Mohon tunggu...
Yossie Fadlila Susanti
Yossie Fadlila Susanti Mohon Tunggu... Guru - Pendidik PAUD

Travelling susur tempat bersejarah seperti candi-candi peninggalan nenek moyang, bangunan kuno, dan mengulik sejarahnya adalah hal yang sangat saya sukai disamping profesi sebagai pendidik anak usia dini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lebaran ala Si Gembul Mamad

4 Mei 2023   05:57 Diperbarui: 4 Mei 2023   11:07 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber gambar : nu.or.id

           Gema takbir terdengar sejak semalaman dari toa masjid At Taqwa. Suasana kemeriahan menyambut hari raya kemenangan umat Islam terasa syahdu dengan terdengarnya alunan takbir yang menyentuh kalbu bagi siapapun yang mendengarnya. Lapangan desa sudah disiapkan oleh Takmir Masjid At Taqwa sebagai tempat pelaksanaan shalat Idul Fitri pagi ini, yang rencananya akan dimulai tepat pada pukul 07.00 wib. Semua bahu-membahu menyiapkan peralatan agar supaya kegiatan shalat Idul Fitri dapat berjalan khidmat tanpa kendala apapun.

            Setelah shalat subuh, Mamad siap dengan baju koko baru  plus sarung dan peci baru. Sandal hitam yang dibelikan ibunya sudah siap di berada di teras rumahnya. Ia nampak percaya diri dengan baju  kokonya meski ukurannya agak terlalu kekecilan untuknya. Padahal ibunya sudah membelikan dengan ukuran yang biasa dipakai untuk orang dewasa.

            Meskipun masih duduk di bangku SD Kelas V, Mamad mempunyai badan bongsor dan cenderung mengalami obesitas. Tapi dia adalah anak yang benar-benar mempunyai rasa percaya diri yang luar biasa. Gerakan motoriknya pun tetap gesit dan lincah layaknya anak-anak lain yang mempunyai ukuran tubuh normal seusianya. Kegiatan bersepeda, bermain petak umpet, lari, atau kegiatan permainan tradisional desa pun bisa ia ikuti. Ia pun tak peduli, teman-temannya kerap mengundangnya Si Gembul, sesuai dengan badan dan selera makannya yang luar biasa.

            Sejak kecil Mamad memang mempunyai selera makan yang banyak. Menu apa pun ia sikat, termasuk masakan bercita rasa pedas. Kalau ditinjau dari mana Mamad memiliki badan yang berbeda dengan teman seusianya, warga Desa Pakis sudah tidak heran. Sebab Yu Markonah, ibu Mamad juga memiliki badan yang sama, alias obesitas, demikian juga adik perempuannya yang masih berusia 5 tahun. Hanya ayahnya saja yang berbadan kecil.

            "Mad, besok kamu harus membayar hutang puasamu hlo ya," kata Maryam suatu hari menasihati. "Sudah berapa kali kamu membatalkan puasamu, Mad?" lanjut Maryam.

            "Ehm, mm ... baru 5 kali Bu Ustadzah ...," jawab Mamad sambil merenges.

            "Bohong Bu ... dia sudah nggak puasa lebih dari 10 kali Bu," ucap teman-temannya serempak.

            Maryam dan Yu Partinah sebenarnya merasa prihatin dan khawatir tentang kesehatan santrinya itu. Kelebihan berat badan atau obesitas pada anak seusia Mamad, dapat berlanjut hingga dewasa dan menimbulkan beberapa penyakit kardiovaskular seperti diabetes mellitus, osteoarthritis dan kanker dan penyakit lainnya. Mereka berdua juga sudah mendiskusikannya dengan orang tua Mamad. Tapi sampai sekarang tampaknya belum ada perubahan sedikit pun pada diri Mamad.

            Selama puasa lalu, entah berapa kali  Mamad membatalkan puasanya. Ia tak mampu menahan rasa laparnya sampai saatnya berbuka puasa tiba!  Berulang kali Maryam selaku Ustadzahnya di TPQ At Taqwa, selalu mengingatkan kepadanya, untuk melatih diri mengendalikan hawa nafsunya. Disamping untuk menjalankan ibadah sebagai umat muslim, juga demi kesehatan Mamad sendiri. Namun, berulangkali pula Mamad membatalkan puasanya secara sembunyi-sembunyi. Tak jarang ia menjadi bahan tertawaan teman-temannya kala mereka mendapati Si Gembul Mamad tengah mencuri kesempatan di belakang sekolah untuk minum  atau sedang makan sesuatu,  entah dari mana ia mendapatkannya. Warung Mbah Karjo yang terletak di belakang sekolah pun selalu tutup pada bulan ramadan.

            "Bu, aku mau makan opor ayam dulu, aku sudah lapar ...," teriak Mamad kepada ibunya sambil menampakkan wajah memelasnya, sesaat sebelum berangkat ke lapangan untuk shalat Ied bersama warga Desa Pakis.

             "Iya, itu Ibu sudah menyiapkan di meja makan, ya sudah sana makan dulu sebelum pergi ke lapangan, walaupun kata Nabi kita disunnahkan mengisi perut kita dengan beberapa butir kurma saja," ujar Yu Markonah.   

Usai makan dengan lahap Mamad bergegas memakai sandalnya dan berlari keluar rumah,

            "Le .... salim ibu dulu to, ini pecinya ketinggalan hlo ....!! Ibunya berteriak memanggil Mamad sambil membawa peci hitam Mamad yang tadi masih tergeletak di atas meja ruang tamu.

            Jejeran stoples berisi makanan khas tradisional sudah siap di atas meja ruang tamu Yu Markonah. Ada rengginang, kembang goyang, madu mongso, opak gambir, unthuk cacing, grubi dan keciput. Mamad kembali masuk rumah untuk mengambil peci dari tangan ibu dan salim.

            "Assalamu'alaikum ...," ucapnya sambil menyambar sebuah rengginang dari stoplesnya dan berlari keluar rumah. Melihat hal itu, ibunya hanya bisa tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.

            Ustad Anwar, selaku ketua Takmir Masjid At Taqwa sudah memberitahukan melalui pengeras suara, bahwa shalat Ied, akan dimulai sebentar lagi. Sebelum shalat dimulai, Ustadz Rustam membacakan tata tertib dan urutan shalat sembari mengingatkan kepada seluruh warga tentang tata cara shalat Ied.

            Shalat Ied berjalan dengan lancar. Dalam khotbahnya Ustad Rustam memberikan tausyiah yang intinya bahwa merayakan lebaran dengan dengan berlebih-lebihan baik dalam makanan (tabdzir).

"Ya ban dama khu znatakum 'inda kulli masjidiw wa kul wasyrab wa l tusrif, innah l yuibbul-musrifn."

            "Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan,"

Dan tidak berlebih-lebihan dalam berpakaian.

             "Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliah dahulu, dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya,"

            Setelah di akhiri dengan doa yang dipimpin oleh Ustadz Rustam, jamaah saling bersalam-salaman dan dengan tertib meninggalkan lapangan. Pengurus Takmir Masjid dibantu oleh remaja masjid segera membereskan peralatan dan mengembalikannya ke masjid.

            Sudah menjadi agenda rutin, anak-anak santri TPQ At Taqwa, melaksanakan  ujung-ujung atau bertamu, bersilaturahmi untuk mengucapkan selamat Idul Fitri dan ber maaf-maafan di hari kemenangan ini dari rumah ke rumah. Sebagai ustadzah, Maryam dan Yu Partinah dengan sigap mengkoordinir anak-anak santri. Zahra sudah pulang ke rumah bersama Simbok.

            "Ingat kata Ustadz Rustam ya anak-anak, kita tidak diperbolehkan untuk berlebih-lebihan, terutama dalam makanan. Bukan karena kita selesai berpuasa kemudian kita dendam dengan memakan apapun yang disajikan kepada kita hari ini, setuju?" pesan Maryam kepada santrinya.

            "Setuju Bu ...," jawab anak-anak santri kompak.

            Mendengar nasihat itu Mamad hanya bisa diam sambil bersembunyi di balik punggung Roni sahabatnya sambil tersenyum. Teman-temannya sudah hafal tentang kebiasaan makan Mamad yang suka berlebihan.

            Rombongan mereka segera bergerak dengan tertib dan sopan, bertamu dari ke rumah warga Desa Pakis satu persatu.

            "Assalamu'alaikum ...," teriak mereka kompak.

            "Wa'alaikumsalam, mari masuk anak-anak," jawab Pak Dhe Kartono mempersilakan mereka masuk. Usai bersalam-salaman dan mengucapkan minal aidzin wal faidzin, Pak Dhe Kartono mempersilakan anak-anak untuk mencicipi sajian makanan dan minuman serta  aneka jajanan yang sudah disiapkan di meja tamu. Setelah mencicipi sekedarnya anak-anak pun melanjutkan perjalanan ke rumah berikutnya.

            "Mad, coba lihat kantongmu, aku tadi lihat waktu kamu mengambil beberapa madu mongso hlo ... ha ha ha ...," ucap Roni sambil tertawa.

            "He he he .... iya, " jawab Mamad malu-malu sambil memegangi kantong baju kokonya yang penuh dengan madu mongso.

Kali ini, mereka berkunjung ke rumah Bu Maryati, yang menjadi Carik di Desa Pakis. Bu Mar senang sekali dengan kunjungan mereka. Anak-anak dipersilakan mencicipi opor ayam dan sambal goreng sebagai menu khas lebaran  masyarakat Desa Pakis.

            Nyaris semua masyarakat yang dikunjungi dengan ramah menawarkan menu ini, selain jajanan khas yang lain. Ini adalah salah satu bentuk keramahtamahan bangsa Indonesia dan salah satu ajaran dalam Islam, untuk memuliakan tamu dengan menyuguhkan hidangan terbaik mereka. Ada kalanya anak-anak santri menolak dengan halus tawaran warga yang mereka kunjungi, karena mereka ingat pesan Maryam untuk tidak berlebihan makan. Tapi tidak dengan si Gembul Mamad. Ia tetap menyantap apapun yang dihidangkan di hadapannya tanpa memperhitungkan kondisi perutnya yang sebetulnya sudah terlalu penuh.

            Setelah hampir semua warga mereka kunjungi, Mamad tiba-tiba berhenti, tangannya memegangi perutnya. Wajahnya pucat pasi, keringat mengalir dari dahinya.

            "Bu Ustadz ... eemm ... bo .. mm ... boleh saya pulang duluan?" ucap Mamad tiba-tiba dengan wajah pucat pasi.

            "Ada apa Mad? Kamu sakit?" Tinggal sebentar lagi acara kita ujung-ujung selesai hlo ...," kata Maryam pelan.

            "Pe .. peerruut sayaa ... sakiiit Buuu ....., " Mamad sudah tak bisa menahan lagi perutnya. Rasa mulas yang tiba-tiba datang membuatnya lari secepat kilat ke rumahnya berbarengan dengan itu tiba-tiba terdengar suara yang tak asing diikuti oleh bau yang luar biasa menusuk hidung. Broott ... broot .... brroottt .......!!! Sontak teman-temannya  menutup hidung sambil tertawa melihat Si Gembul Mamad lari dengan memegangi perutnya.

            "Mamad ... Mamad ... ," Maryam hanya bisa menggelengkan kepala dan ikut tertawa menyaksikan santrinya yang satu ini.

~ Yfs ~

Ambarawa, Lebaran #1  (April 2023)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun