"Cukuplah untuk membatalkan puasaku hari ini, sambil menunggu Nissa datang," gumamnya, setelah sang Waiter pergi.
      "Ha ha ha .... Ahh kau Tari, tadi kau tolak tawaranku untuk menjemputmu. Oke katakan kamu di mana sekarang?" jawab Nissa sambil tertawa di teleponnya.
Akhirnya Tari tenang juga, Nissa akan segera meluncur menuju lokasi. Eits, ia belum lupa tentang lelaki kurus yang tadi mengikutinya.
      Dari sudut meja tempatnya duduk, ia berusaha mencarinya. Matanya melihat ke berbagai sudut cafe. Dari jauh, Tari melihat beberapa orang yang sepertinya tak asing.
      "Oh, itu sepertinya orang Indonesia, apa aku samperi ke sana ya? Sekedar basa-basi sebagai sesama orang Indonesia," pikirnya.
Belum sempat Tari bergerak, tiba-tiba matanya melihat sosok lelaki kurus yang mengikutinya tadi melintas di depan cafe. Tari spontan merundukkan badan dan merapatkan jaketnya. Matanya tak berani menatap ke depan, ke arah lelaki misterius itu.
      "Pergi, pergi, ayolahhh ... jangan masuukk ...," gumamnya ketakutan, tubuhnya makin meringkuk di meja.
      Sekitar satu menit, lelaki kurus itu berhenti di depan cafe!
      "Ya Allah, kenapa masih di situ ..." Tari gugup.
      "Hay, bolehkah aku duduk di sini?" sebuah kalimat berbahasa Indonesia tiba-tiba terdengar di sebelah Tari.
      "Oh, bb .. boleehh ... silakan. Saya sedang menunggu teman saya," jawab Tari terbata karena kaget.