Mohon tunggu...
Yovita Nurdiana
Yovita Nurdiana Mohon Tunggu... Penulis - Purchasing, pembaca mata dan penulis nama seseorang di setiap tulisannya

Membaca sambil mendengarkan musik favorit

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Je(bakan) Li(ma) Ta(hun)

30 September 2024   16:35 Diperbarui: 30 September 2024   16:45 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harusnya tidak begini jalannya, parkiran itu di sebelah selatan, dan aku sudah berjalan ke selatan. Kenapa aku jadi berjalan ke utara tempat perpustakaan itu berada? Aku coba berjalan ke parkiran lagi, kenapa balik lagi ke perpustakaan ini? Ada apa? Tak ada seorang pun yang kutemui.

Aku melihat perpustakaan itu, sepi, pintu tertutup dan aku berbalik. Tiba-tiba pintu perpustakaan terbuka, aku menoleh ke arah pintu. Tampak sepi, aku semakin penasaran. Entah kenapa aku harus masuk ke sana. Aku masuk, tak ada siapa pun. Aku melihat kalender yang berada di meja, mengapa bukan tahun ini? Tahun di situ adalah lima tahun yang lalu.

Apakah aku kembali ke masa lalu? Tapi jam di dinding sama dengan jam tanganku. Hanya berbeda pada tanggal. Lalu pintu tadi tertutup dengan sendirinya. Tak ada angin. Aku terjebak di dalam, sendirian. Aku melihat sebuah buku terjatuh. Buku dengan sampul berwarna cokelat, dengan cover seorang perempuan membawa sekuntum bunga, sama seperti buku yang tadi menarik perhatian. Buku yang tadi kubawa hilang.

Aku ambil buku itu. Aku baca isinya. Penulis buku itu adalah Ilham Kurniawan, fotonya sama dengan hantu seram yang tadi aku lihat. Apa hubungannya dengan aku? Judul buku itu "Jelita, Ikutlah Aku!" Siapa Jelita?

"Itu kisah nyata, Ia meninggalkanku dengan luka. Buku itu kuberikan padanya, tapi Ia menolak, lalu aku berikan buku itu untuk koleksi perpustakaan ini. Gadis di cover itu adalah Jelita dengan bunga kesukaannya. Aku menulis kisah kami dalam buku itu. Ia pergi ke luar negeri dengan suaminya, yang tak lain adalah sahabatku. Ia menolak cintaku karena telah memilih sahabatku," jawab hantu itu.

"Lalu, mengapa aku dibawa ke sini? Apa yang harus aku lakukan? Kita belum pernah bertemu kan?" tanyaku. Ia mengangguk sambil menjelaskan sesuatu, "Aku memang belum pernah bertemu denganmu sebelumnya, tapi aku yakin Kau bisa bantu. Kamu satu-satunya orang yang tertarik masuk ke perpustakaan itu. Selama lima tahun, belum ada yang masuk perpustakaan itu karena kemauan sendiri, tapi tanpa paksaan, Kau bersedia masuk.

Aku suka sekali dengan buku dan perpustakaan, banyak kenangan indah bersama Jelita di perpustakaan ini. Kami memang pencinta buku sehingga banyak hari yang dilalui dengan membaca buku bersama dan berkunjung ke perpustakaan bersama. Tapi karena sahabatku yang diam-diam mencintai Jelita, membuat Jelita tak lagi suka dengan buku dan enggan ke perpustakaan. Aku jadi kesepian dan selalu sendiri saat berada di perpustakaan ini.

Tapi aku percaya, orang yang mau masuk ke perpustakaan pasti satu frekuensi denganku. Aku juga percaya, Ia akan membantuku, termasuk Kau Areta. Benarkah Kau mau membantuku?" "Membantu dalam hal apa? Kalau bisa, akan kubantu," jawabku. "Kau ada di masa lampau, carilah Jelita, dan berikan buku ini! Aku hanya ingin Ia membacanya. Tolong!" jelasnya.

"Jelita yang mana ya?" tanyaku. "Sekarang adalah tahun di mana kami masih bersama. Jelita berada di taman dekat parkiran itu, carilah Ia, aku yakin Kau pasti tahu, bawa buku itu sebagai panduan!" jelasnya. Aku mengangguk lalu Ia hilang. Aku menuju taman yang Ia maksud, aku cari di mana Jelita.

Aku mendekat, perlahan, mengamati seorang perempuan yang sedang membaca buku, sepertinya Jelita. Kusapa Ia, "Jelita?" Ia memandangku dan mengangguk. Aku tersenyum. "Maaf, ini ada titipan untukmu dari seorang pria yang bernama Ilham Kurniawan, Kau kenal kan? Ia ingin Kau menerima dan membacanya, itu tulisannya untukmu.

Aku adalah teman Ilham, jangan takut! Tolong terimalah dan bacalah!" pintaku. "Ilham? Aku tidak tahu harus bilang apa padanya. Apakah dengan terima buku ini berarti menerima cintanya?" tanyanya. Aku melirik Ilham. Ilham di sebelahku dan berkata," Tolong bilang ke Jelita kalau aku akan pergi dan tak kan kembali, jika Ia tak percaya, temui aku di perpustakaan hari ini juga!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun