Mohon tunggu...
Yossi Zaskia
Yossi Zaskia Mohon Tunggu... Jurnalis - @yossizm

Nothing last forever we can change the future.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Alterio

3 Maret 2020   11:26 Diperbarui: 3 Maret 2020   18:40 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Prolog

Pernahkah kau memikirkan tentang masa depan?

Pernahkah kau membayangkan apa artinya pergi ke sekolah menengah atas? apakah untuk kuliah?

Pernahkan membayangkan pekerjaan seperti apakah yang akan didapatkan?

Tanpa disadari hidupku dan masa depanku pada saat itu semakin dekat.

***
Namaku Alterio Jason. Biasa dipanggil Alter. Aku anak tunggal, laki-laki. Aku baru saja menginjak sekolah menengah atas. Aku lolos disalah satu SMA favorit. Ketika sudah lulus dari sekolah ini, siswa akan masuk ke universitas favorit. Banyak sekali orang-orang  yang menginginkan masuk ke SMA ini. Tetapi hanya segelintir orang yang diterima.

Disana terdapat ruang kelas untuk kelas 10 yang terdiri dari kelas A, B, C, dan D. Ini bukanlah hanya huruf untuk membedakan  kelas, tapi urutan untuk mengukur kecerdasan siswa. Ternyata aku mendapatkan kelas D. Ya kelas ini memang kelas buangan tapi tidak masalah bagiku. Aku tidak peduli akan masuk kelas mana.

***

Hari pertama masuk. Siswa harus berteman untuk menikmati kehidupan di sekolah mereka. Jika dalam tugas ini gagal, maka tiga tahun menyedihkan akan menanti mereka. Prinsipku dulu agar terhindar dari masalah aku tidak peduli hal ini. Tapi tidak ada salahnya jika aku mempunyai beberapa teman untuk saat ini.

Ini akan menjadi tugas yang sulit bagiku karena baru pertama kali aku melakukannya. Aku berjalan menuju ruang kelasku, disana sudah ramai oleh siswa. Terdapat bangku kosong dibelakang samping jendela. Sepertinya tempat yang cocok bagiku.

Sekarang apa yang harus aku lakukan? kapan aku harus bicara untuk berkenalan? aku tidak pernah melakukan ini. Namun jika aku tiba-tiba berbicara kepada mereka, aku takut mereka merasa terganggu. Seperti tujuanku diawal, aku harus melakukannya agar mendapat teman. Pada akhirnya, aku tidak berbicara dengan siapapun.

Ketika aku sedang memikirkannya, tiba-tiba terdengar suara seseorang meletakkan tas disampingku, ternyata orang yang duduk disebelahku adalah perempuan. Aku memberanikan diri untuk berkenalan.

"Namaku Alterio Jason, panggil saja Alter senang bertemu denganmu"

"Pengenalan diri tiba-tiba?" Kata gadis itu

Sepertinya aku gagal berkenalan. Bagaimana pun, ini pertama kalinya aku memperkenalkan diri kepada seseorang. Tapi setidaknya aku tahu nama seseorang yang duduk di sampingku.

"Apakah kau keberatan jika aku menolak ucapanmu?"

"Sepertinya jika aku tidak tahu namamu, akan terasa canggung"

"Tapi menurutku itu akan baik-baik saja" Setelah melirik kepadaku dia meletakkan tasnya di belakang kursi. Sepertinya dia tidak tertarik untuk berkenalan, bahkan dia tidak menyebutkan namanya.

"Namaku Yura Lauriel"

"Eh, Yura. Kamu mempunyai teman yang satu SMP disini?"

"Teman? Aku tidak mempunyai teman, bahkan aku tidak peduli jika aku tidak memilikinya"

"Kenapa?"

"Menurutku hanya menambah masalah saja, aku sudah terbiasa sendiri, sampai saat ini aku baik-baik saja. Sebenarnya aku tidak berniat berkenalan dengan orang-orang disini. Seharusnya aku tidak mendapatkan kelas ini. Aku bisa mendapatkan kelas A tapi, karena-" perkataan Yura terhenti

Semua kegaduhan kelas tiba-tiba terhenti. Semua siswa tertuju ke arah suara yang ada di depan kelas. Ada seorang siswa laki-laki  berbicara di depan kelas.

"Selamat pagi semuanya. Kita kan belum kenal satu sama lain, bagaimana jika kita memperkenalkan diri masing-masing?"

"Aku setuju" Kata salah satu siswa. Kemudian siswa yang lain juga menjawab setuju.

Siswa laki-laki yang berada di depan kelas itu pun memperkenalkan dirinya "Nama saya Leon Nazario, kalian bisa memanggilku Leon, aku menyukai olahraga khususnya basket. Sepertinya aku juga akan mengikuti ekskul basket disini"

Laki-laki yang bernama Leon itu mengenalkan dirinya dengan lancar tanpa rasa takut. Beda sekali denganku dia mempunyai keberanian. Sepertinya dia akan menjadi ketua kelas disini.

"Ayo kita mulai perkenalannya mulai dari depan" Leon menunjuk siswa perempuan paling depan.
Perempuan itu sepertinya kaget dan terlihat sangat gugup, tapi akhirnya dia memperkenalkan dirinya.

"Na-namaku O-Olivia...Lilia, biasa dipanggil Oliv,  hobiku memotret dan memasak" sambil berdiri terlihat pucat.

Perempuan itu kembali duduk dengan ekspresi tenang dan lega. Setelah pengenalan Oliv, kemudian berlanjut pada orang berikutnya. 

Berikutnya seorang gadis yang terlihat ceria."Namaku Monica Vivian, aku lebih sering dipanggil Vivi, dan karena tidak ada teman SMPku yang sekolah kesini aku ingin mengenal semuanya dan menjadi teman"

Beda dengan perempuan sebelumnya dia terus berbicara setelah memperkenalkan dirinya.

"Pertama-tama aku ingin berteman dengan kalian semua setelah kalian selesai memperkenalkan diri masing-masing"

Tampaknya dia tipe orang yang mudah bergaul.
Aku agak gelisah. Bagaimana aku bisa melakukannya? bahkan aku tidak pernah berbicara di depan umum seperti itu. Tidak ada yang spesial dariku, aku harus menyebutkan apa?. Dalam kekhawatiranku. Perkenalan itu berlanjut.

"Ok selanjutnya adalah" Leon menatap siswa laki-laki berikutnya, tapi siswa itu terlihat tidak suka terhadap Leon. Anak itu terlihat nakal sesuai dengan pakaiannya

"Kalian gila, aku tidak mau memperkenalkan diriku, tinggalkan aku sendiri" jawabnya ketus sambil melotot kepada Leon.

"Aku tidak memaksamu untuk memperkenalkan dirimu, tapi aku berpikir itu hal buruk jika tidak mengenal satu sama lain dengan teman sekelasmu, jika kamu merasa tidak enak aku minta maaf"

Akhirnya laki-laki itu memperkenalkan dirinya "Namaku Branz Lugatio, hobiku bermain sepakbola"

Branz rupanya ada siswa aneh yang satu kelas denganku. Aku kembali khawatir, tidak ada yang spesial dariku.

"Um...orang berikut, perkenalkan dirimu" Leon berbicara ke arahku.

Akhirnya yang aku takutkan tiba, giliranku memperkenalkan diri. Ok aku pasti bisa.

" Baiklah...Um, namaku Alterio Jason, panggil saja Alter, tidak ada yang spesial dariku, aku akan melakukan yang terbaik untuk bergaul dengan semua orang, senang bertemu denganmu"

Setelah menyelesaikannya, aku cepat, cepat duduk kembali. Apakah semua orang melihatku?. Ah pengenalanku gagal. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan. Itu pengenalan yang membosankan, tidak akan ada yang mengingatnya.

"Senang bertemu denganmu Alter, aku juga ingin bergaul dengan semua orang, ayo kita lakukan yang terbaik" kata Leon sambil tersenyum segar.
Semua orang bertepuk tangan. Aku merasa orang-orang bertepuk tangan setelah melihat kesalahanku.

***
Beberapa menit kemudian bel berbunyi. Pada saat yang bersamaan datang seorang wanita yang menggunakan jas masuk ke dalam kelas. Kesan pertama, dia terlihat tegas dan disiplin.

"Selamat pagi anak-anak, namaku Diana Maureen, panggil saja Miss Diana, aku bertugas menjadi  walikelas kelas D tahun ini, aku mengajar pelajaran bahasa Inggris. Sekolah ini tidak mengatur ulang kelas setiap tahunnya, jadi kalian akan bersama-sama tiga tahun kedepan"

Dari depan, terlihat dibagikan selembaran kertas.
Di sekolah ini mempunyai aturan khusus yang membuat berbeda dengan SMA yang lainnya. Siswa dilarang menghubungi siapa pun di luar sekolah, bahkan menghubungi keluarga dekat pun dilarang tanpa ijin dari sekolah.

 Siswa dilarang meninggalkan area sekolah.
Namun, ada banyak fasilitas di dalamnya sehingga siswa tidak mempunyai keterbatasan. Ada mall, bioskop, bahkan butik. Kau bisa menyebutkan kota kecil. Ada satu lagi keunikan sekolah ini yaitu sistem poin.

"Sekarang aku akan membagikan kartu identitas siswa, kartu ini sama dengan kartu kredit, kalian bisa membeli apapun di toko fasilitas kampus menggunakan kartu ini, namun hati-hati dengan berapa banyak poin yang kalian gunakan"

Sistem poin yang ada di sekolah ini menggantikan uang. Poin yang diberikan sekolah secara gratis.

"Kartu pelajar bisa digunakan dengan menggeseknya di mesin. Menggunakan mesin sangat mudah, jadi kalian tidak akan bermasalah dengan mereka. Poin akan dikreditkan secara otomatis pada hari pertama setiap bulan. Semua orang pasti sudah memiliki 10.000 Poin pada kartu mereka. Juga, 1 poin bernilai Rp.1000"

Sejenak kelas menjadi ribut. 

Dengan kata lain kita mendapatkan tunjangan Rp.10.000.000 setiap bulannya dari sekolah tersebut. Rp. 10.000.000 adalah sejumlah besar uang yang diberikan sebagai uang saku bulanan.

"Apakah kalian terkejut dengan jumlah poin yang diberikan? Sekolah ini mengukur kemampuan siswa. Semua orang di sini, yang lulus ujian masuk, telah menunjukkan beberapa tingkat nilai. Jumlah uang adalah cerminan dari kemampuan kalian. Tanpa menahan diri. Setelah lulus, bagaimanapun, semua poin akan diambil kembali. Karena poin ini tidak bisa diuangkan,jadi tidak ada gunanya menabung poin. Bagaimana poin yang akan digunakan terserah kalian. Gunakan untuk hal-hal yang kalian suka atau yang diperlukan. Jika kalian merasa tidak berguna untuk beberapa poin kalian, kalain dapat selalu mentransfernya ke orang lain. Namun, mengintimidasi orang lain untuk poin dilarang. Sekolah sangat ketat dalam hal-hal yang berkaitan dengan intimidasi" Miss Diana melihat ke sekeliling.

"Baik, sepertinya tidak ada yang bertanya, selamat menjalani kehidupan dengan baik" Miss Diana pergi meninggalkan kelas.

"Asikkk aku bisa membeli video game" kata seorang siswa laki-laki

"Ayo setelah sepulang sekolah kita beli make up, baju.." kata seorang siswa perempuan.

Banyak siswa yang senang dengan uang tunjangan itu.

"Sekolah ini tidak seketat yang ku kira" kupikir aku sedang berbicara kepada diriku sendiri, tapi Yura melihat ke arahku dan mengira aku berbicara kepadanya.

"Ini jelas terlihat sekolah yang longgar"

Meskipun mereka memaksa kita untuk tinggal di asrama, melarang kita untuk meninggalkan kampus, dan melarang kita tidak menghubungi orang luar, tapi mereka memberi kita banyak poin untuk digunakan di sekolah ini.

"Perlakuan istimewa sekolah ini sedikit menakutkan" setelah mendengar perkataan Yura, aku juga berpikir hal yang sama.

Aku semakin penasaran dengan sekolah ini.
Dalam perjalanan pulang, aku memutuskan untuk pergi ke toko. Tentu saja aku sendiri. Aku tidak mengenal orang lain.

"(Betapa kebetulan yang tidak menyenangkan)" begitu masuk toko, aku bertemu terus secara kebetulan dengan dengan Yura lagi.

"(Jangan berseteru, tapi sebaliknya) apakah kau juga butuh barang untuk di beli?"

"Ya, hanya sedikit, untuk kedepannya aku perlu beberapa kebutuhan untuk di asrama nanti" Yura berbicara sambil memeriksa sampo yang dia ambil dari rak.

"Kamu tidak tertarik membeli baju-baju bagus?"

"Aku bukan tipe orang yang suka menghambur-hamburkan uang" Yura pergi meninggalkan.
Aku juga tidak berniat membeli semua yang aku inginkan. Tidak seperti yang lainnya membeli apa yang mereka inginkan.

***
Esok harinya kelas terdengar sangat ribut dari luar, aku memasuki kelas. Mereka sedang membicarakan barang yang mereka beli. Terlihat sangat senang, bahkan ada yang membawanya ke kelas dan menunjukkannya kepada yang lain.

"Lihat apa yang aku beli kemarin" Vivi menunjukkan sebuah jam tangan kepada Fiora.
"Wah bagus sekali, aku juga ingin membelinya" kata Fiora sambil melihat jam tangan Vivi.

"Ayo, aku juga ingin membeli banyak makanan dan yang lainnya"

Tiba-tiba Leon berbicara di depan kelas. "Semuanya aku minta perhatian sebentar"

Seisi kelas menjadi hening.

"Di kelas ini belum mempunyai ketua murid, bagaimana kalo sekarang kita menentukannya?"

"Kamu saja yang menjadi ketua murid Leon" kata Branz

"Iya kamu saja" lanjut Fiora

Yang lainnya menyetujui jika Leon yang menjadi ketua murid. Aku hanya diam, tidak mengatakan apapun.

Hari-hari berjalan dengan penuh kesenangan bagi siswa lain. Mereka terus membeli barang yang mereka inginkan. Mereka terlalu berfoya-foya sehingga ketika ujian berlangsung mereka tidak peduli.

Satu bulan kemudian. Kelas ribut seperti biasa, bel masuk terdengar, tidak lama kemudian Miss Diana masuk ke dalam kelas.

"Pagi anak-anak, disini aku akan memperlihatkan perolehan nilai kalian selama satu bulan dari kelas A-D" Miss Diana menyalakan proyektor. Kelas hening seketika.

"Lihat ini perolehan nilai kalian selama satu bulan" Di depan terlihat urutan nilai yang membuat kita semua terkejut.

"Kalian mendapat urutan nilai terendah diantara kelas yang lainnya"

Disana tertulis nilai kelas A memperoleh nilai 935, kelas B memperoleh nilai 727, kelas C memperoleh nilai 776 dan kelas D memperoleh nilai 660.

"Kalian terlalu berfoya-foya dengan poin yang kalian dapatkan, padahal sebenarnya itu juga mempengaruhi nilai kalian, jika suatu kelas mendapatkan nilai terendah makan poin bulanan akan dikurangi dan hanya akan mendapatkan 500 poin untuk satu bulan kedepan!" Jawab tegas Miss Diana.

Semua siswa terlihat sangat kecewa dengan berkurangnya poin yang mereka dapatkan.

Sudah kuduga, tidak mungkin sekolah ini memberikan kita uang bulanan sebesar Rp.10.000.000 setiap bulannya, jika itu terus menerus selama tiga tahun yang akan datang, sekolah ini akan bangkrut.

"Dua Minggu kedepan kita akan melaksanakan ujian, aku harap kalian bisa mendapatkan nilai yang besar dan bisa menjadi urutan pertama diantara kelas yang lainnya" kata Miss Diana.

"Mustahil.." tiba-tiba Yura berbicara pelan.

"Apa yang mustahil?" Jawabku penasaran.

"Belum pernah ada angkatan, kalau kelas D berada diposisi pertama. Jika aku sendiri aku bisa saja mendapatkan nilai terbesar, tapi sistem nilai sekolah ini kan keseluruhan jadi sangat sulit untuk mendapatkan nilai tertinggi, terlebih disini banyak siswa yang malas"

"Jika kamu berkenan bagaimana jika kita belajar bersama dengan yang lainnya?"

"Aku tidak mau"

Sepertinya dia tidak tertarik untuk berinteraksi dengan siapa pun. Aku harus mencari cara agar kelas ini bisa berada diposisi pertama. Tapi bagaimana caranya? berinteraksi dengan orang lain saja aku tidak, bagaimana bisa aku mengajak mereka. Apakah aku harus meminta bantuan kepada Vivi untuk mengajak yang lainnya belajar.

Aku memberanikan diri berbicara kepada Vivi "Vivi, aku mau berbicara sesuatu"

"Eh Alter, ada apa?"

"Aku ingin kelas kita mendapatkan posisi pertama"

"Bagaimana caranya?"

"Aku ingin mengajak yang lainnya belajar untuk ujian"

Vivi berbicara didepan kelas "Aku minta perhatian sebentar, tadi kan kalian sudah melihat kita berada diposisi terakhir, bagaimana jika sepulang sekolah kita membuat kelompok belajar untuk mendapatkan nilai yang bagus ketika ujian mendatang?"

"Setuju" kata seisi kelas.

"Aku tidak mau" Branz berbicara, kemudian meninggalkan kelas.

Ini akan menjadi masalah yang serius, terlebih dia lah yang selalu mendapatkan nilai yang rendah. Jika terus-menerus seperti ini. Kelas D tidak akan mendapatkan posisi pertama, karena satu orang pun sangat berpengaruh.

Aku kembali ke bangku berbicara lagi kepada Yura "aku ingin kamu ikut belajar bersama dan mengajak Branz untuk belajar, kamu ingin kan kelas kita berada diposisi pertama?"

Yura menghela nafas "Baiklah, aku akan melakukannya".

"Terimakasih Yura".

Sepertinya aku harus meminta bekas soal ujian kepada kelas 11. Aku harus memberanikan diri untuk memintanya demi kelas ini.

***
Setelah beberapa hari kemudian aku belum bisa mendapatkan soal ujian. Setelah sepulang sekolah hari ini aku harus memintanya kepada kelas 11.
Bel pulang tiba aku mencari kelas 11 dan aku menemui salah satu seorang siswa kelas 11.

"Halo kak, nama saya Alter, maaf mengganggu waktunya, aku mau meminta soal ujian kakak waktu kelas 10." Aku tersenyum kepada kelas 11 tersebut.

"Hmm soal ujian, jika kamu ingin mendapatkannya kamu harus membayarnya atau belikan aku bakso" jawabnya.

"Iya kak, asalkan aku bisa mendapatkan soal itu"

Akhirnya aku membelikan dia Bakso dan dia memberikan soal ujian itu. Sekarang aku akan ke asrama Yura agar dia bisa mengajak Branz belajar bersama.

Tiba didepan asrama Yura, aku memencet bel. Tidak lama Yura membuka pintu.

"Ada apa Alter?"

"Aku ingin besok kita belajar bersama dan mengajak Branz"

"Iya" jawabnya singkat

"Terimakasih Yura"

Aku pulang menuju asramaku. Besok aku harus datang ke sekolah pagi-pagi sekali.

Keesokan harinya aku membagikan soal ujian dan menyimpannya diatas meja masing-masing siswa. Satu persatu siswa memasuki kelas. Mereka terlihat bingung siapa yang membagi soal ujian diatas meja mereka.

Akhirnya Leon bertanya "Siapa yang membagikan soal ujian ini?"

"Yura" jawabku kepada Leon.

