Mohon tunggu...
Yovita Amalia
Yovita Amalia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Perempuan

22 Januari 2019   16:54 Diperbarui: 25 Februari 2019   07:25 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Diciptakan alam pria dan wanita
dua makhluk dalam asuhan dewata
Ditakdirkan bahwa pria berkuasa
adapun wanita lemah lembut manja

Wanita dijajah pria sejak dulu
dijadikan perhiasan sangkar madu
namun ada kala pria tak berdaya
tekuk lutut di sudut kerling wanita

 

Lagu Sabda Alam, Ciptaan Ismail Marzuki ini memiliki gambaran kuat tentang perempuan kala itu. Gambaran tentang perempuan yang hidup di bawah naungan para lelaki. Hal ini dikuatkan dengan hukum penciptaan di mana perempuan diciptakan dari tulang rusuk laki-laki, yang menjadikan perempuan selalu menjadi sosok kedua dari penciptaan. 

Sebagai sosok kedua, perempuan dianggap tidak memiliki hak untuk berperan serta memajukan kehidupan kala itu. Budaya patriarki masih berperan aktif dalam menentukan segala hal. 

Kedudukan, pemikiran serta pendapat perempuan belum mendapatkan tempat dalam masyarakat, perempuan belum dapat bergerak sebagai individu yang bebas untuk mendapatkan hak dan menjalankan kewajibannya sebagai manusia kala itu. Ketimpangan gender menjadi permasalahan besar yang dihadapi oleh perempuan.

Dad Murniah, seorang badan bahasa menuliskan dalam jurnalnya bahwa perempuan atau wanita telah dipagari dengan norma-norma budaya yang membentuk mereka. Contohnya dalam budaya masyarakat Jawa, kata 'wanita' memiliki arti tersendiri yaitu "wani" berarti berani dan "tata" berarti atur. 

Sosok wanita dalam budaya Jawa diartikan sebagai pribadi yang berani diatur oleh laki-laki. Wanita akan dianggap mulia jika melakukan segala sesuatu yang diinginkan oleh pria dalam kata lain wanita harus tunduk kepada laki-laki. Hal ini sepadan dengan yang dituliskan oleh Zoetmulder (1982) dalam "Old Javanese English Dictionary" yang mendeskripsikan wanita sebagai 'sesuatu yang diinginkan oleh pria'. Wanita hanya dianggap sebagai objek laki-laki.

Sebelum modernitas melanda kehidupan saat ini, sebagai objek laki-laki wanita harus memiliki banyak keahlian, khususnya dalam hal mengurus rumah tangga. Sebagai pendamping laki-laki dalam kehidupan rumah tangga, wanita memiliki banyak peran seperti menjaga rumah, mengurus suami,  melahirkan, membesarkan anak, dan memilihara anak. 

Falsafah Jawa mengatakan bahwa tugas perempuan adalah macak, manak, dan masak. Perempuan dalam keluarga harus dapat macak atau berias diri agar selalu terlihat cantik, menarik, dan mempesona. Hal ini dikaitkan dengan perempuan harus selalu terlihat menarik agar dapat menahan laki-lakinya untuk senang dirumah. 

Selain itu, perempuan harus dapat manak atau menghasilkan keturunan serta memelihara dan menjaga keturunannya. Perempuan juga harus dapat memasak atau mengurusi segala hal yang berbau dapur. 

Perempuan harus dapat memnuhi selera laki-laki dalam hal makan dan minum. Hal ini didukung dengan pernyataan Warto (1997) dalam bukunya Sangkan Paran Gender yang mengatakan bahwa perempuan jaman dahulu harus dapat melakukan macak, manak dan masak. 

Jika perempuan tidak dapat melakukan tiga aspek tersebut maka perempuan tersebut dianggap sebagai aib keluarga. Hal ini sangat jelas menggambarkan  kedudukan perempuan jaman dulu dalam sistem patriarki dianggap sebagai yang terbelakang.

 Berbeda jaman, berbeda cerita. Namun, apakah perempuan modern masih menjadi objek bagi laki-laki ? Apakah perempuan modern harus tetap tampil cantik dan menarik untuk memuaskan hasrat laki-laki? Apakah perempuan modern masih harus sibuk dengan urusan perut dan dapur? Apakah perempuan modern masih harus mengurus rumah dan menjaga anak ? Perempuan modern harus bisa lebih dari aturan macak, masak, manak. Perempuan masa kini dapat lebih 'liar' dibandingkan perempuan masa lampau.

Konsep 'Hawa diciptakan untuk Adam' dirasa lebih dimiliki oleh para perempuan masa kini. Konsep ini memiliki arti bahwa perempuan diciptakan untuk menopang kehidupan laki-laki, hal ini menjadikan perempuan masa kini dianggap lebih mandiri dan dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa bergantung dengan laki-laki. 

Konsep macak, manak, dan masak sudah semakin jarang ditemui pada perempuan masa kini. Jika konsep macak, manak, dan masak masih digeluti pada masa sekarang, mungkin akan ditafsirkan berbeda dari filosofi sebenarnya.

Konsep pertama, macak  atau berias diri.  Jika perempuan jaman dahulu macak untuk menarik hati, mempertahankan dan memuaskan laki-lakinya, perempuan jaman sekarang menggunakan istilah macak lebih untuk mengikuti perkembangan jaman. 

Konsep macak saat ini lebih menjadikan banyaknya gebrakan dalam dunia fashion dan make up yang sangat menggiyurkan para perempuan di seluruh penjuru dunia, termasuk perempuan di Indonesia. 

Seperti yang dilansir oleh Kompas pada Agustus 2018, industri kecantikan di Indonesia tumbuh pesat hingga 16 persen. Hal ini dilihat sebagai sebuah kesadaran perempuan untuk mempercantik diri dengan bantuan kosmetik. 

Tidak hanya kosmetik, berbagai cara untuk mempercantik diri pun mulai bermunculan seperti sulam alis, sulam bibir, hingga sedot lemak berhasil menarik hati tidak sedikit perempuan. Hal ini diperkuat dengan media yang membentuk perempuan menjadi sosok yang ideal, bukan hanya di mata laki-laki namun di mata publik.

Media membentuk perempuan sebagai sosok yang cantik, berkulit putih, berambut panjang, dan bertubuh langsing. Teori komunikasi massa jarum suntik media bekerja efektif dalam hal ini. Menurut Nurudin (2014) teori ini mengatakan bahwa media memiliki pemikiran bahwa khalayak dapat dibentuk sesuai dengan keinginan media. 

Pembentukan citra perempuan dimata media ini telah memberikan dampak besar bagi sebagian perempuan. Hal ini menjadikan banyak perempuan melakukan atau membentuk diri mereka seperti sosok perempuan hasil pembentukan media. 

Media seakan memiliki standar kecantikannya sendiri yang membuat para perempuan merasa "sempurna" jika sudah berhasil memenuhi standar tersebut. Namun sebenarnya standar kecantikan yang dimiliki media ini membentuk stigma dan stereotype bagi khalayak khususnya para perempuan.

Perempuan yang tidak dapat memenuhi standar kecantikan media ini dianggap tidak "sempurna". Perlahan munculah istilah body shaming atau sebuah kritik tentang bentuk tubuh seseorang. Tidak jarang mereka yang terkena body shaming ini mengalami gangguan kesehatan mental akibat terpupuk kritik mengenai bentuk tubuh mereka. 

Seperti yang dilansir dalam bullyingstatistics.org body shaming berdampak besar dan mengkhawatirkan, sebanyak 94 persen perempuan telah terdampak body shaming. Padahal, jika standar kecantikan tidak diukur oleh media, perempuan dapat hidup lebih nyaman dan aman.

Beralih dari konsep macak, konsep kedua dari filosofi perempuan adalah manak atau memiliki keturunan. Jika dibandingkan dengan pemikiran jaman dahulu yang menganggap perempuan sebagai aib keluarga jika tidak memiliki keturunan, perempuan masa kini dirasa lebih terbuka dalam menanggapi permasalahan klise ini. 

Memiliki keturunan/anak merupakan sebuah tanggung jawab yang besar dan harus siap dihadapi oleh perempuan maupun laki-laki setelah menikah. 

Ada perempuan yang siap dengan tanggung jawab tersebut tetapi ada pula yang memilih untuk hidup independen tanpa anak bahkan tanpa pendamping hidup. Anggapan mengenai perempuan sebagai objek laki-laki yang selalu dapat dibuahi untuk menghasilkan generasi penerus sudah mulai luntur mengikuti arus perkembangan jaman. 

Jika perempuan tidak dapat menghasilkan keturunan dikarenakan beberapa faktor, teknologi dapat membantunya menghasilkan keturunan dengan program bayi tabung. Namun, tidak memiliki anak saat ini dirasa bukan perkara yang besar. Tidak sedikit perempuan yang memutuskan untuk hidup secara independen, tanpa laki-laki, tanpa anak.

Selain manak, konsep terakhir adalah masak. Perempuan pada masa lampau diharuskan dapat memasak untuk memenuhi selera laki-lakinya. Perempuan pada masa lampau meyakini bahwa salah satu cara memikat hati laki-laki adalah dengan memberikan kepuasan perut melalui masakan. 

Sedikit berbeda dengan masa kini, perempuan tidak harus dapat memasak. Memasak bukanlah suatu kewajiban, namun memasak menjadi suatu poin tambahan bagi perempuan. Keahlian memasak dapat ditumbuhkan secara perlahan tanpa harus dipaksakan dan dipertanyakan keperempuanannya. Dapur bukan menjadi ladang kerja utama bagi perempuan masa kini.

Ketiga konsep tentang perempuan pada masa lampau sudah mulai luntur termakan jaman. Perempuan masa kini lebih mandiri dan lebih berani mengungkapkan ekspresi mereka tentang apa yang mereka rasakan tanpa harus terbentur budaya macam-macam. Selain dari konsep macak, manak, dan masak, para responden laki-laki memandang perempuan masa kini tidak jauh berbeda dari masa lampau yang mengatakan bahwa perempuan harus dapat melakukan segala sesuatu (multitasking). Namun, konsep multitasking ini berbeda di mana laki-laki meminta perempuan untuk dapat melakukan segala sesuatu tanpa harus bergantung kepada laki-laki, contohnya adalah bekerja. 7 dari 10 laki-laki setuju bahwa perempuan harus bekerja dan memiliki karir. Perempuan harus dapat ikut menopang kehidupan berkeluarga. Perempuan yang berkarir menjadi sebuah nilai tambahan bagi para laki-laki, karena dianggap sebagai perempuan yang mandiri dan memiliki visi yang jelas dalam kehidupan. Selain berkarir, 7 dari 10 laki-laki ini  menyetujui bahwa perempuan harus mengenyam pendidikan yang tinggi. Hal ini dikarenakan perempuan merupakan penyalur pendidikan pertama bagi generasi penerus. Oleh karena itu munculah istilah seorang anak yang cerdas terlahir dari ibu yang cerdas.

Menjadi perempuan modern di mata laki-laki ternyata lebih rumit dibandingkan pada masa lampau. Rumit karena perempuan dituntut untuk dapat melakukan segalanya dengan teratur, seperti berpenampilan menarik untuk bekerja, mengenyam pendidikan tinggi, menjadi ibu yang cerdas, dan mandiri dalam melakukan segala hal tanpa bergantung kepada laki-laki. Namun, perempuan modern bukanlah lagi menjadi objek semata bagi laki-laki, melainkan memiliki kesetaraan dalam berbagai hal. Bukan lagi Adam diciptakan untuk Hawa melainkan Hawa diciptakan untuk Adam yang berarti perempuan bertugas untuk menopang kehidupan laki-lakinya dan menjadikan perempuan masa kini dianggap lebih mandiri dan dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa bergantung dengan laki-laki.

Referensi

Warto.1997. Wanita Pabrikan : Simbol Pergeseran Status Wanita Desa dalam Abdullah, Irwan. Sangkan Paran Gender. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Zoetmulder, P.J. 1982. Old Javanese--English Dictionary. 's-Gravenhage: Martinus Nijhoff

http://www.bullyingstatistics.org/content/female-bullying.html

https://www.academia.edu/9146050/PEREMPUAN_ATAU_WANITA_MASA_KINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun