Â
Â
Lihatlah Kali Saya Dari Atas!Â
Kali Kelihatan Seperti Ular Coklat Yang Besar Sekali.
Kali Ini Berkelok-Kelok Lewat Hutan Yang Hijau.Â
Saya Sudah Sering Sekali Melihat
Kali Dari Pesawat.
Tetapi Sekarang Saya Tidak Lihat Kali Dari Atas.
 Melainkan saya berenang di tengah-tengah kali  .
"Awas Sabi, Saya Mau Lompat!, Kata Babu, Adik Saya.
Dia Merayap Dengan Badannya Di Atas Batang Pohon Yang Besar.
Batang Pohon Itu Ada Di Atas Kali. Babu Mengambit 1 Cang-Ancang Dan Melompat Ke
Dalam Air. Tiba-Tiba Dia Sudah Ada Di Samping Sa
Kami Tinggal Bersama Orang Tua Dan Kakak Tdito Di Hutan Di Tanah Papua Dekat
Kali Kami, Anak Sungai Mamberamo. Kami Tinggal Di Sini Karena Orang
Tua Kami Bekerja Sebagai Misionaris. Orang Tua Belajar Bahasa Orang Fayu Yang Hidup Di Daerah Ini.
Hampir Setiap Hari Kami Berenang Di Kali.Di Sini Panas, Tetapi Air Kali Sejuk Sekali.
Kami Senang Main Di Kali
3
Saya juga mau lompat dari pohon itu. Saya berenang ke pinggir kali.
Saya merangkak kelsa e pinggir kali dan saya lihat ada Akekaro dan Bagus datang.
Kedua anak laki-lakaaah teman kami. Mereka selalu punya ide-ide bagus yang
bisa kami buat bersam
Dari jauh mereka suc melambaikan tangan kepada saya. Saya berdiri dan menunggu
mereka datang. Babu juga ingin tahu. Dia keluar dari dalam air, merangkak dan datang.
Kelihatannya mereka punya cerita yang sangat menarik.
4
"Asahego!, kami memberi salam
dalam bahasa Fayu.
"Bayangkan, kami dapat satu pohon yang ada
banyak sekali kelelawar yang besar sekali! Mari
kami tunjukkan!, kata Bagus dengan penuh
semangat.
"Oh ya!, saya langsung menjawab.
Tetapi Babu tanya: "Di mana pohon itu?"
Akekaro menunjuk ke arah hutan.
"Di sana! Jejak kaki sama banyak dengan batu-batu yang
dapat kami genggam di dalam kedua tangan dan kaki kami"
Babu buat muka kecewa.
"Kami tidak boleh pergi jauh begitu dari kampung, kata Babu.
Tetapi saya ingin sekali lihat kelelawar yang besar itu.
"Ah, mari sudah! Itu tidak terlalu jauh. Kita pulang sebelum orang
lain tahu. Selain itu, di sana ada tempat sandar perahu. Tempat itu
masih termasuk kampung kita!", kata saya.
Sama seperti saya, Babu juga tertarik untuk lihat kelelawvar.
Karena itu, saya ajak dia.
Akekaro dan Bagus senang karena kami akhirnya setuju.
Bagus menunjukkan jalan kecil dari kali masuk ke hutan.
"Lewat sana!"
5
Bersama dengan kedua
teman, Babu dan saya
masuk ke hutan yang
penuh dengan sinaran
remang-remang senja.
6
Di antara tiba cabang-cabang pohon kami dapat satu jaring laba-laba.
Jaring laba-laba itu besar dan kelihatan amat indah!
Saya sebenarnya ingin tinggal sebentar untuk mengamati laba-laba itu.
Tetapi sayang sekali kami harus berjalan terus ke pohon dengan kelelawar besar.
Sedikit lagi kami sampai pada akhir jalan setapak yang biasa orang pakai.
Setelah itu, kami lewat jalan yang dipakai babi hutan.
"Mudah-mudahan kita tidak bertemu babi hutan", kata Babu.
Saya mengangguk.
Jangan main-main dengan babi hutan. Khususnya babi yang sudah
biasa dengan manusia. Mereka tidak takut manusia dan bisa gigit.
Kalau bertemu babi hutan, harus cepat-cepat memanjat pohon.
Kemudian harus tunggu di atas pohon, sampai babi itu pergi ke
Tetapi saya tidak takut. Kami bisa panjat pohon dengan baik sekali.
tempat lain.
Kami juga tidak bertemu dengan babi hutan yang sedang marah.
Tetapi ada sesuatu lain yang kami alami
7
Tiba-tiba di cabang-cabang pohon di atas kami dengar  suara gemerisik dan retak.
Beberapa meter di depan kami, ada bunyi sesuatu jatu ketanah .pertama
kelihatannya seperti batang pohon besar. letapI waktu kami lihat laai
Tetapi waktu kami ihat lagi ternyata "Ular! teriak Babu",
Betul, itu ular. Besar sekali dia. Ular itu lebih panjang dari tinggi badan Saya.
Dan gemuknya seperti paha saya. Kami kaget, lalu kami mundur dengan takut
Tetapi Bagus menggelengkan kepalanya dan tertawa.
Akekaro mengambil sepotong kayu dan menusuk ular itu dari samping  .Ular besar itu mendesis dan merayap pergi dari situ.
Babu dan saya agak malu karena hampir lari dari situ. Jenis ular yana palinc
berbahaya adalah ular kecil yang beracun. Tetapi ular besar kebanyakan tidak
beracun.
Kami berjalan terus.
Melalui pohon-pohon, kaihat air yang berkilau.
Itu adalah kali kami.
Senang sekali kami suda se pai di kali lagi.