"Terimakasih kasih Yura, ini sangat membantu sekali" Leon tersenyum dan yang lainnya pun mengucapkan terimakasih kepada Yura.

"Heh! kenapa kamu bilang aku yang membagikannya" kata Yura terlihat sedikit kesal.

"Hehe..maafkan aku, sekarang jadi ya kita belajar bersama"

"Iya Alter"

Bel pulang berbunyi. Aku menyuruh Yura untuk membujuk Branz agar belajar bersama. Kita berdua menuju bangku Branz.

"Branz ayo kita belajar bersama" kata Yura kepada Branz.

"Ayo" jawab Branz

Siapa sangka, akhirnya Branz mau ikut belajar bersama. Akhirnya kita pergi menuju perpustakaan.
Akhirnya, setiap hari kita selalu belajar bersama.

***

Dua minggu telah berlalu,  hari ini kita akan melaksanakan ujian. Bel berbunyi Miss Diana memasuki kelas.

"Pagi anak-anak, sekarang kita akan akan melaksanan ujian, aku harap kalian mengerjakannya dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang memuaskan" Miss Diana membagikan kertas ulangan.

Ulangan pun selesai. Miss Diana meninggalkan kelas.

"Yeahhh.... akhirnya aku bisa mengerjakannya dengan mudah" Branz berteriak didalam kelas.

"Benar, soalnya hampir sama seperti soal ujian yang Yura bagikan waktu itu" kata Fiora.

"Terimakasih banyak Yura, akhirnya aku bisa mengerjakannya dengan mudah" kata Vivi. Kemudian yang lainnya mengucapkan terimakasih kepada Yura.

"Kenapa kamu tidak jujur saja kepada yang lainnya, jika yang membagi soal itu kamu" kata Yura kepada Alter.

"Aku tidak mau, biarlah kamu saja, jadi kan kamu dikenal oleh banyak orang dan mempunyai teman"

"Terserah kamu" jawabnya kesal.

Aku memang seperti itu, biarlah orang menganggap ku apa. Ini hidupku, ini urusanku.

Hari begitu cepat berlalu. Ulangan telah usai, segala yang harus diselesaikan sudah selesai. Setelah melewati berbagai rintangan, tiba akhirnya menerima hasil yang telah kita perjuangkan.

"Selamat pagi anak-anak." Tiba-tiba Miss Diana datang saat kita sedang riuh berbincang.

"Pagi Miss." Seru kita dengan cepat-cepat merapihkan posisi duduk.

"Hari ini aku akan memperlihatkan hasil perolehan nilai kalian selama satu bulan ke belakang." Kata Miss Diana sembari menyalakan proyektor. "Aku tidak menyangka dengan hasilnya."

Miss Diana memperlihatkan perolehan nilai dari kelas A hingga kelas D.

"Kalian lihat kan dengan nilainya, aku benar-benar tidak menyangka. Tidak ada sejarahnya jika kelas D mendapat nilai tertinggi. Kelas A memperoleh nilai 1085, kelas B memperoleh nilai 917, kelas C memperoleh nilai 901, dan kelas D memperoleh nilai 1208."

Setelah Miss Diana mengumumkan semuanya terlihat tidak menyangka dengan perolehan nilai.

"Akhirnya kita bisa mendapat mendapatkan nilai tertinggi dan menggantiakn posisi kelas A sebagai posisi pertama" kata Branz dengan antusias.

"Iya betul, kita telah membuat sejarah baru" jawab Vivi.

Pulang sekolah tiba aku menemui Miss Diana.

"Ibu.... Aku sudah menyelesaikan tugasku untuk menaikkan peringkat kelas D menjadi kelas paling atas"

"Bagus nak, sekarang kamu bebas melakukan apa yang kamu mau" katanya sambil meninggalkanku.

Ya, sebenarnya Miss Diana adah ibuku. Selama ini aku sengaja dimasukkan ke kelas D, agar bisa menaikkannya di posisi pertama. Bisa saja aku masuk di kelas A namun keinginanan ibuku aku berada di kelas D.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun