Papa? "Maaf Pak, saya tidak bermaksud begitu, saya hanya ingin mencari tahu, mengapa teman-teman saya di kelas tidak suka dengan Bapak? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun