Mohon tunggu...
Yovita Amalia
Yovita Amalia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menjadi Perempuan

22 Januari 2019   16:54 Diperbarui: 25 Februari 2019   07:25 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Media seakan memiliki standar kecantikannya sendiri yang membuat para perempuan merasa "sempurna" jika sudah berhasil memenuhi standar tersebut. Namun sebenarnya standar kecantikan yang dimiliki media ini membentuk stigma dan stereotype bagi khalayak khususnya para perempuan.

Perempuan yang tidak dapat memenuhi standar kecantikan media ini dianggap tidak "sempurna". Perlahan munculah istilah body shaming atau sebuah kritik tentang bentuk tubuh seseorang. Tidak jarang mereka yang terkena body shaming ini mengalami gangguan kesehatan mental akibat terpupuk kritik mengenai bentuk tubuh mereka. 

Seperti yang dilansir dalam bullyingstatistics.org body shaming berdampak besar dan mengkhawatirkan, sebanyak 94 persen perempuan telah terdampak body shaming. Padahal, jika standar kecantikan tidak diukur oleh media, perempuan dapat hidup lebih nyaman dan aman.

Beralih dari konsep macak, konsep kedua dari filosofi perempuan adalah manak atau memiliki keturunan. Jika dibandingkan dengan pemikiran jaman dahulu yang menganggap perempuan sebagai aib keluarga jika tidak memiliki keturunan, perempuan masa kini dirasa lebih terbuka dalam menanggapi permasalahan klise ini. 

Memiliki keturunan/anak merupakan sebuah tanggung jawab yang besar dan harus siap dihadapi oleh perempuan maupun laki-laki setelah menikah. 

Ada perempuan yang siap dengan tanggung jawab tersebut tetapi ada pula yang memilih untuk hidup independen tanpa anak bahkan tanpa pendamping hidup. Anggapan mengenai perempuan sebagai objek laki-laki yang selalu dapat dibuahi untuk menghasilkan generasi penerus sudah mulai luntur mengikuti arus perkembangan jaman. 

Jika perempuan tidak dapat menghasilkan keturunan dikarenakan beberapa faktor, teknologi dapat membantunya menghasilkan keturunan dengan program bayi tabung. Namun, tidak memiliki anak saat ini dirasa bukan perkara yang besar. Tidak sedikit perempuan yang memutuskan untuk hidup secara independen, tanpa laki-laki, tanpa anak.

Selain manak, konsep terakhir adalah masak. Perempuan pada masa lampau diharuskan dapat memasak untuk memenuhi selera laki-lakinya. Perempuan pada masa lampau meyakini bahwa salah satu cara memikat hati laki-laki adalah dengan memberikan kepuasan perut melalui masakan. 

Sedikit berbeda dengan masa kini, perempuan tidak harus dapat memasak. Memasak bukanlah suatu kewajiban, namun memasak menjadi suatu poin tambahan bagi perempuan. Keahlian memasak dapat ditumbuhkan secara perlahan tanpa harus dipaksakan dan dipertanyakan keperempuanannya. Dapur bukan menjadi ladang kerja utama bagi perempuan masa kini.

Ketiga konsep tentang perempuan pada masa lampau sudah mulai luntur termakan jaman. Perempuan masa kini lebih mandiri dan lebih berani mengungkapkan ekspresi mereka tentang apa yang mereka rasakan tanpa harus terbentur budaya macam-macam. Selain dari konsep macak, manak, dan masak, para responden laki-laki memandang perempuan masa kini tidak jauh berbeda dari masa lampau yang mengatakan bahwa perempuan harus dapat melakukan segala sesuatu (multitasking). Namun, konsep multitasking ini berbeda di mana laki-laki meminta perempuan untuk dapat melakukan segala sesuatu tanpa harus bergantung kepada laki-laki, contohnya adalah bekerja. 7 dari 10 laki-laki setuju bahwa perempuan harus bekerja dan memiliki karir. Perempuan harus dapat ikut menopang kehidupan berkeluarga. Perempuan yang berkarir menjadi sebuah nilai tambahan bagi para laki-laki, karena dianggap sebagai perempuan yang mandiri dan memiliki visi yang jelas dalam kehidupan. Selain berkarir, 7 dari 10 laki-laki ini  menyetujui bahwa perempuan harus mengenyam pendidikan yang tinggi. Hal ini dikarenakan perempuan merupakan penyalur pendidikan pertama bagi generasi penerus. Oleh karena itu munculah istilah seorang anak yang cerdas terlahir dari ibu yang cerdas.

Menjadi perempuan modern di mata laki-laki ternyata lebih rumit dibandingkan pada masa lampau. Rumit karena perempuan dituntut untuk dapat melakukan segalanya dengan teratur, seperti berpenampilan menarik untuk bekerja, mengenyam pendidikan tinggi, menjadi ibu yang cerdas, dan mandiri dalam melakukan segala hal tanpa bergantung kepada laki-laki. Namun, perempuan modern bukanlah lagi menjadi objek semata bagi laki-laki, melainkan memiliki kesetaraan dalam berbagai hal. Bukan lagi Adam diciptakan untuk Hawa melainkan Hawa diciptakan untuk Adam yang berarti perempuan bertugas untuk menopang kehidupan laki-lakinya dan menjadikan perempuan masa kini dianggap lebih mandiri dan dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri tanpa bergantung dengan laki-laki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun