Suara bapak-bapak dari speaker masjid yang biasanya keras terdengar membangunkan sahur warga, hari ini  tak terdengar sama sekali. Pun anak-anak remaja yang biasanya berkeliling membawa kentongan dan alat musik seadanya, untuk membangunkan warga juga tak ada.
      Hujan pagi ini benar-benar membuat Maryam malas bangun. Biasanya di jam seperti ini, ia sudah sibuk menyiapkan santap sahur bersama Simbok.
     "Nduk, bangun ... ayo sahur dulu," terdengar suara Simbok sambil mengetuk pintu kamarnya.
      Maryam menggeliat bangun. Badannya terasa pegal. Ia merasakan sakit di tenggorokannya. Kepalanya pening. Hidungnya mulai berair. Tiba-tiba ia bersin.
     "Alhamdulillah ..." ucapnya. Â
     "Apa karena kehujanan semalam ya?" tanyanya dalam hati.
      "Ya Mbok, sebentar," jawab Maryam sambil beringsut turun dari ranjangnya.
      Di meja makan Simbok ternyata sudah menyiapkan sebakul kecil nasi hangat, sepotong telur dadar yang diberi irisan daun bawang dan sedikit cabe merah, dan seteko kecil teh panas. Cukup untuk sahur berdua bersama Simbok.
      "Mbok, maaf aku agak kesiangan bangunnya, sepertinya aku flu Mbok," kata Maryam pelan.
      "Hla ... iya kan, karena semalam kamu kehujanan. Suaramu sudah parau begitu," kata Simbok sambil memegang dahi anak perempuannya.
      "Ndak apa-apa Mbok, habis sahur aku minum obat flu saja. Hari ini Mbak Yu Partinah sudah ijin tidak bisa berangkat mengajar, katanya mau mengantar ibunya pergi ke Puskesmas. Jadi aku harus tetap pergi mengajar Mbok," kata Maryam.