8
Kami berjalan
sepanjang pinggir kali.
Sedikit lagi, Bagus berhenti dan menunjuk ke depan.
"Di sana, pohon itu!, kata Bagus.
Saya coba melihat pohon itu dari bagian belakangnyya.
Sedikit jauh dari pinggir kali ada tumbuh pohon liar
yang besar sekali. Pada cabang-cabangnya bergantungan
gumpalan-gumpalan gelap yang besar-besar. Itu adalah
kelelawar-kelelawar.
Banyak sekali mereka!
Mereka bergantung dengan kakinya di cabang-cabarng pohon.
Mereka tidur terbungkus rapat dengan sayapnya.
"Mari, lebih dekat, kata saya.
Kami lari ke pohon dengan kelelawar yang sedang tidur.
Adik saya menutup hidungny
"Dimana-mana tanah ini per h denge-1 kotoran kelelawar, Babu menjelaskan.
Meskipun begitu, kami tida peduli laci dengan apa yang kami injak.
Kami melihat dengan kepala menecsdah ke atas pohon di mana
kelelawar-kelelawar itu tergantung.
Akekaro buat suara yang melengking. Karena itu kelelawar-kelelawar itu menja=
tidak tenang. Tiba-tiba mereka membuka sayap mereka, lalu terbang ke udara
9
Sungguh suatu pemandangan yang hebat melihat kelelawar-kelelawar besar
itu terbang! Mereka mengebaskan udara dengan sayapnya yang besar dan kuat.
Bunyinya keras seperti mereka sedang bertepuk tangan
Babu dan saya terpesona melihat kelelawar-kelelawar itu.
"Saya juga ingin punya sayap sama seperti kelelawar, supaya saya juga bisa terbang
di atas hutan -lebih hebat dari pesawat apapun!, kata saya.
10
Tetapi Akekaro mencium sesuatu di udara.
Dia membisikkan sesuatu kepada Bagus. Bagus juga
ikut menghirup udara dalam-dalam. Mereka tidak
lagi memperhatikan kelelawar. Mereka terkejut melihat
awan yang bergerak cepat. Awan-awan menggumpal dan
tersusun seperti menara di atas hutan.
"Aduh, cuaca buruk!, saya khawatir.
Di sana ada cahaya kilat yang menerangi awan-avwan.
Cuaca mulai buruk dengan sangat cepat.
"Ayo, mari, kita pulang, cepat!, kata Base
Kami lari pulang.
11
Baru saja kami berlari beberapa langkah, hujan deras turun.
Langit menjadi gelap, seperti waktu tengah malam. Untuk sejenak cahaya kilat
menerangi segalanya.
Kilat disusul oleh guntur yang sebegitu rendah dan dekat sampai-sampal
saya bisa merasakan guntur itu di perut. Saya lari di belakang Babu.
Dalam hati saya berpikir:
"Aduh, kita pergi terlalu jauh dari rumah!"
Kami injak lumpur dan lumpur memercik ke segala arah.
12
Musim hujan disini sering terjadi petir dan badai.
Cuaca buruk datang amat cepat seperti kilat dan dalam sekejap iua a
menghilang.
Kami beruntung. Kami sampai di jalan yang kami kenal dengan baik
Saat ini hujan mulai berhenti. Bunyi guntur tidak ada lagi.
Cuaca buruk pun telah berlalu.
13
Kami berhenti. Kami semua menjadi basah kuyup.
Kami memandang satu sama lain, lalu tertawa bersama.
Tetesan gumpalan air jatuh dari pohon besar. Tetesan jatuh
tepat kena kerakami. Tetapi matahari sudah mulai
bersinar lagi.
14
ada banyak tali rotan. Saya ambil satu tali:
Di pohon ini
"Mari, kita bermain kita ini jadi kelelawar!
Pohon ini jadi tempat tidur kita!"
Dengan tali, saya menarik diri ke sebuah batang poh
buah batang pohon.
Di sana saya menggantung aengan kepala ke bawah.
Akekaro, Bagus, dan Babu juga ikut memanjat ke atas,
Adik saya mulai bermain ayunan dengan sala satu tali rotan.
alah satu tali rotan.
Dia mengayun kesana dan kemari dengan senangnya.
Lalu dia berteriak: "Awas, saya terbang!"
Babu melepaskan tangannya dari tall rotan. Dia melompat jauh dan
an
jatuh ke dalam lumpur. Tanah ini penuh air hujan. Sambil duduk di atac
tanah Babu meluncur terus ke depan. Lalu dia berhenti dan tertawa.
Akekaro langsung ikut.
Memang, main seperti ini tidak sama seperti kelelawar terbang, saya pikir,
Lalu saya pun ikut.
Tetapi kami tetap amat senang!
15
Akhirnya kami rasa puas melompat dan meluncur.
Akekaro dan Bagus berpisah dari kami dan mereka
pulang ke kampung mereka.
Babu dan saya juga kembali ke rumah.
16
ma Sudah menunggu kami. Dia tertawa melihat badan kami yang penuh
dongan lumpur dari atas sampai bawah. Lalu dia sedikit marah karena pada
caat Cuaca buruk kami tidak segera pulang ke rumah.
upimana saja kalian tadi bermain Babu dan saya memandang satu sama lain
Cavang sekali, kami tidak berani menceritakan tentang kelelawar-kelelawar itu.
Setelah kami mandi, mama memberi kami baju hangat dan teh panas.
Sesudah itu, saya berdiri di depan jendela dan menatap ke luar.
Di depan ada kali kami. Di balik ujung-ujung pohon di seberang kali,
matahari mulai terbenam. Tidak lama lagi
malam hari tiba di hutan rimba.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI