Aku terus melajukan kendaraanku secepat mungkin, aku bersyukur bisa keluar dari rumah angker itu, tiba-tiba saja aku merasakan hal yang aneh, hal yang janggal, tak ku temukan jalan beraspal, sawah-sawah yang menghampar dimana awal aku datang kerumah Wisnu, aku masih mengingat dengan jelas, ada sawah yang membentang dan di tengahnya terdapat surau atau musola kecil, kenapa jalan ini sekarang berbatu, dan berkabut?
______________________
Paginya Wisnu tersenyum, di rumahnya yang besar dia menyalakan televisi dan menonton sebuah headline News
"Telah terjadi kecelakaan malam tadi, sekitar pukul 21.12 WIB, seorang pemuda yang mengendarai mobil dengan Plat Nomer Jakarta, masuk ke dalam jurang di daerah Kalijaga, di duga rem mobil dari pemuda ini Blong, saat ini korban sudah di evakuasi oleh tim SAR dari kota Cirebon, Korban bernama " Sairendra Kurniawan" Jika ada keluarga atau kerabat yang mengenali silahkan datang ke RSUD kota Cirebon."
Klik.. Wisnu Wardoyo mematikan televisinya.
"Masih baguslah kau matinya di jurang, daripada kau mati di dalam perutku ini!"
Wisnu kembali mengunyah sebuah daging, di ruang makannya, kali ini di temani oleh tuyul-tuyul bertaring itu. Mereka saling berebut seakan makan dengan sangat lahapnya.
Wisnu tersenyum, menikmati setiap daging manusia yang di jadikan makanan khususnya agar dia tetap menikmati kekayaannya.
Sementara di sudut halaman belakang wanita berbaju coklat itu menangis tersedu sedu, suara tangisannya memekakan telingan bagi yang mendengar, tapi Wisnu seakan biasa saja, wanita itu menangis karena yang Wisnu makan adalah daging suaminya sendiri "Pak Wira" sementara si Wanita itu hanya di bunuh dan di kubur di perkarangan halaman belakang rumah Wisnu, baju berwarna coklat yang dikenakan wanita itu karena terkena tanah yang di gali. Dan tuyul-tuyul bertaring itu seakan mengejek dengan memakan bagian demi bagian tubuh Pak Wira, bersama sang Majikan Wisnu Wardoyo.
"Aku hanya ingin menikmati hidupku!"
Penulis