Lelaki kurus itu terus membuntutinya sejak turun dari kereta tadi. Di lehernya melingkar sebuah syal kumal bercorak garis. Dia menyembunyikan kedua tangannya di balik saku jaket kulit coklat tua. Sebuah topi kabaret berhasil menutup sebagian wajahnya. Lelaki kurus misterius itu terus mengawasinya.Â
      Tari mempercepat langkahnya sambil mendekap erat tasnya. Sebetulnya hanya berisi sebuah dompet, sebuah gawai dan  sebuah pencil case sih, tapi ia juga sambil membawa sebuah koper American Tourister Curio Spinner nya. Tak terlalu berat, tapi dalam kondisi merasa sedang diikuti orang tidak dikenal dan di negara asing pula, membuatnya sedikit kewalahan.
       "Haduuuh ... Apa yang dia mau dari aku siih ....," Tari mengumpat dalam hati. Â
      "Apa aku teriak aja ya? Tapi ... kalau ternyata orang itu gak ngapa-ngapain, kan aku malah jadi malu sendiri," Tari makin bingung. Otaknya mulai berputar memikirkan cara untuk mencari perlindungan. Rencananya untuk berhenti dan memesan taxi ketika keluar dari stasiun seketika buyar. Karena ia tak punya nyali untuk berhenti di pinggir jalan dan memesan taxi!
      "Kalau tiba-tiba dia menyergap dan memasukkanku ke dalam mobil, hiiiiiii .... ngeri ahh ... ini bukan di Indonesia Tari!"  Bayangan-bayangan ketakutan mulai menghampirinya.
      " Oh, iya, aku menyimpan sebuah gunting kecil di dalamnya!" Tari tiba-tiba teringat.
      "Kalau dia macam-macam, aku bisa pakai gunting itu untuk melawannya," gumamnya dalam hati.  Tari  menyesal, mengapa tadi menolak tawaran Nissa untuk menjemputnya di stasiun kereta.
      Sudah setahun ini, Tari tinggal di Kota Birmingham, untuk melanjutkan studinya. Dulu, sewaktu ia belum berangkat ke Inggris, bulan ramadan adalah saat yang paling menyenangkan bersama teman-teman masa SMA nya. Momen ngabuburit, buka bersama, berbagi takjil, sahur on the road, bahkan i'tikaf di masjid adalah momen terindah dan tak terlupakan masa itu. Dan ini adalah saat pertama kali Tari menjalani puasa di negeri orang.
      "Beneran nih, gak mau dijemput?" tanya Nissa via telepon. Kakak kelas SMA nya dulu yang telah menginspirasi Tari untuk meneruskan studinya di Inggris.
      "Iyaaa ... it's okey lah, aku bisa pesan taxi begitu keluar dari stasiun," jawab Tari mantab.